Airlangga Ungkap Alasan Prabowo Pilih Negosiasi Tarif dengan Trump

Jakarta, IDN Times – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan, arahan Presiden Prabowo Subianto untuk merespons kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) melalui jalur negosiasi merupakan langkah yang diprioritaskan, dibandingkan dengan tindakan pembalasan dalam menghadapi kebijakan tarif terbaru yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump.
Dalam beberapa rapat yang telah dilakukan, Presiden mengungkapkan pentingnya mempertahankan hubungan konstruktif dengan Amerika, yang merupakan mitra strategis Indonesia.
“Indonesia memilih jalur negosiasi karena Amerika Serikat merupakan mitra strategis dan untuk revitalisasi perjanjian kerja sama. Kita juga akan meningkatkan produk dari Amerika,” ujarnya dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia di Menara Mandiri, Jakarta, Selasa (8/4/2025).
Selain itu, Airlangga memastikan bahwa berbagai indikator ekonomi Indonesia tetap sehat meskipun ada guncangan akibat kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump.
Kendati demikian, Airlangga tidak menampik bahwa penetapan tarif oleh Presiden Trump ini meningkatkan ketidakpastian global, yang berpotensi memicu resesi di berbagai negara.
"Pengumuman penetapan tarif oleh Trump 2.0 langsung memicu lonjakan ketidakpastian ekonomi, yang pada puncaknya menyebabkan peningkatan probabilitas resesi," ujar Airlangga.
Sementara itu, probabilitas Indonesia untuk mengalami resesi hanya sebesar 5 persen akibat ketidakpastian kebijakan perdagangan ini, sementara probabilitas resesi di AS mencapai 60 persen.
"Probabilitas Indonesia untuk masuk resesi relatif rendah, hanya 5 persen, meskipun ketidakpastian kebijakan perdagangan cukup tinggi. Ini menyebabkan gejolak pasar keuangan di Indonesia, dengan pelemahan di pasar negara berkembang dan gangguan pada rantai pasok global akibat tarif balasan China," jelasnya.
Hal ini menyebabkan banyak korporasi memilih untuk menunggu (wait and see), yang pada gilirannya berdampak pada penurunan konsumsi dan investasi. Namun, Airlangga memastikan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia tetap cukup baik. Dalam hal peringkat investasi dan daya saing, Indonesia berhasil naik ke peringkat 27 dari 67 negara, berdasarkan data IMD.
"Indonesia naik 7 tingkat dan kinerja perekonomian serta efisiensi bisnis relatif baik, seperti yang dilaporkan oleh IMD," ungkap Airlangga.