Menko Airlangga: Shutdown Pemerintah AS Hambat Negosiasi Tarif

- Pemerintah akan meminta kejelasan soal kelanjutan negosiasi
- Komoditas yang dinegosiasikan agar terbebas tarif 19 persen
- US government shutdown terjadi sejak pekan lalu
Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan, penutupan sementara Pemerintahan Amerika Serikat (AS) atau US government shutdown telah menghambat proses negosiasi tarif antara Indonesia dan AS. Negosiasi tarif yang berlangsung antarkedua negara untuk komoditas-komoditas strategis terpaksa berhenti akibat adanya shutdown tersebut.
"Jadi tim negosiasi berunding melalui Zoom, tetapi dengan adanya shutdown di Amerika, itu termasuk kita juga kena. Kena shutdown, artinya negosiasi sementara terhenti,” ujar Airlangga, dikutip dari ANTARA, Selasa (7/10/2025).
1. Pemerintah akan meminta kejelasan soal kelanjutan negosiasi

Meski begitu, Airlangga menyampaikan bakal segera berkomunikasi dengan Kantor Perwakilan Dagang AS atau United States Trade Representatives (USTR) untuk meminta kejelasan soal kelanjutan negosiasi tarif.
"Jadi mengenai jadwal belum bisa dipastikan karena pemerintah Amerika kan sekarang sedang shutdown. Jadi kita monitor perkembangan," kata dia.
2. Komoditas yang dinegosiasikan agar terbebas tarif 19 persen

Dalam perundingan tersebut, pemerintah ingin agar sejumlah komoditas unggulan terbebas dari tarif impor 19 persen yang ditetapkan AS. Adapun sejumlah komoditas tersebut, di antaranya adalah kelapa sawit, karet, dan kakao yang menjadi prioritas dalam negosiasi.
"Karena belum selesai semuanya, dokumennya belum selesai, maka tentu kita lihat ke depannya seperti apa. Kita sudah ada, tapi sekarang kan problemnya semua masalahnya legal scrubbing, jadi detail. Yang ini akan lebih detail daripada apa yang diumumkan secara terbuka beberapa waktu yang lalu," tutur Airlangga.
3. US government shutdown terjadi sejak pekan lalu

Pemerintah federal AS mengalami shutdown setelah Kongres gagal mencapai kesepakatan anggaran, pada Rabu (1/10). Kebuntuan politik ini mengakibatkan ribuan layanan publik terganggu, mulai dari perjalanan udara, kebun binatang, hingga program bantuan pangan.
“Penutupan ini bisa berdampak luas, bukan hanya bagi pegawai federal, tetapi juga bagi warga Amerika secara umum,” ujar perwakilan dari Kantor Anggaran Kongres (CBO), dikutip dari BBC.
Meski layanan esensial seperti pengendalian lalu lintas udara dan cek jaminan sosial tetap berjalan, banyak sektor publik dipastikan mengalami keterlambatan dan pembatasan.
Shutdown menyebabkan banyak layanan berhenti beroperasi. Museum Smithsonian, taman nasional, hingga lembaga prasekolah yang bergantung pada dana federal kemungkinan akan tutup. Penundaan juga menghantui penerbitan dokumen perjalanan dan verifikasi manfaat sosial, membuat warga kesulitan mengakses layanan dasar.
Menurut para analis, setiap minggu shutdown dapat memangkas pertumbuhan ekonomi AS sebesar 0,1 hingga 0,2 persen. Walaupun sebagian dampak bisa dikompensasi setelah layanan kembali berjalan, kondisi ini tetap menambah tekanan bagi perekonomian yang sudah terguncang akibat tarif perdagangan dan ketidakpastian global.
Pasar saham tampaknya masih menanggapi dengan tenang, namun ancaman lebih besar muncul karena Presiden Donald Trump sempat mengisyaratkan pemecatan pegawai alih-alih hanya pemberhentian sementara. Jika itu terjadi, dampak shutdown bisa bertahan lebih lama dari sebelumnya.