Alhamdulillah, BSI Cetak Laba Bersih Rp7,1 Triliun di Sepanjang 2024

Jakarta, IDN Times – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp7,01 triliun pada tahun 2024. Angka ini tumbuh sebesar 22,83 persen secara tahunan (year on year/yoy) dari Rp5,7 triliun pada 2023.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengungkapkan pertumbuhan ini dipengaruhi beberapa faktor, seperti pos-pos keuangan yang menghijau serta keberhasilan strategi perusahaan. BSI pun mencatat semua indikator keuangan lain rerata tumbuh double digit mulai dari Dana Pihak Ketiga (DPK), pembiayaan, dan aset Perseroan.
Berikut rincian pemaparan kinerja BSI di 2024 paparan kinerja keuangan 2024 BSI secara virtual, pada Kamis (6/2).
1. Pengelolaan DPK dan pertumbuhan pembiayaan dorong laba BSI

Dengan pertumbuhan laba bersih yang mencapai 22,83 persen yoy di 2024, BSI menjadi salah satu di jajaran Top 10 Bank yang mencatatkan pertumbuhan kinerja tertinggi. Pencapaian laba yang tinggi tidak terlepas dari pengelolaan DPK yang tepat serta pertumbuhan penyaluran pembiayaan yang sustain.
Di tengah ketatnya kompetisi likuiditas sektor perbankan, BSI mencatat pertumbuhan DPK sebesar 11,46 persen menjadi Rp327,45 triliun. Pencapaian ini ditopang oleh dana murah (CASA) yang mencapai rasio 60,12 persen dari total DPK.
Sepanjang 2024, CASA BSI mencapai Rp197 triliun atau naik 10,65 persen yoy. Tercatat, DPK BSI dari produk-produk tabungan mencapai Rp140,53 triliun, disusul deposito Rp130,58 triliun, dan giro Rp56,33 triliun. Pengelolaan DPK yang tepat memberikan dampak positif pada penurunan beban bagi hasil.
“Kami mengambil peluang dengan memanfaatkan potensi Islamic ecosystem yang hanya dimiliki oleh bank syariah. Salah satunya lewat bisnis emas dan haji. Inovasi dan transformasi digital yang memudahkan transaksi secara digital juga turut berdampak positif terhadap penghimpunan DPK,” ujar Hery Gunardi.
Penyaluran pembiayaan BSI juga menunjukkan kinerja impresif dengan pertumbuhan di atas industri. Pada 2024, BSI tercatat menyalurkan pembiayaan sebesar Rp278,48 triliun, tumbuh 15,88 persen yoy.
Berdasarkan segmen, pembiayaan yang disalurkan oleh BSI ke segmen wholesale mencapai Rp77,22 triliun atau tumbuh 14,38 persen yoy, disusul segmen ritel senilai Rp49,38 triliun (naik 16,86 persen yoy). Selain itu, pembiayaan untuk segmen konsumer, gold business & card tercatat Rp151,88 triliun atau naik 16,34 persen yoy.
Pengelolaan pembiayaan secara tepat berimbas pada membaiknya kualitas pembiayaan yang disalurkan. Per akhir 2024, rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) gross BSI membaik menjadi 1,90 persen. Cost of credit (CoC) perseroan juga membaik di level 0,83 persen pada 2024.
Bagi pemilik saham, perseroan juga mencetak rasio imbal hasil menarik, yang terlihat dari angka return on equity (ROE) sebesar 17,77 persen. BSI menutup tahun 2024 dengan kenaikan aset sebesar 15,55 persen menjadi Rp409 triliun. Adapun rasio return on asset (ROA) perseroan pada 2024 berada di level 2,49 persen.
Hery menegaskan, rasio keuangan yang solid menjadi kunci tercapainya kinerja yang positif. “Sejumlah indikator keuangan lainnya menunjukan pencapaian kinerja yang tidak kalah solid, yang menopang pencapaian bottom line,” lanjutnya.
2. Strategi new business model BSI

Lebih jauh, langkah-langkah inovasi yang dilakukan BSI untuk membuka potensi bisnis yang lebih luas serta transformasi digital telah memberikan dampak yang besar terhadap keberhasilan perusahaan dalam menjaga tren pertumbuhan kinerja yang berkelanjutan.
Pada 2024, BSI berhasil mencetak pertumbuhan pendapatan berbasis komisi (fee-based income/FBI) sebesar Rp5,51 triliun, tumbuh signifikan sebesar 32,58 persen yoy. Fee-based ratio (FBR) perseroan mencapai 17,95 persen, lebih baik dari periode sebelumnya.
Lebih lanjut, Hery memaparkan BSI mampu melewati tantangan dengan memanfaatkan potensi Islamic ecosystem yang hanya dimiliki oleh bank syariah. “Kami berhasil menggali potensi bisnis dari bisnis emas dan haji. Bisnis emas ini menjadi unique product BSI dan juga sebuah golden opportunity,” kata dia.
Inovasi perseroan dilakukan dengan membuka keran potensi baru dari bisnis emas baik gadai dan cicil emas yang memberikan kontribusi positif terhadap kinerja pembiayaan.
Hingga Desember 2024, bisnis emas di BSI mencapai Rp12,82 triliun, tumbuh 78,17 persen yoy, ditopang oleh produk cicil emas yang melesat 177,42 persen yoy menjadi Rp6,40 triliun dan produk gadai emas yang naik 31,33 persen menjadi Rp6,42 triliun. Basis nasabah bisnis emas juga berkembang, dengan nasabah gadai emas bertumbuh 11 persen yoy dan nasabah cicil emas naik 81 persen yoy.
BSI juga terus mendorong pertumbuhan tabungan haji melalui platform digital. Dari lini bisnis haji, perseroan mencatatkan tren kenaikan jumlah nasabah tabungan haji menjadi 5,6 juta pada akhir 2024. Seiring dengan kenaikan jumlah penabung di segmen haji, saldo tabungan haji juga menunjukkan tren peningkatan menjadi Rp14,5 triliun pada akhir 2024.
Dari dua peluang tersebut, BSI dapat menyeimbangkan pertumbuhan dana, pembiayaan, hingga transaksi e-channel melalui SuperApp BYOND by BSI yang secara resmi diluncurkan pada November 2024. Kombinasi Islamic ecosystem dengan inovasi pada digitalisasi transaksi berdampak positif pada pertumbuhan FBI.
3. Upaya-upaya BSI untuk memudahkan transaksi nasabah

Peluncuran SuperApp BYOND by BSI merupakan terobosan perseroan untuk memudahkan transaksi nasabah di era digital. Peluncuran BYOND by BSI mendorong peralihan (shifting) nasabah dan meningkatkan transaksi digital.
Pada 2024, transaksi melalui e-channel BSI telah mencapai 851,5 juta transaksi, di mana sekitar 98,03 persen transaksi nasabah BSI sudah menggunakan e-channel dengan volume mencapai Rp956 triliun. Jumlah pengguna BYOND by BSI saat ini mencapai 2 juta user, dengan jumlah transaksi 16 juta.
Selain BYOND by BSI, sejumlah channel untuk mempermudah transaksi juga diperluas dengan penambahan mesin ATM yang ditempatkan di lokasi-lokasi strategis, merchant QRIS, serta BSI Agen. Kehadiran berbagai alternatif digital channel melengkapi layanan offline channel BSI yang saat ini mencapai 1.039 outlet se-Indonesia.
Hery menyampaikan untuk melengkapi layanan BYOND, dalam waktu dekat BSI akan merilis layanan terintegrasi dalam satu platform yang dapat memberikan seluruh solusi transaction banking bagi nasabah institusi dan perusahaan. Layanan terintegrasi tersebut akan sangat user friendly dengan berbagai top fitur diantaranya cash management, value chain financing, trade finance, custody dan investment. (WEB)