Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Makin Loyo, Rupiah Terperosok di Rp15.037 per Dolar AS

Ilustrasi Dollar dan Rupiah (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Jakarta, IDN Times - Pergerakan nilai tukar atau kurs rupiah terus melemah pada perdagangan Rabu (21/6/2023). Pada pembukaan, rupiah bertengger pada level Rp15.037,5 per dolar Amerika Serikat (AS). 

Mata uang Garuda dibuka melemah hingga 33 point atau 0,22 persen  dibandingkan penutupan perdagangan Selasa (20/6/2023), yang tercatat pada level Rp15.004,5 per dolar AS. 

1. Pelemahan rupiah dibayangi sentimen hawkish The Fed

Analis Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, mengatakan potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS di sepanjang hari ini masih akan berlanjut.

"Peluang pelemahan akan bergerak ke arah Rp15.050 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp14.950 per dolar AS," jelasnya kepada IDN Times, Rabu (21/6/2023).

Ia menjelaskan sentimen hawkish dari pernyataan Jerome Powel mengenai prospek kebijakan suku bunga acuan AS ke depan masih membayangi pergerakan dolar AS di pasar.

2. Pasar nantikan testimoni Jerome Powell

Sentimen lainnya datang dari data perumahan AS yaitu izin membangun bulan Mei dirilis mengalami pertumbuhan lebih bagus dari ekspektasi. Menurutnya, itu mendorong penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya.

Pelaku pasar juga menantikan testimoni Jerome Powell di hadapan Kongres yang akan berlangsung malam ini dan besok malam. Dengan demikian, pasar mencari petunjuk baru dari event ini.

Kemungkinan besar Powell akan mengulangi pernyataannya di pekan lalu, yang tetap mendukung suku bunga acuan AS yang tinggi untuk menekan inflasi. 

"Kondisi ini bisa mendorong penguatan dolar AS," jelasnya.

3. The Fed masih beri sinyal naikkan suku bunga acuan

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan Federal Reserve AS berencana menghentikan siklus kenaikan suku bunga. Itu dilakukan untuk mengukur dampak terhadap inflasi dan prospek ekonomi negara.

Namun di sisi lain, The Fed juga mengisyaratkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut ke depan.

"Isyarat tentang kebijakan moneter AS, di tengah kehati-hatian atas kemungkinan bahwa memberi sinyal kenaikan suku bunga bulan Juli," ucapnya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us