[WANSUS] Asuransi Syariah, Saat Tolong Menolong Jadi Prinsip Proteksi

Penetrasi asuransi syariah masih rendah sampai sekarang

Jakarta, IDN Times - Asuransi syariah hadir di tengah masyarakat yang ingin memiliki proteksi lebih atas diri dan keluarganya dengan konsep islami. Keberadaan asuransi syariah pun melengkapi asuransi konvensional yang ada dalam industri asuransi jiwa Indonesia.

Tolong menolong jadi konsep utama yang ada dalam praktik asuransi syariah. Setidaknya hal itu yang disampaikan oleh Head of Sharia & Business Support Allianz Life Indonesia, Hendra Gunawan saat menjadi narasumber dalam program Obrolan Berkah Seputar Ekonomi Syariah (OBSESi) bersama IDN Times.

“Jadi di asuransi syariah itu ada praktik tolong menolong namanya. Asuransi syariah ini kita ganti deh jadi konsep tolong menolong. Mau gak kalau kita gabung di komunitas tolong menolong tadi? Jadi kita bisa membantu orang dan ada orang lain yang siap membantu kita ketika kita sedang kesusahan,” tutur Hendra.

Dalam wawancara tersebut, Hendra juga turut memaparkan penetrasi asuransi syariah di Indonesia dan bagaimana memilih asuransi syariah terbaik untuk Millennial dan Gen Z. Berikut ini wawancara lengkap Hendra dan IDN Times.

Baca Juga: Luncurkan Asuransi Jiwa Kredit, Allianz Gandeng Bank Woori

Apa yang dimaksud dengan asuransi syariah?

[WANSUS] Asuransi Syariah, Saat Tolong Menolong Jadi Prinsip Proteksiilustrasi asuransi (IDN Times/Aditya Pratama)

Sekarang di tiap smartphone pasti ada aplikasi WhatsApp kan. Nah di aplikasi tersebut ada banyak grup, grup keluarga, grup teman SMA, grup teman kuliah, grup kantor dan sebagainya. Di grup ini pernah gak ada kejadian tiba-tiba suatu hari ada anggota member di grup itu yang bilang ‘eh teman-teman, ada nih teman kita, ada nih saudara  kita yang sedang kena musibah, dia sakit yuk kita urunan, kumpulin, patungan seikhlasnya aja deh. Kita kumpulin untuk bantu dia nanti.’

Jadi dikumpulin, sama-sama kemudian dana itu nanti disalurkan ke yang kena musibah, misalkan dia sakit harus dirawat di rumah sakit dan kalau bicara risiko sakit biasanya korelasinya langsung ke finansial kan apalagi kalau sampai harus dirawat di rumah sakit.

Nah dana yang dikumpulkan ini pasti kan tujuannya kalau kita misal jadi member satu grup kan supaya bisa bantu  yang sakit dan meringankan beban orang yang kena musibah. Jadi orang yang di grup WhatsApp yang sehat dengan ikhlas memberikan bantuan, sebagian yang dia punya dikumpulkan kemudian disalurkan ke yang membutuhkan tadi.

Nah kalau kita lihat praktik itu, praktik mengumpulkan dana kemudian diberikan kepada yang sedang membutuhkan itulah asuransi syariah. Jadi sebenarnya secara sadar gak sadar nih kalau kita ngomongin sejak zaman WhatsApp dan teman-teman mengalami itu, pernah memberikan sumbangan kemudian membantu teman yang sedang kena musibah maka sebenarnya sejatinya teman-teman sudah mempraktikkan asuransi syariah.

Ketika kita punya niat untuk bantu orang yang sedang kena musibah, yang sedang kesusahan baik itu sakit atau mungkin mohon maaf meninggal dunia dan ahli waris atau keluarganya membutuhkan bantuan finansial maka sesungguhnya kita telah mempraktikkan asuransi syariah.

Ketika kita memberikan bantuan kepada yang membutuhkan kita kan ada pada posisi mampu untuk membantu kan. Pertanyaan simpelnya adalah begini mungkin gak sih suatu saat kita bisa jadi ada di posisi yang butuh dibantu? Mungkin banget. Pertanyaannya adalah mau gak ketika kita sedang dalam posisi butuh dibantu ternyata banyak banget yang mau bantu kita?

Nah, prinsip ini gak ada di praktik yang tadi saya cerita. Di lembaga atau aplikasi bantu membantu kita bisa menolong, tapi belum tentu ketika kita kesusahan kita bisa dibantu. Misalkan kita sakit terus kemudian butuh biaya besar kan tidak secara otomatis aplikasi itu bisa membantu kita kan.

Nah, di konsep asuransi hal ini sangat dimungkinkan. Jadi di asuransi syariah itu ada praktik tolong menolong namanya. Asuransi syariah ini kita ganti deh jadi konsep tolong menolong. Mau gak kalau kita gabung di komunitas tolong menolong tadi? Jadi kita bisa membantu orang dan ada orang lain yang siap membantu kita ketika kita sedang kesusahan.

Jadi kebaikannya itu benar-benar terus-terusan. Kalau teman-teman bergabung menjadi peserta begitu aktif perlindungannya, misalkan lima menit kemudian ternyata di tempat nun jauh di sana gitu ya ada yang membutuhkan bantuan maka yang dipakai adalah salah satu dana yang dikumpulkan teman-teman sekalian dan itu berjalan terus. Kebaikan teman-teman ketika menjadi peserta asuransi syariah itu benar-benar akan berjalan secara otomatis bahkan tanpa teman-teman sadari.

Hal apa sih yang paling menjadi pembeda antara asuransi syariah dan asuransi konvensional?

[WANSUS] Asuransi Syariah, Saat Tolong Menolong Jadi Prinsip Proteksiilustrasi asuransi (IDN Times/Aditya Pratama)

Untuk menjawab ini saya kasih contoh antara saya dengan Mas Aji. Anggaplah kita berdua ini sudah berteman lama. Contoh suatu hari saya bilang ke Mas Aji begini ‘Ji, gue nih punya anggaran ngganggur, gue mau kasih lo Rp100 ribu sebulan, pokoknya rutin deh, setiap bulan lo gue kasih Rp100 ribu. Gue gak minta apapun dari lo karena lo sahabat gue, gue kasih Rp100 ribu tiap bulan. Syaratnya cuma satu, kalau suatu hari gue sakit terus gue butuh biaya tolong lo kasih gue Rp5 juta.’

Nah Mas Aji sebagai orang yang sudah lama bersahabat berpikir begini, ‘Wah Rp100 ribu per bulan, kalau Hendra sakit Rp5 juta. Gue udah bersahabat lama sama Hendra kayaknya dia gak pernah sakit nih. Cuan nih, yaudah oke deh lo kasih gue Rp100 ribu kalau lo kenapa-kenapa gue kasih lo Rp5 juta, Deal!’

Mulai lah saya setor Rp100 ribu per bulan dan ternyata benar nih singkat cerita misal selama 20 tahun saya gak kenapa-kenapa. Berarti kan sudah kekumpul berapa Rp24 juta kan. Jadi Mas Aji nggak ngeluarin duit Rp5 juta. Nah pertanyaannya, siapa yang untung di sini selama 20 tahun ini? Aji kan pasti. Yang rugi siapa? Ya saya, rugi karena udah mengeluarkan duit Rp100 ribu ternyata gak keluar juga tuh Rp5 juta.

Itu case pertama. Case kedua kita ganti ceritanya, saya setor Rp100 ribu dan ternyata dalam waktu tiga bulan saya dirawat di rumah sakit. Sesuai perjanjian maka Mas Aji harus ngasih ke saya Rp5 juta. Nah kalau kondisinya begini Mas Aji untung atau rugi? Logikanya ya Mas Aji rugi dan saya untung, untung dalam hal secara finansial saya terbantu untuk biasa rumah sakit.

Di praktik ini, dua contoh ini pasti akan ketemu kondisi di mana kalau yang satu untung dan satu pasti rugi. Nah di dalam transaksi, kalau di dalam Islam, ketika berbisnis gak boleh tuh. Itu kan mirip sama dzalim ya.

Bertransaksi itu dalam Islam, kalau untung ya harus sama-sama. Kalau rugi ya bareng-bareng juga. Nah praktik ini terjadi namanya transaksi jual beli, jual beli apa? Jual beli risiko. Dalam kasus itu risiko sakit yang masuk dalam transaksi jual beli. Jadi terjadi transfer risiko dari saya kepada Mas Aji.

Jual beli ini yang tidak diperbolehkan di dalam Islam. Praktik seperti ini yang terjadi di dalam program atau konsep asuransi konvensional.

Kalau kita balik lagi ke yang tadi kan based-nya niatnya untuk tolong menolong kan. Kalau ada 100 ribu orang semuanya ikhlas menolong tinggal tunggu aja mana yang sakit duluan, nah yang sehat itu akan menolong yang sakit jadi kan terjadi transaksi saling menolong tadi makanya udah gak ada lagi istilah untung dan rugi. Gak ada lagi yang dizalimi karena dana yang kita iurkan, iuran yang kita setor itu sudah pasti digunakan untuk kebaikan, untuk membantu orang-orang di luar sana yang membutuhkan.

Baca Juga: Penetrasi Asuransi, Allianz Indonesia Bidik 13 Juta Nasabah

Bagaimana Allianz memandang industri asuransi syariah saat ini di Indonesia?

[WANSUS] Asuransi Syariah, Saat Tolong Menolong Jadi Prinsip ProteksiIlustrasi Asuransi (IDN Times/Aditya Pratama)

Kalau kita sih simpel melihatnya. Tadi kan kita sudah bahas dari awal bahwa konsep asuransi syariah luar biasa dan benar-benar menyebarkan kebaikan. Sama dengan di Allianz, kita benar-benar lebih dari senang banget untuk terus memberikan kebaikan khususnya kepada masyarakat Indonesia. Jadi dengan kondisi masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim. Kalau dari penetrasi asuransi juga belum tinggi, ini sebenarnya jadi tantangan sekaligus peluang buat kita.

Jadi Allianz sebagai perusahaan senang banget nih membagikan informasi tentang kebaikan ini. Sama dengan kita, orang-orang biasa bercerita tentang kebaikan jadi senang kan, mengajak kebaikan. Kita tuh pastinya akan terus berkomitmen untuk berjuang. Allianz sebagai perusahaan asuransi yang punya unit syariah kita happy banget untuk bisa terus berjuang membagikan kebaikan kepada masyarakat.

Allianz tuh bangga banget bisa ada di industri asuransi syariah karena bisa sama-sama bergandengan tangan untuk bisa menebarkan kebaikan tadi.

Bagaimana penetrasi asuransi syariah saat ini?

[WANSUS] Asuransi Syariah, Saat Tolong Menolong Jadi Prinsip Proteksiilustrasi asuransi (IDN Times/Aditya Pratama)

Kalau kita ngomongin penetrasi, sebenarnya bukan cuma asuransi syariah ya, tapi asuransi secara keseluruhan dan ini sebenarnya sederhana deh. Kita kan pakai pepatah lama ya, tak kenal maka tak sayang. Jadi balik lagi, kalau kita bicara asuransi, penetrasi masih kecil sebenarnya simpel, tak kenal maka tak sayang.

Jadi menurut saya, penetrasi ini justru jadi peluang, justru bikin kita tambah semangat, bukan pesimis duh berarti orang Indonesia yang sadar asuransi rendah banget ya. Ya memang benar saat ini. Penetrasi hampir 4 persen yang ada, anggaplah yang dia sadar bahwa dia butuh asuransi berarti kan 95 persen lebih itu orang berpikir bahwa menganggap asuransi gak penting kan dengan segala macam alasan kan dan yang paling utama menurut kita adalah melakukan edukasi tadi.

Walaupun masih kecil, tapi bukan berarti gak ada potensi, justru potensi dan peluang berjalan beriringan dengan kondisi yang ada saat ini dan kita komitmen banget dan wawancara ini jadi salah satu momen edukasi tersebut. Oleh karena itu, ke depan kita harap penetrasi ini makin tinggi dan makin banyak orang yang berbagi kebaikan dengan asuransi syariah.

Sebenarnya ada juga yang bikin kita optimistis bahwa di 2021 di kuartal-II kemarin itu pertumbuhannya sendiri itu tumbuh kurang lebih 52 persen untuk asuransi syariah. Artinya, makin banyak orang yang teredukasi dan kemudian memutuskan oke deh saya berkontribusi di asuransi syariah untuk membantu orang di luar sana.

Baca Juga: Premi Allianz Life Syariah Tumbuh 22 Persen Sepanjang 2021

Selain edukasi, apa strategi Allianz guna meningkatkan penetrasi asuransi syariah?

[WANSUS] Asuransi Syariah, Saat Tolong Menolong Jadi Prinsip ProteksiIlustrasi asuransi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Tadi kan kita udah cerita ya dan gak cuma saya nih karena kan Allianz itu kan juga punya partner yang jumlahnya ribuan ya dan mereka lah yang bantu kita cerita tentang kebaikan asuransi syariah.

Nah di luar itu, ini yang kalau di perusahaan-perusahaan saat ini hal ini wajib dilakukan, yakni digitalisasi. Di Allianz sendiri kita concern soal kemudahan akses sehingga proses digitalisasi kita lakukan terhadap end to end process. Jadi mulai dari seseorang mau bergabung menjadi peserta sehingga gak perlu lagi banyak kertas bahkan partner kita kalau ada calon peserta yang khawatir kondisi COVID-19 gak perlu saling ketemu face to face, itu semua dilakukan secara digital.

Ketika peserta sudah join, kita juga memberikan fasilitas-fasilitas memudahkan buat mereka. Jadi cukup diakses melalui aplikasi kalau ada transaksi-transaksi yang harus dilakukan. Ini sampai di akhir ketika harus melakukan klaim, peserta bisa melakukannya secara digital. Tinggal difoto kuitansi dan bukti-bukti sudah bisa diproses. Ini yang menurut kita jadi suatu hal penting dan kita terus mengembangkan digitalisasi ini. Kita punya banyak strategi, tapi saya rasa ini yang paling fit buat masyarakat dan supaya masyarakat tahu untuk mengakses asuransi syariah itu sekarang gak susah kok.

Digitalisasi sendiri sudah mulai dari beberapa tahun lalu. Ketika pandemik muncul pada 2020 awal itu justru sebelum pandemik hadir kita sudah punya aplikasi yang memungkinkan masyarakat jadi peserta asuransi syariah di Allianz dengan mudah. Makanya begitu ternyata pandemik yang datang Alhamdulilah infrastruktur kami sudah siap. Sebelum pandemik kami terus lakukan pengembangan dan itu terus berjalan sampai sekarang.

Apa saja tips bagi para milenial dan gen Z yang ingin membeli asuransi syariah?

[WANSUS] Asuransi Syariah, Saat Tolong Menolong Jadi Prinsip ProteksiIlustrasi millennial dan Gen Z/Dok. IDN Times

Satu, ini penting banget kalau teman-teman memutuskan jadi peserta asuransi syariah itu pasti teman-teman memang butuh dan pasti mengerti kenapa jadi peserta asuransi syariah. Jadi, jangan jadi peserta asuransi syariah karena gak enak apalagi karena terpaksa.

Kalau merasa belum butuh, jangan punya atau kalau berasa gak perlu, ya jangan punya dulu deh karena biasanya itu gak bakal enak. Nah, untuk tahu kita butuh atau tidak coba cek rekening tabungan apakah uang di dalamnya akan cukup mengcover ketika misalnya kita sakit dan dirawat di rumah sakit. Kalau gak cukup ya berarti teman-teman memang butuh asuransi syariah.

Kedua, yang harus kita lakukan adalah teman-teman apalagi millennial gampang lah, browsing soal asuransi syariah, mana produk asuransi syariah terbaik. Nah ini karena sekarang saya yang ngomong, coba deh teman-teman browsing allianz.co.id atau ketik asuransi Allianz syariah.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya