Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rupiah Lesu Pascapeluncuran Danantara,  Ini Respons BI

ilustrasi rupiah melemah (IDN TImes/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • Rupiah dibuka melemah di level Rp16.561 per dolar AS, dipengaruhi sentimen eksternal dan bukan efek peluncuran Danantara.
  • Pelemahan rupiah disebabkan oleh kebijakan pemerintah AS terkait tarif impor Meksiko dan Kanada serta kondisi pasar saham domestik dan regional.
  • Kondisi likuiditas perbankan relatif baik, Bank Indonesia akan memastikan ketersediaan likuiditas melalui berbagai instrumen operasi market pro market.

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia menegaskan pelemahan rupiah yang terjadi beberapa hari terakhir lebih disebabkan oleh dominasi sentimen dari eksternal dan bukan karena efek peluncuran dari Danantara yang dilakukan Senin lalu. 

Apabila mengacu data Bloomberg, pergerakan rupiah pada awal perdagangan hari ini dibuka melemah pada level Rp16.561 per dolar AS. Rupiah terpantau melemah 107 poin atau 0,65 persen dibandingkan penutupan kemarin sore di level Rp16.454 per dolar AS. 

Lalu sentimen eksternal apa saja yang mempengaruhi pergerakan rupiah?

1. Kebijakan pemerintah AS bayangi laju rupiah

ilustrasi uang dolar Amerika (IDN Times/Mela Hapsari)

Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Edi Susianto mengatakan pelemahan rupiah dipengaruhi oleh sentimen dari kebijakan pemerintah AS, salah satunya rencana implementasi kebijakan tarif impor dari Meksiko dan Kanada dalam waktu dekat. Namun yang perlu dicatat, menurutnya, pelemahan ini juga terjadi di pasar saham domestik dan regional. 

"So far faktor (pelemahan rupiah) sentimennya banyak dari global," ungkap Edi kepada IDN Times, dikutip Jumat (28/2/2025). 

2. BI monitor dan pastikan kecukupan likuiditas di pasar

ilustrasi rupiah melemah (IDN TImes/Aditya Pratama)

Lebih lanjut, berdasarkan pemantauan BI  kondisi likuiditas perbankan relatif baik dan terjaga dengan suku bunga antar bank yang juga wajar.

"BI akan terus memonitor dan memastikan ketersediaan dan kecukupan likuiditas di pasar melalui berbagai instrumen operasi market pro market, seperti repo, pembelian SBN sekunder, dan swap," tegasnya. 

3. Ada sentimen eksternal dan domestik yang bayangi pelemahan rupiah

Ilustrasi Ekspor (Dok. IDN Times)

Senada dengan Edi, pengamat pasar uang Ariston Tjendra menjelaskan bahwa kondisi pasar uang dan pelemahan rupiah yang terjadi lebih disebabkan oleh isu besar dari Presiden AS Donald Trump terkait  kenaikan tarif yang bisa memicu perang dagang.

"Sentimen ini akhirnya mendorong pelambatan ekonomi global," tegasnya. 

Di sisi lain, turunnya tingkat keyakinan konsumen AS juga dikaitkan dengan ekspektasi kenaikan tarif impor oleh Presiden Trump yang akan menaikkan harga-harga konsumsi dalam negeri. 

"Penurunan tingkat keyakinan konsumen AS ini bisa berujung pada pelambatan ekonomi AS karena konsumsi memegang peranan besar dalam pertumbuhan ekonomi AS," tegasnya. 

Sementara itu terkait sentimen domestik, Ariston menegaskan bahwa pasca peluncuran Danantara memang respon pasar ada yang pro dan kontra namun semua faktor masih di dominasi oleh eksternal.  Kemudian terkait efisiensi anggaran pemerintah juga memberikan sentimen negatif. 

"Efisiensi ini menurunkan konsumsi pemerintah sehingga banyak bisnis swasta yang berhubungan dengan anggaran pemerintah, menurun pendapatan," tegasnya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us