Dirut BSI: Digitalisasi adalah Keniscayaan bagi Sektor Perbankan

Jakarta, IDN Times - Industri digital dan kreatif terus menjadi pilar penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam acara Semangat Awal Tahun by IDN Times di IDN HQ, Jakarta, Rabu (15/1), Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi berbagi pandangan tentang arah masa depan industri ini. Menurutnya, sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, kini BSI menjadi sorotan dalam transformasi digital di sektor keuangan berbasis syariah.
Hery mengatakan, meskipun ada tantangan dalam likuiditas dan daya beli masyarakat kelas menengah, proyeksi ekonomi Indonesia tahun 2025 tetap optimis dengan pertumbuhan diperkirakan antara 5,1-5,2 persen. Untuk itu, bukan hanya menjadi alat pendukung, BSI terus berinovasi dalam digital sebagai kunci keberlanjutan.
“Digitalisasi menjadi keniscayaan bagi sektor perbankan. Kalau nggak punya apps atau sumber digital yang kuat, rasanya akan susah bersaing dengan kompetitor yang baik,” ujarnya.
Hery juga menjelaskan bahwa digitalisasi memberikan peluang bagi bank untuk menjangkau lebih banyak nasabah di seluruh pelosok Indonesia yang memiliki tantangan geografis sebagai negara kepulauan.
1. Langkah besar BSI melalui BYOND

Salah satu langkah besar BSI dalam digitalisasi adalah peluncuran aplikasi BYOND by BSI, sebuah super app yang menawarkan fitur unik dibandingkan aplikasi perbankan konvensional. Selain fungsi finansial dasar seperti transfer dan pembayaran, BYOND juga memiliki fitur sosial dan spiritual.
“Nasabah bisa melakukan infak, sedekah, dan wakaf langsung lewat aplikasi. Bahkan, ada fitur seperti penunjuk waktu salat, arah kiblat, dan ayat Alquran pendek,” jelas Hery.
Hingga Januari 2025, aplikasi ini telah diunduh hampir tiga juta kali. Dengan antarmuka yang lebih ramah pengguna, BSI berharap dapat memigrasi seluruh pengguna mobile banking lama ke BYOND, sekaligus menarik nasabah baru dengan berbagai promo menarik seperti undian umrah dan diskon restoran.
2. Peran AI bagi BSI

BSI juga memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan efisiensi operasional dan pelayanan. “Kita punya chatbot bernama Aisyah. Ini membantu nasabah untuk mendapatkan informasi produk atau lokasi cabang dengan cepat,” kata Hery. Selain itu, AI digunakan dalam campaign management, menganalisis data nasabah untuk memberikan layanan yang lebih personal.
Namun, Hery mengakui tantangan terbesar adalah menyiapkan SDM. “Tantangannya adalah bagaimana melakukan upskilling dan reskilling karyawan untuk beradaptasi dengan teknologi digital. Ini juga menjadi langkah penting agar transformasi ini sukses,” tutur Hery.
3. Keberhasilan BSI pascamerger

Sebagai hasil merger pada tahun 2021 antara tiga bank syariah besar, BSI mencatatkan pencapaian luar biasa. Dari kapitalisasi pasar yang sebelumnya hanya sekitar Rp19 triliun, kini melesat menjadi Rp121 triliun.
Hery mengungkapkan, “Kuncinya adalah best practice. Hal-hal baik dari bank lama kita ambil, yang kurang baik kita tinggalkan, dan kita tambahkan praktik terbaik yang baru.”
BSI juga memiliki visi besar untuk bersaing secara global. “Dulu kita berani memasang target menjadi top 10 global syariah bank di dunia. Alhamdulillah, tahun lalu tercapai. Sekarang kita di peringkat ke-9,” tuturnya. (WEB)