RUPTL 2025-2034 Diluncurkan, PLN Ekspansi ke Pembangkit Tenaga Surya

- PLN Indonesia Power (PLN IP) akan meningkatkan ekspansi pembangkit listrik tenaga surya.
- Langkah tersebut sejalan dengan diluncurkannya Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034.
- RUPTL 2025-2034 menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 Gigawatt (GW), di mana lebih dari 76 persen berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT) dan Storage.
Jakarta, IDN Times - PT PLN (Persero) melalui anak usahanya, PLN Indonesia Power (PLN IP) menyampaikan pihaknya bakal meningkatkan ekspansi pembangkit listrik tenaga surya. Hal ini dalam mendukung peningkatan bauran energi baru terbarukan di Tanah Air.
Langkah tersebut sejalan dengan diluncurkannya Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034. Direktur Utama PLN IP, Edwin Nugraha Putra meyakini PLN Indonesia Power memiliki peran sentral dalam peta jalan transisi energi Indonesia.
“Kami siap menjadi pemain kunci dalam mengimplementasikan RUPTL 2025-2034 dengan pendekatan yang inovatif dan kolaboratif. Kami percaya, keberlanjutan adalah masa depan bisnis kelistrikan,” ujar Edwin dalam pernyataan resmi diterima IDN Times, Kamis (29/5/2025).
1. Potensi tenaga surya capai 3.925 Gigawatt

Edwin mengatakan potensi tenaga surya Indonesia yang mencapai 3.295 GW menjadi peluang besar yang akan dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu, menurutnya, PLN telah merancang langkah strategis jangka menengah hingga panjang dalam mendukung implementasi RUPTL 2025-2034.
Implementasi itu mencakup pembangunan pembangkit EBT, pemanfaatan biomassa untuk cofiring di PLTU eksisting, serta ekspansi program energi surya dari hulu ke hilir.
“Indonesia hanya memiliki dua musim, yang memungkinkan pemanfaatan sinar matahari sepanjang tahun untuk pembangkitan listrik berbasis PLTS. Oleh karena itu, kami mengambil langkah strategis dengan membangun industri PLTS dari hulu hingga hilir, sekaligus mempercepat transisi energi menuju Net Zero Emission pada 2060,” jelas Edwin.
2. Bekal ekspansi ke pembangkit listrik tenaga surya

Ia memaparkan, di sisi hulu, PLN Indonesia Power melalui perusahaan patungan PT Trina Mas Agra Indonesia (TMAI) yang merupakan hasil kolaborasi antara PLN Indonesia Power Renewables, Trina Solar Co. Ltd, dan PT Dian Swastatika Sentosa telah membangun pabrik panel surya terintegrasi pertama di Indonesia. Pabrik ini memproduksi sel dan modul surya di satu lokasi dengan teknologi Tunnel Oxide Passivated Contact (TOPCon) yang memiliki efisiensi hingga 23,2 persen.
“Pabrik ini kami kembangkan bersama perusahaan kelas dunia untuk memenuhi permintaan energi terbarukan nasional. Teknologi N-type TOPCon_yang kami gunakan telah memenuhi standar bankability AAA dari BNEF, menjadikan produk kami efisien dan andal. Ini bukti keseriusan kami membangun industri EBT dalam negeri,” tambah Edwin.
Adapun pada sisi midstream dan downstream, anak usaha PLN Indonesia Power Services menjadi ujung tombak dalam pembangunan, instalasi, dan pemeliharaan PLTS. Beberapa proyek strategis telah dilaksanakan melibatkan sektor swasta, seperti PLTS PT AIIA dan PT ADSMIN dengan kapasitas total 900 kWp.
3. Panas bumi terus dikembangkan

Edwin menyampaikan, perusahaan juga memperkuat portofolio EBT melalui PLN Indonesia Geothermal, yang tidak hanya mengembangkan pembangkit panas bumi. Ia mencatat, selama lima tahun terakhir, PLN Indonesia Geothermal juga telah menghasilkan energi hijau sebesar 5,6 GWh, setara dengan pengurangan emisi karbon sebanyak 4.760 ton CO₂e,” ujar Edwin.
Selain surya dan panas bumi, kata Edwin, PLN Indonesia Power juga siap mengembangkan berbagai potensi energi baru terbarukan lainnya yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan sumber EBT lainnya. Hal ini merupakan peran strategis perusahaan sebagai pemain kunci dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) nasional dan komitmennya untuk mempercepat transisi energi di Indonesia.
“Melalui program Hijaunesia dan Hydronesia, PLN Indonesia Power juga membuka peluang kolaborasi dengan investor nasional dan global untuk mempercepat pembangunan pembangkit berbasis surya dan hidro di seluruh Indonesia,” kata dia.
4. RUPTL syaratkan 76 persen energi baru terbarukan

RUPTL 2025-2034 menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 Gigawatt (GW), di mana lebih dari 76 persen atau 52,9 GW di antaranya berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT) dan Storage.
Adapun secara rinci, Indonesia menargetkan pembangunan tenaga surya sebesar 17,1 GW. Sumber EBT lain di antaranya tenaga hydro sebesar 11,7 GW, Angin 7,2 GW, Panas Bumi 5,2 GW, Bioenergi 0,9 GW, Nuklir 0,5 GW serta alokasi khusus Storage 10,3 GW.