Luhut Wanti-Wanti Dampak Tarif Resiprokal Trump ke Pasar Tenaga Kerja

- Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan sektor padat karya seperti perikanan, tekstil, elektronik, makanan olahan, produk karet dan kayu akan terdampak kebijakan tarif impor resiprokal AS.
- Indonesia harus membayar 32 persen dari nilai ekspornya ke AS, dan Luhut khawatir negara lain akan membanjiri Indonesia dengan produknya.
Jakarta, IDN Times - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan ada sejumlah sektor padat karya yang akan terdampak kebijakan tarif impor resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Dampak utama yang harus diwaspadai ialah terhadap pasar tenaga kerja di Indonesia.
“Ada beberapa sektor padat karya seperti perikanan, tekstil, elektronik, makanan olahan, hingga produk karet dan kayu berpotensi terdampak cukup besar. Ini bukan sekadar penurunan nilai ekspor, tetapi menyangkut keberlangsungan mata pencaharian jutaan pekerja,” kata Luhut lewat akun Instagram resmi @luhut.pandjaitan yang dikutip Rabu, (9/4/2025).
1. Wanti-wanti RI jadi sasaran barang impor dari negara lain yang juga dikenakan tarif

Tarif resiprokal atas barang impor yang masuk ke AS diberlakukan kepada 185 negara. Dengan kebijakan itu, Indonesia harus membayar 32 persen dari nilai ekspornya ke AS.
Selain ke sektor tenaga kerja, Luhut mengaku khawatir negara lain yang juga terdampak akan membanjiri Indonesia dengan produknya.
“Kami juga mengantisipasi potensi membanjirnya barang impor murah ke pasar domestik dan sedang menyiapkan langkah-langkah pengamanan,” ucap Luhut.
2. Pemerintah janji beri solusi

Luhut memastikan, pemerintah akan hadir untuk memberikan bantuan dan dukungan untuk menjaga daya saing industri nasional.
“Pemerintah akan hadir, memberikan dukungan di masa transisi, dan memastikan daya saing industri tetap terjaga. Kami juga mengantisipasi potensi membanjirnya barang impor murah ke pasar domestik dan sedang menyiapkan langkah-langkah pengamanan,” tutur Luhut.
3. Bisa jadi peluang buat RI

Di sisi lain, Luhut mengatakan, adanya kebijakan tarif resiprokal Trump akan memberikan peluang baru, dan menjadi momentum Indonesia dalam menetapkan posisi barunya.
“Ketegangan dagang ini bisa menjadi momentum repositioning. Indonesia punya potensi menjadi tujuan investasi dan basis produksi baru, apalagi tarif kita relatif lebih rendah dibanding banyak negara ASEAN lainnya,” ujar dia.