Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rupiah Tak Berdaya Lawan Dolar AS, Melemah ke Level Rp15.945

Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)
Intinya sih...
  • Rupiah ditutup melemah di level Rp15.945 per dolar AS
  • Mayoritas mata uang Asia melemah terhadap dolar AS, termasuk Won Korea, Yen Jepang, dan Ringgit Malaysia
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pergerakan rupiah di pasar spot ditutup melemah di akhir perdagangan Kamis (12/12/2024). Mata uang Garuda berakhir pada level Rp15.945 per dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah 0,16 persen dari sehari sebelumnya di level Rp15.919 per dolar AS.

1. Hanya sedikit mata uang yang menguat

Di Asia, mayoritas mata uang melemah terhadap dolar AS sore ini, rinciannya:

  • Won Korea melemah 0,26 persen
  • Yen Jepang melemah 0,14 persen
  • Ringgit Malaysia melemah 0,12 persen
  • Rupee India melemah 0,02 persen
  • Yuan China melemah 0,01 persen
  • Dolar Hong Kong yang melemah 0,005 persen.

Sedangkan mata uang Asia lainnya menguat terhadap dolar AS, yakni Baht Thailand menguat 0,24 persen, dolar Taiwan menguat 0,18 persen, pesso Filipina menguat 0,10 persen, dan dolar Singapura menguat 0,08 persen terhadap dolar AS.

2. Kondisi geopolitik naik picu penguatan dolar AS

Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra mengatakan, kondisi geopolitik yang masih menegang mendorong penguatan dolar AS terhadap mata uang dunia.

"Hal ini tercermin pada kenaikan harga emas yang juga sebagai aset aman," ujar Ariston.

3. Inflasi AS stabil jadi pertanda ekonomi AS solid

Di sisi lain, inflasi AS yang bergerak tidak jauh dari sebelumnya ini juga menunjukkan inflasi yang stabil. Apalagi kondisi ekonomi AS juga masih cukup bagus.

"Contohnya kenaikan data-data PMI jasa dan manufaktur, sehingga Bank Sentral AS bisa mengambil kesempatan untuk memangkas suku bunga acuannya di Desember ini untuk membuka ruang kenaikan tahun depan bila diperlukan," tutur Ariston.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us