Utang Pinjol Masyarakat Tembus Rp80 Triliun

Intinya sih...
- Nilai pembiayaan fintech P2P lending mencapai Rp80,07 triliun per Februari 2025.
- Pertumbuhan tahunan pembiayaan online sebesar 31,06 persen, dengan TWP 90 naik menjadi 2,78 persen.
- Outstanding pembiayaan naik tajam dari Rp61,10 triliun di Februari 2024 menjadi Rp80,07 triliun di Februari 2025.
Jakarta, IDN Times - Nilai outstanding pembiayaan di sektor fintech peer-to-peer (P2P) lending terus meningkat. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Februari 2025, total utang masyarakat di layanan pinjaman online (pinjol) menembus Rp80,07 triliun.
"Nominal sebesar Rp80,07 triliun," kata Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya OJK, Agusman dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK Maret 2025 secara virtual, Jumat (11/4/2025).
1. Utang di pinjol naik 31,06 persen
Angka total pinjaman tersebut menunjukkan pertumbuhan tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 31,06 persen, meningkat dibandingkan Januari 2025 yang tumbuh 29,94 persen.
"Pada industri fintech peer to peer lending outstanding pembiayaan di Februari 2025 tumbuh sebesar 31,06 persen year on year," ujarnya.
2. Risiko kredit macet juga mengalami kenaikan
Namun, peningkatan pinjaman online juga diikuti dengan kenaikan tingkat wanprestasi (TWP) atau kredit macet. Per Februari 2025, TWP 90 atau keterlambatan pembayaran lebih dari 90 hari tercatat sebesar 2,78 persen.
"Tingkat kredit risiko macet secara agregat atau yang kita kenal dengan TWap 90 berada di posisi 2,78 persen. Di Januari yang lalu tercatat 2,52 persen," ujarnya.
3. Rincian pertumbuhan utang di pinjaman online
Pada Desember 2023, outstanding pembiayaan tercatat sebesar Rp59,64 triliun. Nilainya melonjak menjadi Rp77,02 triliun pada Desember 2024, kemudian turun sementara ke Rp61,10 triliun di Februari 2024.
Namun, sejak awal 2025, nilai pinjaman kembali meningkat tajam. Pada Januari 2025, total pembiayaan yang belum dilunasi naik ke Rp78,50 triliun, sebelum menyentuh Rp80,07 triliun di Februari 2025.