Anjloknya Harga Telur Ayam Picu Deflasi 0,04 Persen di September

Harga telur ayam anjlok selama September

Jakarta, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada September 2021, terjadi deflasi sebesar 0,04 persen. Kepala BPS, Margo Yuwono mengatakan penyebab utama dari deflasi September ialah kelompok makanan, minuman, dan tembakau, khususnya pada komoditas telur ayam ras.

Sselama September ini, terjadi penurunan harga yang drastis pada telur ayam.

"Perkembangan harga untuk berbagai komoditas pada September 2021 ini secara umum menunjukkan adanya penurunan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS di 90 kota pada September 2021 terjadi deflasi sebesar 0,04 persen," kata Margo dalam konferensi pers virtual, Jumat (1/10/2021).

Pada September 2021, BPS mencatat penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,57 pada Agustus 2021 menjadi 106,53 pada September 2021.

Baca Juga: Harga Telur Ayam Masih Anjlok Nih Pak Jokowi!

1. Deflasi kedua di 2021

Anjloknya Harga Telur Ayam Picu Deflasi 0,04 Persen di SeptemberIlustrasi Deflasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Dengan demikian, di 2021 sudah 2 kali terjadi deflasi. Pertama pada Juni 2021 yang mengalami deflasi 0,16 persen.

Adapun perkembangan tingkat inflasi selama 2021 secara month to month yakni Januari inflasi 0,26 persen, Februari inflasi 0,10 persen, Maret inflasi 0,08 persen, April Inflasi 0,13 persen, Mei inflasi 0,32 persen, Juni deflasi 0,16 persen, Juli inflasi 0,08 persen, Agustus inflasi 0,03 persen, dan September deflasi 0,04 persen.

2. Deflasi tertinggi terjadi di Gorontalo

Anjloknya Harga Telur Ayam Picu Deflasi 0,04 Persen di SeptemberIlustrasi deflasi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Margo mengatakan dari 90 kota, ada 56 kota yang mengalami deflasi, dan 34 kota mengalami inflasi. Adapun deflasi tertinggi terjadi di Gorontalo sebesar 0,9 persen.

"Penyebab di Gorontalo deflasi 0,90 persen penyumbang utamanya berasal dari komoditas cabai rawit dengan andil deflasi 0,47 persen, iklan tuna 0,14 persen, ikan layang 0,11 persen," tutur Margo.

Sementara itu, dari 34 kota yang mengalami inflasi di bulan September, Pangkal Pinang yang tertinggi.

"Kemudian kalau kita lihat dari 34 kota yang mengalami inflasi, tertinggi di Pangkal Pinang pada September 2021 inflasi 0,60 persen. Komoditas penyumbang inflasi di Pangkal Pinang itu daging ayam ras andil 0,26 persen, iklan selar 0,18 persen, dan bayam 0,08 persen," ujar dia.

Baca Juga: Nasib Peternak Ayam, Harga Telur Anjlok Tapi Pakannya Malah Naik

3. Rincian penyumbang deflasi September

Anjloknya Harga Telur Ayam Picu Deflasi 0,04 Persen di SeptemberPedagang telur. ANTARA FOTO/Rahmad

Seperti yang disebutkan di atas, deflasi September dipengaruhi oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang memberikan andil sebesar 0,12 persen. Komoditas penyebab utama deflasi September 2021 adalah telur ayam ras andilnya 0,07 persen, kemudian cabai rawit 0,03 persen, dan bawang merah 0,03 persen.

"Sementara itu, komoditas lain yang menghambat utama deflasi atau terjadi inflasi adalah naiknya harga minyak goreng dengan andil 0,02 persen," kata Margo.

Sedangkan, jika tingkat inflasi September dilihat menurut komponennya, maka deflasi terutama didorong oleh komponen harga bergejolak dengan andil 0,15 persen. Dari andil itu, komoditas yang mendorong deflasi adalah telur ayam ras, cabai rawit, bawang merah, dan cabai merah.

Sementara itu, komponen inti memberi andil 0,09 persen. Untuk komponen inti, komoditas dominan yang mendorong inflasi di antaranya sewa rumah dengan andil 0,01 persen. Sedangkan, komoditas pada komponen inti yang mendorong deflasi adalah emas perhiasan dan ikan segar masing-masing andil 0,01 persen.

"Pada harga yang diatur pemerintah, komoditas pendorong deflasi di antaranya tarif angkutan udara dengan andil 0,01 persen. Komoditas pendorong inflasi untuk komponen harga diatur pemerintah di antaranya adalah bensin, rokok putih, rokok kretek filter dengan masing-masing memberi andil 0,01 persen," tutur Margo.

Baca Juga: Mengenal Istilah Inflasi dan Deflasi, Mengapa Bisa Terjadi?

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya