Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Risiko Bisnis yang Dikelola Bersama Keluarga, Waspada Konflik!

ilustrasi bisnis dan usaha (pexels.com/mikhailnilov)

Mengelola bisnis bersama keluarga memang terdengar menarik. Selain bisa bekerja dengan orang-orang terdekat, bisnis keluarga juga sering dianggap lebih stabil dan terpercaya. Namun, di balik keuntungannya, ada berbagai risiko yang perlu diwaspadai.

Tanpa pengelolaan yang tepat, bisnis keluarga bisa mengalami konflik, kesulitan finansial, hingga kehancuran. Berikut adalah lima risiko utama yang sering dihadapi dalam bisnis keluarga dan belajar dalam mengelola bisnis secara profesional yang dilansir dari Chubb.com.

1. Konflik antaranggota keluarga

ilustrasi konflik (pexels.com/alena)

Salah satu risiko terbesar dalam bisnis keluarga adalah potensi konflik antaranggota keluarga. Karena hubungan keluarga lebih emosional dibandingkan hubungan profesional biasa, perbedaan pendapat dalam pengelolaan bisnis bisa berkembang menjadi perselisihan yang lebih besar. Jika tidak ditangani dengan baik, konflik ini tidak hanya mempengaruhi bisnis, tetapi juga hubungan pribadi dalam keluarga.

Untuk menghindari konflik, penting untuk memiliki aturan yang jelas mengenai peran, tanggung jawab, dan pengambilan keputusan dalam bisnis. Komunikasi yang terbuka dan profesional harus dijaga agar perbedaan pendapat dapat diselesaikan secara rasional tanpa merusak keharmonisan keluarga.

2. Sulit memisahkan urusan pribadi dan keluarga

ilustrasi bisnis dan usaha (pexels.com/mikhailnilov)

Dalam bisnis keluarga, batas antara urusan pribadi dan bisnis sering kali menjadi kabur. Masalah pribadi bisa terbawa ke dalam bisnis, begitu pula sebaliknya. Misalnya, ketika ada anggota keluarga yang mengalami masalah keuangan pribadi, ia mungkin mencoba memanfaatkan bisnis untuk menutupinya.

Penting untuk menjaga profesionalisme dalam bisnis keluarga. Keuangan perusahaan harus dikelola secara transparan dan terpisah dari keuangan pribadi. Selain itu, keputusan bisnis harus didasarkan pada pertimbangan rasional, bukan hanya faktor emosional atau hubungan keluarga.

3. Tidak bisa profesional

ilustrasi bisnis keluarga (pexels.com/lisa)

Karena sifatnya yang berbasis kekeluargaan, bisnis keluarga sering kali mengalami kesulitan dalam menerapkan sistem manajemen yang profesional. Banyak keputusan yang dibuat berdasarkan hubungan kekeluargaan, bukan berdasarkan kompetensi atau kebutuhan bisnis. Misalnya, anggota keluarga yang kurang kompeten bisa tetap diberikan posisi penting hanya karena hubungan keluarga, bukan karena kemampuannya.

Hal ini bisa menghambat pertumbuhan bisnis dan menurunkan efektivitas operasional. Jika memungkinkan, rekrutlah tenaga kerja yang kompeten, baik dari dalam maupun luar keluarga, dan pastikan setiap anggota keluarga menjalankan tugasnya berdasarkan kemampuan, bukan sekadar hubungan darah.

4. Ketegangan keluarga ketika bisnis merugi

ilustrasi bisnis keluarga (pexels.com/lisa)

Bisnis keluarga sering kali dimulai dengan modal dari anggota keluarga sendiri. Meskipun ini bisa menjadi keuntungan karena menghindari ketergantungan pada pihak luar, ada risiko besar jika bisnis mengalami kesulitan keuangan. Jika bisnis mengalami kerugian, anggota keluarga bisa kehilangan investasi mereka, yang berujung pada masalah finansial pribadi dan ketegangan dalam keluarga.

Untuk mengurangi risiko ini, bisnis keluarga harus memiliki strategi keuangan yang matang. Diversifikasi sumber pendanaan, seperti mencari investor atau pinjaman yang sehat, bisa menjadi solusi agar bisnis tetap berjalan tanpa membebani keuangan keluarga secara berlebihan.

5. Kesulitan mencari penerus

ilustrasi bisnis keluarga (pexels.com/lisa)

Salah satu tantangan besar dalam bisnis keluarga adalah proses regenerasi atau suksesi. Tidak semua anggota keluarga memiliki minat atau kemampuan untuk melanjutkan bisnis. Jika generasi berikutnya tidak siap atau tidak tertarik untuk mengambil alih, bisnis bisa mengalami penurunan atau bahkan tutup.

Generasi penerus harus dipersiapkan dengan baik melalui pelatihan dan pengalaman yang cukup sebelum mereka mengambil alih bisnis. Jika tidak ada anggota keluarga yang cocok, mempertimbangkan manajer profesional dari luar keluarga bisa menjadi solusi agar bisnis tetap berlanjut dengan baik.

 

Bisnis keluarga memiliki banyak keuntungan, tetapi juga menghadapi berbagai risiko yang tidak boleh diabaikan. Konflik, ketidakprofesionalan, masalah keuangan, dan tantangan regenerasi adalah beberapa risiko utama yang bisa menghambat keberlanjutan bisnis.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us