Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penjelasan Bos Waskita Karya Soal Proyek Tol Dijual ke Asing

Dirut PT Waskita Karya, I Gusti Ngurah Putra dan COO IDN Media William Utomo. IDN Times/Hana Adi Perdana
Dirut PT Waskita Karya, I Gusti Ngurah Putra dan COO IDN Media William Utomo. IDN Times/Hana Adi Perdana

Jakarta, IDN Times - Proyek infrastruktur jalan tol yang dibangun oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) karya kerap dijual ke asing. Hal itu kemudian menimbulkan polemik lantara dianggap menjual aset negara.

Direktur Utama Waskita Karya, I Gusti Ngurah Putra mengatakan bahwa yang dijual pemerintah bukan fisiknya, melainkan konsesinya. Dalam pengertian yang luas, konsesi merupakan pemberian hak, izin, atau tanah oleh pemerintah, perusahaan, atau individu kepada pihak lain.

"Dari segi pemerintah itu tetap menguasai, karena atas nama tanahnya itu atas nama Binamarga, Indonesia, yang dijual itu kontraknya. Berarti orang apa? beli kontrak aja laku," ujarnya dalam Open House IDN Media HQ, Jakarta, Kamis (31/10).

1. Strategi Waskita Karya

Ilustrasi proyek yang dikerjakan oleh Waskita Karya. (Instagram.com/waskita_karya)

Putra mengatakan strategi bisnis Waskita bukan memiliki jalan tol, melainkan membangun. Nantinya, proyek yang telah rampung bakal di jual ke investor. Selanjutnya, uang tersebut bakal digunakan kembali untuk mengembangkan proyek.

"Waskita selain kontraktor, maka dia juga berinvestasi di jalan tol, dia jual. Nah Waskita Karya itu strateginya, kontraknya dapat untung, dia bikin pabrik beton untuk mensupport tadinya beli di luar terus di dalam, lalu dijual konsensinya itu lho untung. Tiga dapat untung, itu orang cerdas namanya," jelas dia.

2. Ruas yang dijual

Dirut PT Waskita Karya, I Gusti Ngurah Putra. IDN Times/Hana Adi Perdana

Dia mencontohkan ada beberapa ruas tol yang dikonsesikan oleh perseroan, salah satunya ruas tol Solo-Ngawi. Dari hasil penjualan tersebut, Waskita kemudian akan menggunakannya untuk pengembangan proyek lainnya.

"Contoh saya baru jual dua ruas, kita keluar modal yang satu solo-ngawi keluar modal Rp1,3 triliun, kita jual dengan Rp1,85 triliun. Kalau kamu bisnis, kamu jual nggak sih? jual.. untung.. bikin lagi," ungkapnya.

3. Enggan saingi Jasa Marga

Dok. Jasa Marga

Putra juga menegaskan bahwa strategi bisnis perusahaannya enggan menyaingi PT Jasa Marga (Persero). Menurut dia, Jasa Marga sudah mendapat penugasan. "Jadi itu strategi perusahaan. Karena ada Jasa Marga sebagai operator, kita nggak perlu menyaingi," tuturnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hana Adi Perdana
EditorHana Adi Perdana
Follow Us