Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menengok Kisah Sukses Sido Muncul, Bertahan Lebih dari 7 Dekade

Produk Sido Muncul seperti Tolak Angin, Kuku Bima, Jahe Wangi dan jamu tradisional lainnya. (IDN Times/Helmi Shemi)

Jakarta, IDN Times - Tidak ada membangun usaha yang mudah mencapai sukses begitu saja. Hal itu cocok menggambarkan sejarah PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul yang tahu rasanya jatuh bangun dalam perjalanan bisnisnya selama 73 tahun.

Sido Muncul sendiri memiliki sejarah panjang yang bermula dari usaha rumahan menjual jamu yang dilakoni pasangan Rakhmat Sulistio alias Siem Thiam Hie dan istrinya, Go Djing Nio di Yogyakarta pada 1935.

Salah satu produk andalan mereka yakni Tolak. Saat itu, masih menggunakan nama Jamu Tujuh Angin. Kemahiran nyonya Rahmat Sulistio meracik jamu akhirnya membawa usaha pasangan asal Ambarawa, Kabupaten Semarang itu makin sukses. 

Bagaimana kisahnya hingga bisa sampai menjadi perusahaan sebesar sekarang?

1. Berdiri pada 1951 di Semarang

Logo PT Sido Muncul (IDN Times/Helmi Shemi)

Nama Sido Muncul baru lahir 73 tahun lalu, yakni pada 1951. Ini ada tahun yang kemudian diakui sebagai tahun berdirinya perusahaan ini.

Pasangan itu membawa usaha Sido Muncul kembali ke daerah asal yakni Semarang. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul resmi menjadi PT, setelah sebelumnya berbentuk CV pada 1970.

Dua dekade kemudian, tepatnya pada 1997, mereka membangun pabrik pertama mereka di Klepu, Ungaran, Semarang, Jawa Tengah. Peletakan batu pertama pabrik itu bahkan dihadiri Sri Sultan Hamengkubuwono X pada 21 Agustus 1997.

2. Dihajar krisis ekonomi 98

President Director PT Sido Muncul, Irwan Hidayat (IDN Times/Helmi Shemi)

Namun, perjalanan bisnis Sido Muncul tidak terus-terusan mulus. Mereka pernah mengalami kesulitan pada saat krisis ekonomi Indonesia pada 1998 atau 26 tahun silam. Padahal pada 1997, Sido Muncul baru saja mulai membangun pabrik pertama. 

Cucu pendiri Sido Muncul, Irwan Hidayat, menuturkan kisah beratnya melalui masa-masa tersebut. 

"Tahun 1997 kami mulai membangun pabrik yang pas krismon (krisis moneter), Agustus 1997. Tapi tahun 98 kita tidak berhenti," kata Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat dalam program Suara Millennial by IDN Times di kantornya, Jakarta, 14 Januari 2020.

3. Lanjutkan bangun pabrik tak hiraukan saran teman

President Director PT Sido Muncul, Irwan Hidayat (IDN Times/Helmi Shemi)

Irwan mengatakan, kala itu, Sido Muncul tetap membangun pabrik di tengah kejatuhan ekonomi Indonesia. Alhasil, pabrik yang direncanakan dibangun 2 hektare hanya terwujud 1 hektare saja.

"Saya dan adik saya terus (bangun) saja, terus tidak berhenti. Tapi karena kenaikan (harga) harus bangun 2 hektare tapi jadinya cuma 1 hektare," ujar Irwan yang bekerja di perusahaan keluarga itu sejak 1959.

Irwan juga tidak mendengarkan saran teman-temannya yang merekomendasikan untuk tidak menggunakan uang dan menabungnya saja di bank.

"Padahal bunga bank waktu didepositokan 72 persen per tahun, atau satu bulan 6 persen. Saya gak tahu dorongan apa yang buat kami tetap membangun. Semua bilang 'Kenapa dibangun? Kan dapat (bunga) 72 persen'," tutur Irwan.

Irwan bahwa ia tidak terlalu pandai masalah keuangan kala itu. Meski demikian, dia dan adiknya tak ambil pusing. Mereka tetap bersikeras membangun pabrik Sido Muncul di Ungaran.

"Saya dan adik gak begitu..mikir yang begitu. Kami gak begitu pintar soal itu. Tapi malah waktu krisis lewat kami yang paling siap," ujarnya.

4. Ubah strategi marketing

Logo PT Sido Muncul (IDN Times/Helmi Shemi)

Irwan menilai selama 20 tahun pertama berdiri, Sido Muncul belum termasuk perusahaan yang diperhitungkan. Dengan mindset untuk terus berkembang, Irwan pun mengubah strategi marketing perusahaan. Saat itu, akhirnya ia sadar yang perlu diperkuat adalah membangun kepercayaan konsumen.

"Makanya dari tahun 1990 sampai hari ini saya berusaha membuat orang percaya. Karena menurut logika saya, kalau orang percaya, dia pasti beli produknya," kata Irwan.

Irwan lalu bercerita, dahulu perusahaan yang dikomandoinya dibangun dengan nama besar dari pengalaman. Orang membeli produk Sido Muncul karena pengalaman empiris dari mulut ke mulut. Namun sejak 90-an, ia sadar Sido Muncul harus scientist base.

"Jadi harus bisa dijelaskan produk ini seperti apa, keamanannya seperti apa. Pokoknya apa saja yang bisa buat orang percaya pada Sido Muncul, saya lakukan," katanya.

5. Ratusan produk Sido Muncul laris manis hingga kini

Produk Sido Muncul (IDN Times/Helmi Shemi)

Usaha tak akan menghianati hasil. Hasil produksi dari pabrik pertama membawa Sido Muncul kian besar hingga bisa meresmikan pabrik baru pada 11 November 2000. Peresmian dilakukan oleh Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial saat itu, Achmad Sujudi.

Pada saat bersamaan, Sido Muncul menerima dua sertifikat yang setara dengan farmasi. Mereka pun memproduksi lebih dari 250 jenis produk. Produk ini terus berkembang hingga 274 jenis dan kemudian mendapatkan sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia pada 2019. 

Pada 18 Desember 2013, Sido Muncul resmi IPO, tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten SIDO.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us