Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Purbaya: Biar AS-China Ribut, Indonesia Untung

Ilustrasi ekspor
Ilustrasi ekspor
Intinya sih...
  • IHSG stabil hari ini: Purbaya menyatakan bahwa IHSG bergerak positif meskipun ada tekanan dari sentimen negatif di pasar global.
  • Beri tekanan tambahan ke inflasi AS: Kebijakan Trump kepada China akan memberikan tekanan tambahan yang lebih tinggi ke inflasi AS tahun ini.
  • Kebijakan tarif Trump ke China dorong kekhawatiran investor: Langkah Trump membuat investor kembali risk off terhadap aset Negara Berkembang (EMs) dan mempengaruhi The Fed dalam menurunkan Fed Funds Rate.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Menteri Keuangan (Menkeu), Purbaya Yudhi Sadewa menilai, ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China, yang berencana memberlakukan tarif impor atas produk dari China sebesar 100 persen, dapat memberikan keuntungan bagi produk ekspor Indonesia. Menurutnya, hal ini membuat produk Indonesia menjadi lebih kompetitif saat masuk ke pasar AS.

“Kalau China dikenakan tarif 100 persen, barang kita jadi lebih bersaing di Amerika. Untuk kita, itu menguntungkan. Biar saja mereka berantem, kita untung,” ujar Purbaya saat ditemui di Tempat Pemeriksaan Fisik Terpadu (TPFT) Graha Segara, Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (13/10/2025).

1. IHSG stabil hari ini

Layar digital menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)
Layar digital menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)

Sementara itu, terkait dampak ketegangan global terhadap pasar saham, Purbaya mengklaim bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak positif pada hari ini. Namun, ia juga mengakui tekanan dari sentimen negatif di pasar global turut mempengaruhi pergerakan IHSG.

“IHSG seharusnya positif, tapi mungkin ada sentimen negatif di pasar. Gara-gara pasar di sana jatuh,” tuturnya.

2. Beri tekanan tambahan ke inflasi AS

ilustrasi perang dagang (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi perang dagang (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro menjelaskan, langkah terbaru dari kebijakan Presiden Donald Trump kepada China akan memberikan tekanan tambahan yang lebih tinggi ke inflasi AS tahun ini. Ekspektasi inflasi konsumen AS untuk satu tahun ke depan naik menjadi 3,4 persen pada September 2025, tertinggi dalam lima bulan terakhir.

"FOMC minutes menekankan bahwa risiko inflasi AS dan pelemahan pasar tenaga kerja masih meningkat sehingga keputusan pelonggaran kebijakan moneter dilakukan dengan hati-hati," tutur Andry, Senin (13/10).

3. Kebijakan tarif Trump ke China dorong kekhawatiran investor

Ilustrasi perang dagang antara Amerika dan China (PixabayAbsolutVision)
Ilustrasi perang dagang antara Amerika dan China (PixabayAbsolutVision)

Andry mengatakan, langkah Trump membuat investor kembali risk off terhadap aset Negara Berkembang (EMs). Indeks dolar AS kembali meningkat ke atas level 99 kembali.

Kemudian indeks Dow Futures turun 887 poin menjelang pembukaan pasar saham pada hari Senin. Di sisi lain, US Treasury yield turun ke 4,036 persen sebagai dampak kembalinya capital flows to save haven assets.

Selain itu, sentimen inflasi AS yang meningkat dapat mempengaruhi The Fed dalam menurunkan Fed Funds Rate dan mendorong penguatan DXY dan tekanan pelemahan rupiah ke depannya .

"Sikap The Fed ini mengindikasikan kebijakan gradual easing, bukan pelonggaran yang agresif. Separuh anggota The Fed memperkirakan akan tetap ada dua kali penurunan suku bunga tambahan pada kuartal IV-2025. Market konsensus melihat probabilitas penurunan FFR sebesar 25 bps menjadi 4 persen pada 29 Oktober 2025 sebesar 98,3 persen," tutur Andry.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

IHSG Ambruk Senin Sore di Tengah Tensi Memanas AS-China

13 Okt 2025, 16:29 WIBBusiness