Market Kripto Tiarap Menjelang Akhir Pekan, Ini Biang Keroknya

Jakarta, IDN Times - Menjelang akhir pekan, performa market kripto malah terkulai lemah, setelah dua hari berturut-turut terus reli kencang. Pergerakan sejumlah aset kripto teratas terjun ke zona merah dalam 24 jam terakhir.
Secara keseluruhan sejumlah aset kripto, terutama yang berkapitalisasi besar atau big cap anjlok ke zona merah pada perdagangan Jumat (28/10) pukul 13.00 WIB. Misalnya saja, dari pantauan CoinMarketCap, nilai Bitcoin berada di harga 20.292 dolar AS, turun 2,24 persen dalam 24 jam terakhir, meskipun naik 6,44 persen sepekan terakhir.
Altcoin lainnya juga mengalami hal yang sama. Nilai Ethereum (ETH) ikut tenggelam minus 3,01 persen ke 1.506 dolar AS sehari terakhir dan naik 17,02 persen dalam sepekan. Cardano (ADA) dan Shiba Inu (SHIB) turun lebih dari 5 persen. Apa penyebabnya?
1. Pasar kripto melemah karena stabilitas ekonomi AS

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, mengatakan sepekan terakhir market kripto memiliki volatilitas yang tinggi, namun terlihat belum mampu reli panjang. Hal ini disebabkan oleh laporan data ekonomi Amerika Serikat yang membaik.
"Jelang akhir pekan ini, market kripto berbalik arah. Investor tak sanggup melakukan akumulasi setelah adanya data terbaru soal perkembangan laju ekonomi AS. Aset kripto terkulai setelah investor mencerna hasil pertumbuhan ekonomi AS di kuartal III," kata Afid dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (28/10/2022).
2. Investor khawatir kinerja saham di AS bakal ambles

Dari sisi makroekonomi, Biro Analisis Ekonomi AS kemarin Kamis (27/10) merilis pertumbuhan ekonomi AS sebesar 2,6 persen pada kuartal III 2022, lebih baik dari ekspektasi analis 2,4 persen. Seharusnya, pertumbuhan ekonomi di atas ekspektasi seharusnya menjadi sentimen positif bagi aset berisiko.
Namun di sisi lain, investor takut bahwa data makroekonomi AS yang cemerlang akan membuat bank sentral AS, The Fed, semakin percaya diri untuk mengetatkan suku bunga acuannya.
"Dengan situasi ekonomi AS yang membaik bisa membuat sinyal kepada The Fed untuk bisa menaikkan suku bunga acuannya. Mereka mengganggap ini merupakan waktu yang tepat untuk menggejot suku bunga guna menekan inflasi, tapi tidak berdampak buruk kepada ekonomi karena sudah mulai rebound," jelas Afid.
Selain faktor makroekonomi, pelemahan aset kripto ini juga disebabkan oleh ketakutan investor terhadap amblesnya kinerja saham AS, di mana banyak perusahaan raksasa teknologi mengalami performa yang buruk. Hal ini dapat dimaklumi mengingat aset kripto dan saham teknologi berkategori growth stocks memiliki profil risiko yang mirip.
3. Sentimen negatif buat market kripto jelang FOMC meeting

Di samping itu, lanjut Afid, menjelang FOMC Meeting yang digelar The Fed pada 1-2 November 2022 menjadi sentimen negatif buat market kripto. Kemungkinan, market belum bisa rebound hingga keputusan sikap The Fed keluar.
Terlebih, The Fed diperkirakan masih memiliki sentimen hawkish untuk terus menaikkan suku bunga untuk yang keenam kalinya di tahun ini sebesar 75 basis poin dalam pertemuan mendatang.
Secara teknikal, penurunan harga BTC saat ini mungkin masih akan terus berlanjut dan dianggap valid karena sejalan dengan volume transaksi yang mulai menurun. Level support terdekat BTC saat ini ada di posisi harga 20.050 dolar AS.
"BTC mungkin masih kuat untuk melakukan retest agar tidak turun terlalu jauh. Investor masih sedikit punya sikap bullish. Namun, bila breakdown, level support selanjutnya berada pada 50-day EMA di level 19.860 dolar AS, yang berfungsi sebagai tahanan apabila support terdekat tidak mampu menahan laju penurunan harga Bitcoin," pungkas Afid.