Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tesla Ogah Investasi karena RI Masih Bergantung ke Energi Fosil

ilustrasi mobil Tesla (pexels.com/Pixabay)
Intinya sih...
  • Tesla tidak berinvestasi di Indonesia karena visi perusahaan yang mengutamakan energi bersih.
  • Indonesia masih bergantung pada energi fosil seperti batu bara, tidak sejalan dengan visi perusahaan yang mengutamakan energi bersih.
  • Investor global semakin menginginkan penggunaan energi terbarukan dalam investasi mereka di Indonesia untuk menjaga keberlanjutan lingkungan.

Jakarta, IDN Times - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani mengungkapkan salah satu alasan Tesla memilih untuk tidak berinvestasi di Indonesia karena visi perusahaan tersebut yang mengutamakan penggunaan energi bersih.

Menurut Rosan, Tesla sebagai produsen kendaraan listrik sangat memperhatikan sumber energi yang digunakan di kawasan industri di mana mereka beroperasi.

"Kebetulan saya involve langsung dalam membicarakan dengan Tesla. Salah satu yang mereka mengalihkan investasinya bukan ke kita karena mereka bilang sebagai produsen EV tentunya semuanya ingin bersih istilahnya mereka," kata dia dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (3/9/2024).

1. Indonesia masih cukup bergantung pada energi fosil

Warga melintas dengan latar belakang PLTU Suralaya di Kota Cilegon, Banten, Rabu (6/12/2023). (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Rosan menjelaskan ketergantungan kawasan industri di Indonesia pada energi fosil, seperti batu bara, tidak sejalan dengan visi perusahaan-perusahaan yang mengutamakan penggunaan energi bersih, termasuk Tesla.

"Kalau mereka masuk ke kawasan industri di kita, tetapi energinya dari masih fossil fuel, base energy kayak coal, itu nggak inline dengan visionnya mereka," sebutnya.

Dia menekankan, di masa depan, tantangan semacam itu perlu diatasi agar Indonesia dapat bersaing dengan negara-negara lain dalam menarik investasi yang berorientasi pada keberlanjutan lingkungan.

2. Vietnam sudah menggenjot penggunaan energi bersih

Potret Kota Ho Chi Minh, Vietnam (IDN Times/Izza Namira)

Dia menyatakan para investor global semakin menginginkan penggunaan energi baru terbarukan dalam investasi mereka di Indonesia.

Rosan mencatat di Vietnam, sebagian besar kawasan industri telah beralih ke penggunaan energi bersih seperti tenaga hidro, surya, dan angin, yang mencapai lebih dari 62 persen. Hal itu, menurut dia, merupakan tanggapan terhadap permintaan global yang semakin tinggi terhadap investasi yang ramah lingkungan.

Rosan menilai Indonesia perlu menyesuaikan diri dengan tren tersebut untuk tetap kompetitif dalam menarik investasi internasional.

"Vietnam itu untuk industrial park-nya, untuk kawasan ekonominya, itu kebanyakan sudah lebih dari 62 persen itu dengan tenaga clean energy," tuturnya.

3. Indonesia harus berbenah untuk menarik minat investasi

Peresmian Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) di Batang, Jawa Tengah, Jumat (26/7/2024). (dok. KITB)

Dia mengungkapkan ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan China telah memberikan dampak positif bagi Indonesia dalam hal peralihan investasi, tapi belum menjadi penerima manfaat terbesar dari perpindahan investor tersebut.

"Masih ada Vietnam, ada Malaysia, ada Thailand, yang lebih banyak menikmati perpindahan investor ke negara-negara tersebut," ujar Rosan.

Menurutnya, untuk meningkatkan daya tarik investasi, Indonesia perlu terus memperbaiki berbagai aspek, termasuk kemudahan berusaha, perizinan, serta kepastian hukum yang kuat.

"Istilah mereka (investor) itu rule of law-nya ini itu salah satu PR kita," tambahnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us