PLN Indonesia Power Pacu Transisi Energi Lewat Panas Bumi

- PLN Indonesia Power fokus pada pengembangan energi panas bumi sebagai solusi jangka panjang untuk ketahanan energi dan pengurangan emisi karbon.
- PLN Indonesia Geothermal berhasil menghasilkan 5,6 GWh energi hijau dalam lima tahun terakhir, dengan ekspansi ke bisnis derivatif dan teknologi efisiensi tinggi.
- RUPTL 2025-2034 menunjukkan rencana penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 GW, dengan 76% berasal dari energi terbarukan dan storage, termasuk alokasi 5,2 GW untuk panas bumi.
Jakarta, IDN Times - PLN Indonesia Power mengelola pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), memegang peran kunci dalam pengembangan energi panas bumi nasional. Melalui anak usahanya, PLN Indonesia Geothermal, perusahaan berkomitmen untuk memperkuat portofolio pembangkit berbasis panas bumi serta memperluas proyek-proyek pengembangan di berbagai wilayah Indonesia.
Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra, mengatakan pemanfaatan energi panas bumi merupakan solusi jangka panjang untuk menjaga ketahanan energi sekaligus mengurangi emisi karbon.
“Kami memandang panas bumi sebagai tulang punggung transisi energi di Indonesia. Dengan kapasitas teknis dan infrastruktur yang kami miliki, serta peran PLN Indonesia Geothermal sebagai key player PLTP di Tanah Air, kami siap mengoptimalkan potensi yang ada,” ujar Edwin dalam keterangannya, Jumat (30/5/2025).
1. Kurun waktu 5 tahun terakhir, PLN Indonesia hasilkan energi hijau 5,6 GWh

Selama lima tahun terakhir, PLN Indonesia Geothermal berhasil menghasilkan energi hijau sebesar 5,6 GWh yang setara dengan pengurangan emisi karbon sebanyak 4.760 ton CO₂e.
Tak hanya itu, pengembangan juga diperluas ke bisnis derivatif serta penggunaan teknologi efisiensi tinggi. "Langkah ini untuk memastikan keberlanjutan operasi," ucap Edwin.
2. Kembangkan PLTA dan PLTS juga sebagai EBT

Selain panas bumi, PLN Indonesia Power juga siap mengembangkan berbagai potensi energi baru terbarukan (EBT) lainnya, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), serta membuka ruang kolaborasi investasi melalui inisiatif Hijaunesia dan Hydronesia.
“Dengan peran strategis tersebut, PLN Indonesia Power terus bertransformasi menjadi penggerak utama dalam pemanfaatan energi terbarukan untuk mendukung tercapainya target Net Zero Emission (NZE) pada 2060,” tegasnya.
3. Kapasitas pembangkit listrik ditambah sebesar 69,5 gigawatt

Adapun dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, pemerintah merencanakan menambah kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 gigawatt (GW) dalam kurun waktu 2025 hingga 2034. Dari jumlah tersebut, sebanyak 76 persen atau 52,9 GW akan berasal dari energi terbarukan dan storage.
Hal menunjukkan arah kebijakan yang kuat menuju pengurangan emisi serta pemanfaatan sumber daya energi bersih. Khusus untuk panas bumi, pemerintah mengalokasikan kapasitas sebesar 5,2 GW, dengan target pencapaian kapasitas terpasang sebesar 0,9 GW hingga tahun 2029.