Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penjualan McDonald’s Anjlok, AS Catat Kuartal Terburuk Sejak Pandemik

Logo McDonald’s (pexels.com/Samuel Figueroa)
Intinya sih...
  • Penjualan McDonald’s di AS turun 3,6% pada kuartal pertama 2025, di bawah ekspektasi 1,7%.
  • Konsumen AS lebih jarang mengunjungi gerai McDonald’s, terutama dari kalangan menengah dan berpenghasilan rendah.
  • Trump menyebut penurunan ini sebagai warisan "ekonomi Biden", sementara perusahaan tetap optimis dengan proyeksi pertumbuhan tahunannya.

Jakarta, IDN Times – McDonald’s melaporkan penurunan penjualan terbesar di Amerika Serikat (AS) sejak masa puncak pandemik pada 2020. Penjualan toko yang sama (same-store sales) anjlok 3,6 persen pada kuartal pertama 2025, jauh di bawah ekspektasi penurunan 1,7 persen.

Ini menjadi penurunan kuartalan terdalam sejak kuartal II-2020, ketika penjualan terpuruk hingga 8,7 persen. Penurunan terjadi meskipun ada promosi besar-besaran, termasuk kolaborasi dengan Minecraft Moviedan penawaran harga khusus.

Konsumen AS tercatat lebih jarang mengunjungi gerai McDonald’s dibanding tahun lalu di periode yang sama. Situasi ini bertepatan dengan kontraksi ekonomi AS sebesar 0,3 persen, menjadi penurunan pertama sejak 2022.

“Para konsumen saat ini sedang bergulat dengan ketidakpastian,” kata CEO McDonald’s, Chris Kempczinski, dikutip dari NBC News, Jumat (2/5/2025). Ia menyebut penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya jumlah pelanggan yang datang ke gerai.

1. Pelanggan kelas menengah dan bawah makin jarang mampir

McDonald’s (pexels.com/Olavi Anttila)

Dalam panggilan dengan investor, eksekutif McDonald’s menyebut pelanggan dari kalangan menengah mengalami penurunan trafik nyaris dua digit. Konsumen berpenghasilan rendah juga tercatat terus menurun, dengan banyak yang memilih melewatkan sarapan atau makan di rumah demi berhemat. Mereka menilai pengeluaran untuk makanan cepat saji kini tak lagi jadi prioritas.

Sebaliknya, pelanggan dari kalangan atas tetap stabil dan tak banyak terpengaruh kondisi ekonomi. Perilaku ini mencerminkan situasi lebih luas di AS, di mana kelompok berpenghasilan rendah lebih hati-hati membelanjakan uang. Sementara itu, kalangan kaya tetap aktif dalam konsumsi barang dan jasa.

Penurunan ini terjadi di tengah kritik tajam atas kenaikan harga menu, yang paling terasa bagi pelanggan berpenghasilan rendah. McDonald’s bukan satu-satunya yang terpukul; deretan restoran lain seperti Chipotle, Domino’s, Pizza Hut, Shake Shack, dan Starbucks juga mencatat penurunan penjualan serupa dalam kuartal ini.

2. Ekonomi AS terguncang akibat kebijakan tarif Trump

Donald Trump. (instagram.com/realdonaldtrump)

Laporan keuangan McDonald’s kali ini mencerminkan dua bulan pertama masa jabatan Presiden AS Donald Trump. Pada 2 April 2025, Trump mengumumkan gelombang tarif baru yang dijuluki “Hari Pembebasan” (Liberation Day), menimbulkan kebingungan di kalangan perusahaan dan konsumen.

Eksekutif McDonald’s mengungkapkan bahwa survei internal mereka menunjukkan peningkatan sentimen anti-AS, terutama di Eropa Utara dan Kanada. Meski citra merek McDonald’s secara umum belum terdampak secara signifikan, semakin banyak pelanggan di pasar luar negeri yang mempertimbangkan untuk mengurangi konsumsi produk Amerika.

Meski begitu, perusahaan tetap mempertahankan proyeksi pertumbuhan tahunannya. Mereka menargetkan membuka 2.200 gerai baru secara global dan memperkirakan pertumbuhan penjualan akan naik lebih dari 2 persen. Program kerja sama dengan Minecraft Movie juga dinilai berhasil menarik perhatian konsumen muda.

3. Investor gelisah, Trump minta waktu, analis soroti kecemasan publik

Ilustrasi investor. (IDN Times/Aditya Pratama)

Meski saham McDonald’s turun hampir 2 persen setelah laporan dirilis, Trump justru menyebut angka ini sebagai warisan dari “ekonomi Biden”. Ia meminta publik bersabar karena kebijakan pemulihan butuh waktu untuk menunjukkan hasil.

Namun, analis Danni Hewson dari AJ Bell mengungkapkan kekhawatiran lain dari sisi konsumen.

“Mereka khawatir harga akan naik lebih tinggi lagi dan bahwa anggaran rumah tangga, yang sudah merasakan dampak inflasi sebelumnya, akan terbebani sampai titik hancur,” kata Hewson, dikutip dari BBC, Jumat (2/4/2025).

Ia menambahkan bahwa ancaman resesi akibat tarif membuat konsumen menahan belanja.

Sejumlah perusahaan juga ikut bereaksi keras. Intel menyebut biaya operasional akan melonjak, sementara Adidas memperkirakan harga sepatu seperti Gazelle dan Samba akan naik. DHL bahkan sempat menghentikan pengiriman barang senilai lebih dari 800 dolar AS (sekitar Rp13,2 juta) karena kebijakan perdagangan AS yang berubah-ubah.

“McDonald’s memiliki warisan selama 70 tahun dalam hal inovasi, kepemimpinan, dan kelincahan yang telah terbukti,” ujar Kempczinski. Ia yakin perusahaan akan mampu menghadapi tekanan pasar dan terus merebut pangsa pasar meski situasi global tidak menentu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us