PBB: 213 Ribu Warga Somalia Terancam Kelaparan

Jakarta, IDN Times - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (7/6/2022) memperingatkan risiko kelaparan yang mungkin terjadi di Somalia, yang disebabkan oleh kekeringan parah dan kenaikan harga pangan.
Dalam peringatannya PBB memberitahu bahwa ada 213 ribu warga Somalia yang terancam mengalami kelaparan dan menyerukan lebih banyak dana untuk membantu warga Somalia.
1. Sebanyak 7,1 juta orang Somalia menghadapi kerawanan pangan

PBB memperkirakan bahwa sekitar 7,1 juta orang atau hampir setengah populasi Somalia menghadapi kerawanan pangan tingkat akut, yang diperkirakan akan berlangsung sampai September, dan dari jumlah itu ada 213 ribu dari mereka yang berisiko mengalami kelaparan, hampir meningkat tiga kali lipat dari tingkat yang diperkirakan pada April.
Melansir dari Reuters, Wakil Direktur Regional Wilayah Afrika Timur dan Selatan untuk badan PBB yang mengurusi anak-anak (UNICEF), Rania Dagash, mengatakan ada 386 ribu anak di Somalia yang membutuhkan perawatan mendesak karena kekurangan gizi saat ini. Jumlah itu jauh lebih tinggi dari tingkat pada 2011, yang sebanyak 340 ribu anak yang membutuhkan perawatan.
Dagash memberitahu masalah kekurangan gizi yang dihadapi anak-anak Somalia membuat mereka rentan terkena penyakit. Ada laporan mengenai kasus kolera dan campak yang meningkat terhadap anak-anak, sedikitnya ada 8.700 kasus campak yang telah dilaporkan di Somalia.
2. Harga pangan yang meningkat memperburuk masalah kelaparan

Kondisi kelaparan yang melanda Somalia ini disebabkan oleh kekeringan ekstrem yang membuat kesulitan menanam dan menyebabkan ternak mati. Sejak tahun lalu sekitar tiga juta ternak telah mati di Somalia akibat kekeringan dan penyakit.
Negara itu telah gagal memperoleh hujan yang cukup selama empat musim hujan berturut-turut, yang merupakan kekeringan terburuk di Somalia selama 40 tahun. Kondisi itu membuat pemerintah menerapkan keadaan darurat.
Melansir dari VOA News, situasi di Somalia diperburuk dengan adanya perang Rusia di Ukraina, yang membuat impor biji-bijian dari kedua negara itu turun drastis. Sebelum invasi perang meletus Ukraina memberi Somalia sekitar setengah dari impor gandumnya, sementara Rusia menyumbang 35 persen.
Perang antara kedua negara Eropa itu telah menimbulkan gangguan rantai pasokan global dan memicu kenaikan harga bahan bakar, yang dampaknya mempengaruhi harga pangan di Somalia. Beberapa wilayah di Somalia dilaporkan mengalami lonjakan harga pangan hingga 160 persen.
3. PBB kekurangan dana untuk mengatasi kelaparan
Untuk mengatasi masalah kelaparan di Somalia, PBB meminta bantuan dana global hingga 1,5 miliar dolar AS (Rp21,7 triliun), tapi hingga pertengahan tahun ini PBB baru memperoleh sekitar 18 persen dari dana yang dibutuhkan.
Kuranganya dana bantuan mengakibatkan PBB harus menutup ratusan pusat bantuan makanan dan klinik kesehatan. Program Pangan Dunia (WFP) dan mitranya harus mengurangi bantuan makanan dan uang tunai hingga 40 persen untuk mereka yang membutuhkan. Dari 5,1 juta orang yang coba WFP bantu hanya 2,8 juta orang yang dapat dijangkau lembaga tersebut.
Somalia pernah mengalami kondisi kelaparan parah pada 2011, yang menyebabkan sekitar seperempat juta orang meninggal, setengahnya jumlah dari mereka yang meninggal adalah anak-anak di bawah usia enam tahun.
PBB mengigatkan jika tidak ada tindakan yang dilakukan sekarang dalam mengatasi masalah ini, maka kelaparan akan melanda Somalia. Tindakan yang tepat pada 2017 pernah mencegah terjadinya ancaman kelaparan di Somalia.