Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pemerintah Jepang Lepas Cadangan Beras untuk Tekan Harga

ilustrasi beras (pexels.com/Suki Lee)
ilustrasi beras (pexels.com/Suki Lee)
Intinya sih...
  • Pemerintah Jepang melepas cadangan beras darurat pertama kali untuk menekan lonjakan harga dan mengatasi kelangkaan.
  • Harga beras hampir dua kali lipat dalam setahun terakhir akibat suhu tinggi pada 2023 dan penimbunan oleh pihak yang berspekulasi harga akan terus naik.

Jakarta, IDN Times – Pemerintah Jepang mengambil langkah bersejarah dengan melepas cadangan beras daruratnya untuk pertama kali. Kebijakan ini bertujuan menekan lonjakan harga dan mengatasi kelangkaan yang melanda pasar dalam beberapa bulan terakhir.

Langkah ini diambil setelah harga beras di Jepang hampir dua kali lipat dalam setahun terakhir. Penyebab utamanya adalah produksi yang terganggu akibat suhu tinggi pada 2023 serta aksi penimbunan oleh pihak yang berspekulasi harga akan terus naik.

1. Pelelangan beras dilakukan untuk stabilkan pasar

(pixabay.com/@allybally4b)
(pixabay.com/@allybally4b)

Kementerian Pertanian Jepang menggelar pelelangan pekan lalu untuk mendistribusikan beras dari cadangan pemerintah. Dalam pelelangan tersebut, pemerintah berhasil menjual hampir 142 ribu ton beras dengan harga 21.217 yen Jepang (sekitar Rp2,3 juta) per 60 kilogram. Pasokan tambahan ini diharapkan mulai masuk ke pasar akhir bulan ini.

“Kami akan melakukan pelelangan lagi akhir bulan ini,” ujar Menteri Pertanian Jepang, Taku Eto, dalam konferensi pers, seperti dikutip dari Business Insider.

Ia menambahkan bahwa pelepasan stok ini bertujuan memperbaiki keseimbangan pasokan dan permintaan.

Meski sudah ada intervensi pemerintah, harga beras tetap tinggi. Data dari Kementerian Dalam Negeri Jepang menunjukkan harga rata-rata sekantong beras 5 kilogram di 1.000 toko mencapai 4.077 yen Jepang (sekitar Rp451 ribu) per 9 Maret. Harga ini hampir dua kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu dan telah naik selama 10 minggu berturut-turut.

2. Kelangkaan beras dipicu cuaca panas dan spekulasi pasar

ilustrasi menimbun beras (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi menimbun beras (pexels.com/cottonbro studio)

Krisis beras di Jepang berawal dari musim panas 2023, ketika suhu tinggi menyebabkan penurunan hasil panen. Kondisi ini diperburuk oleh kepanikan masyarakat yang mulai menimbun beras setelah muncul peringatan bencana alam pada Agustus 2023.

Tak hanya itu, perubahan kebijakan distribusi juga membuat pergerakan stok beras menjadi sulit dipantau.

"Pendistribusian beras di Jepang makin sulit dilacak karena perubahan kebijakan telah memberi petani lebih banyak cara untuk menjual beras tanpa harus melalui distributor utama tradisional," ujar Shuji Hisano, profesor ekonomi di Universitas Kyoto, dikutip dari Rice News Today.

Sementara itu, beberapa pihak sengaja menimbun beras dengan harapan harga akan terus naik.

“Beberapa bisnis dan individu sudah mulai bertransaksi beras sebagai permainan uang,” kata Masayuki Ogawa, asisten profesor ekonomi pertanian di Universitas Utsunomiya.

Dampak lainnya, sejumlah supermarket di Jepang terpaksa membatasi jumlah pembelian beras per pelanggan. Restoran pun menaikkan harga makanan berbasis beras, termasuk onigiri dan donburi, demi menyesuaikan dengan biaya bahan baku yang melonjak.

3. Cadangan darurat dikorbankan, efektifkah menekan harga?

ilustrasi proses pembuatan onigiri (pexels.com/Ivan Samkov)
ilustrasi proses pembuatan onigiri (pexels.com/Ivan Samkov)

Pelepasan cadangan beras dalam jumlah besar merupakan langkah langka bagi Jepang. Selama ini, stok darurat hanya digunakan untuk mengatasi bencana alam atau gagal panen, bukan untuk memperbaiki distribusi.

Dari total 910 ribu ton cadangan beras Jepang, pemerintah telah menyetujui pelepasan 231 ribu ton—sekitar 20 persen dari total stok. Pada tahap awal, 165 ribu ton sudah dilelang, dan sisanya sebesar 66 ribu ton akan dilepas jika diperlukan, namun dampak dari kebijakan ini masih belum bisa dipastikan.

“Begitu hasil pelelangan diumumkan, kita akan melihat apakah ada pengaruh terhadap penurunan harga,” ujar seorang analis dari Beikoku Databank, lembaga riset pasar beras, seperti dikutip dari Kyodo News.

Di sisi lain, lonjakan permintaan akibat meningkatnya jumlah wisatawan asing di Jepang turut memperburuk situasi. Kenaikan jumlah turis membuat konsumsi beras di restoran meningkat, sehingga memperketat persaingan mendapatkan pasokan.

Kekhawatiran ini juga dirasakan oleh para pedagang beras, termasuk Takao Iizuka, pemilik toko di Tokyo yang sudah berjualan selama tiga dekade.

Ia mengatakan harus menaikkan harga onigiri sekitar 20 persen bulan lalu akibat lonjakan harga beras. Ia bahkan khawatir tidak bisa mendapatkan cukup stok hingga panen berikutnya.

Dengan berbagai faktor yang memengaruhi harga, efektivitas kebijakan ini masih harus diuji dalam beberapa bulan mendatang. Jepang kini menghadapi tantangan besar dalam menyeimbangkan pasokan beras agar tetap terjangkau bagi masyarakat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us