Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Manufaktur Masih Kontraksi, Menperin Minta Dukungan Kebijakan

ilustrasi pabrik (IDN Times/Muhammad Surya)
Intinya sih...
  • PMI manufaktur Indonesia naik tipis dari 48,9 menjadi 49,2 pada September 2024, menunjukkan kontraksi sektor industri.
  • Survei PMI juga mencatat penurunan pesanan baru dan kontraksi pesanan baru dalam Indeks Kepercayaan Industri (IKI).
  • Kemenperin menekankan pentingnya kebijakan untuk mengendalikan masuknya barang impor ke Indonesia.

Jakarta, IDN Times - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan meskipun terjadi sedikit kenaikan pada Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia pada September, kondisi sektor industri masih mengalami kontraksi.

Dia menekankan pentingnya dukungan regulasi yang tepat dari berbagai kementerian dan lembaga (K/L) agar sektor industri dapat kembali ekspansif dan industri dalam negeri mampu menjadi pemain utama di pasar domestik.

"Sektor industri membutuhkan dukungan regulasi yang tepat," kata dia dalam keterangan tertulis, Selasa (1/10/2024).

Agus menjelaskan sektor manufaktur membutuhkan kebijakan-kebijakan, seperti revisi Permendag No 8 Tahun 2024, penyusunan peraturan pemerintah tentang gas bumi untuk kebutuhan domestik, serta aturan dari Menteri Keuangan terkait Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) untuk ubin keramik impor dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) untuk kain impor.

1. Perusahaan mengerem ekspansi menyebabkan kontraksi manufaktur

ilustrasi pabrik (IDN Times/Muhammad Surya)

Pada September 2024, PMI manufaktur Indonesia naik tipis dari 48,9 menjadi 49,2, tetap menunjukkan kontraksi seperti bulan sebelumnya. S&P Global mencatat penurunan tersebut dipicu oleh berkurangnya output dan pesanan baru selama tiga bulan berturut-turut.

Perusahaan merespons dengan mengurangi pembelian, mengandalkan inventaris, serta menekan biaya dan efisiensi operasional. Sementara itu, beberapa negara seperti Filipina, India, dan Thailand masih mencatat ekspansi PMI meskipun menghadapi kondisi ekonomi global yang serupa.

Penurunan pesanan baru yang tercatat dalam survei PMI manufaktur Indonesia pada September 2024 juga terlihat dalam Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dirilis pada 30 September.

Beberapa subsektor, seperti industri pengolahan tembakau, tekstil, pakaian jadi, kayu, kertas, bahan kimia, komputer, elektronik, dan jasa reparasi, mengalami kontraksi pesanan baru, baik di pasar domestik maupun luar negeri. Secara keseluruhan, sembilan dari 23 subsektor industri pengolahan menunjukkan kontraksi pesanan baru.

2. Pemerintah dorong permintaan dalam negeri untuk geliatkan industri

Ilustrasi Ekspor. (IDN Times/Aditya Pratama)

Agus menekankan pentingnya kebijakan untuk mengendalikan masuknya barang impor ke Indonesia. Menurutnya, saat ini pemerintah terus berupaya meningkatkan permintaan untuk produk dalam negeri, meskipun pasar domestik masih dibanjiri produk impor.

"Karenanya, kebijakan-kebijakan untuk mengendalikan masuknya barang ke Indonesia amat diperlukan," tambahnya.

3. Indeks kepercayaan industri cenderung stabil pada September

Ilustrasi industri pabrik (IDN Times/Arief Rahmat)

Kemenperin melihat perlambatan ekonomi global pada kuartal III-2024 menekan sektor manufaktur Indonesia, meskipun ketidakpastian mulai mereda dengan terkendalinya inflasi di beberapa negara mitra, rencana penurunan suku bunga The FED, dan penguatan ekonomi AS.

Indeks Kepercayaan Industri September 2024 stabil di angka 52,48, didukung ekspansi pada 21 subsektor yang menyumbang 97,3 persen terhadap PDB Industri nonmigas.

Peningkatan IKI didorong oleh permintaan tinggi pada industri semen untuk proyek IKN, meskipun beberapa subsektor, seperti komputer dan elektronik, masih mengalami kontraksi.

Kendati ada kenaikan permintaan dan ekspor, sektor keramik tetap terdampak impor. Beberapa subsektor industri pengolahan lainnya masih tertekan oleh penurunan pesanan dan penumpukan persediaan, terutama yang bergantung pada permintaan luar negeri.

Di sisi lain, penguatan nilai tukar rupiah, pertumbuhan investasi, dan konsumsi kelas menengah ke atas memberikan kontribusi positif bagi kinerja industri. Kendati demikian, stabilitas IKI terganggu oleh kurangnya kebijakan signifikan untuk mendukung industri manufaktur.

“Saat ini Kementerian Perindustrian masih menunggu sikap perbankan terhadap kebijakan penurunan suku bunga, sehingga dapat memperbanyak kredit manufaktur. Demikian juga untuk kebijakan harga gas industri yang berkorelasi kuat dengan IKI. Semakin tinggi harga gas, akan semakin menekan IKI,” kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Trio Hamdani
EditorTrio Hamdani
Follow Us