Pemegang Saham WBD Tolak Gaji Eksekutif 2024

- Pemegang saham Warner Bros. Discovery menolak paket kompensasi eksekutif 2024 dalam rapat tahunan perusahaan.
- Sebanyak 60 persen suara menentang gaji CEO David Zaslav dan jajaran puncak lainnya, mencerminkan ketidakpuasan terhadap kebijakan remunerasi.
- Penolakan ini menyoroti kekhawatiran atas arah dan kinerja perusahaan yang lesu, dengan saham WBD turun 6,6 persen sepanjang 2024.
Jakarta, IDN Times - Pemegang saham Warner Bros. Discovery (WBD) menolak paket kompensasi eksekutif 2024 dalam rapat tahunan perusahaan pada Selasa (3/6/2025). Sekitar 60 persen suara menentang gaji CEO David Zaslav dan jajaran puncak lainnya, mencerminkan ketidakpuasan terhadap kebijakan remunerasi di tengah kinerja perusahaan yang lesu.
Rapat virtual yang digelar pada Senin (2/6/2025) itu menghasilkan keputusan non-binding melalui mekanisme “say-on-pay”, yang memungkinkan pemegang saham menyampaikan pendapat soal kompensasi eksekutif. Penolakan ini menyoroti kekhawatiran atas arah dan kinerja perusahaan.
1. Penolakan gaji sebahgai simbol ketidakpuasan
Sebanyak 1,06 miliar suara menolak dan 724,5 juta mendukung paket gaji Zaslav senilai 51,9 juta dolar Amerika Serikat (AS) (Rp845,1 miliar)—naik 4,5 persen dari tahun sebelumnya.
Komposisinya mencakup gaji pokok 3 juta dolar AS (Rp48,8 miliar), bonus 23,9 juta dolar AS (Rp389,2 miliar), dan penghargaan saham 23,1 juta dolar AS (Rp376,1 miliar). Penolakan ini menunjukkan pandangan bahwa nilai tersebut tidak sebanding dengan performa WBD.
“Dewan direksi menghargai pandangan pemegang saham dan akan terus berdialog secara konstruktif,” ujar pernyataan resmi WBD, dikutip dari Variety.
Meski tidak mengikat, hasil voting ini meningkatkan tekanan bagi perusahaan untuk meninjau ulang kebijakan gaji eksekutif.
Sepanjang 2024, saham WBD turun 6,6 persen, berbanding terbalik dengan kenaikan indeks S&P 500 sebesar 23 persen. Kerugian 3 miliar dolar AS (Rp48,8 triliun) pada 2023 dan penghapusan nilai aset sebesar 9,1 miliar dolar AS (Rp148,1 triliun) juga memperkuat kritik investor.
2. Tantangan keuangan dan restrukturisasi WBD
WBD terus menghadapi tekanan dari perubahan perilaku konsumen media. Pendapatan iklan TV linear turun 14 persen dan distribusi merosot 4 persen pada kuartal IV 2023. Meski layanan streaming Max mencetak laba 103 juta dolar AS (Rp1,6 triliun), perusahaan memproyeksikan kerugian pada paruh pertama 2024 akibat peningkatan biaya konten.
“Bisnis ini tidak luput dari tantangan, terutama dengan menurunnya pelanggan kabel dan pendapatan iklan,” kata Zaslav dalam panggilan laporan keuangan, dikutip dari CNBC.
Ia tetap optimistis reorganisasi dua unit—Streaming & Studios serta Global Linear Networks—akan membuka peluang baru.
Restrukturisasi yang diumumkan pada Desember 2024 ini bertujuan memisahkan divisi yang terus merugi dari unit yang lebih menguntungkan, merespons spekulasi pemisahan perusahaan seperti dilaporkan Financial Times.
3. Dampak dan langkah ke depan
Penolakan “say-on-pay” kali ini bukan yang pertama. Pada Mei 2023, hanya 50,8 persen pemegang saham menyetujui gaji Zaslav untuk 2022 senilai 39,3 juta dolar AS (Rp640 miliar).
Firma tata kelola ISS menyebut tingkat dukungan di bawah 70 persen sebagai dukungan rendah, yang mendorong penyesuaian formula gaji pada 2023 dengan mengaitkan kompensasi pada arus kas bebas.
“Kami berharap perusahaan lebih transparan dalam menentukan target kinerja strategis,” ujar perwakilan investor, dikutip dari Bloomberg.
Tekanan ini berpotensi mendorong WBD mengikuti jejak Netflix, yang merombak struktur gaji dengan membatasi gaji pokok dan menautkan kompensasi pada kinerja saham.
Meski diterpa kritik, WBD tetap fokus pada ekspansi streaming. Max kini memiliki 99,6 juta pelanggan global per kuartal I 2024. Kolaborasi dengan Disney dan Fox di layanan streaming olahraga, serta ekspansi ke 40 pasar internasional pada akhir 2024, menjadi prioritas strategis.