Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Gaji Besar tak Menjamin Kaya, Pelajaran Penting dari Rich Dad Poor Dad

Ilustrasi Financial Freedom (pexels.com/Kaboompics)
Ilustrasi Financial Freedom (pexels.com/Kaboompics)
Intinya sih...
  • Gaji besar bukan jaminan kekayaan, yang penting adalah pola pikir, keterampilan finansial, dan keberanian mengambil risiko.
  • Pendidikan formal jarang mengajarkan literasi keuangan, menyebabkan minimnya pengetahuan dalam mengelola keuangan.
  • Perbedaan mendasar antara orang kaya dan orang miskin adalah pemahaman konsep aset dan liabilitas serta memiliki sumber pendapatan lain selain gaji bulanan.

Banyak orang berpikir dengan menghasilkan banyak uang akan membuatnya menjadi kaya, Padahal Kaya nggak cuma melulu soal uang. Buku legendaris Rich Dad Poor Dad karya Robert T. Kiyosaki menunjukkan bahwa Kekayaan bukan cuma uang tapi juga pola pikir, keputusan finansial dan bagaimana cara uang bekerja. Berikut bekal berharga dari buku Rich Dad Poor Dad.

1. Pendidikan finansial lebih penting dari sekadar gaji

Ilustrasi Literasi Finansial (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
Ilustrasi Literasi Finansial (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Dalam bukunya, Robert T. Kiyosaki menegaskan bahwa pendidikan formal jarang mengajarkan literasi keuangan. Minimnya pengetahuan akan cara mengelola keuangan menyebabkan banyak orang pintar secara akademis namun tidak kunjung mencapai kebebasan finansial. Masalah tersebut terjadi karena mayoritas dari mereka tak paham cara mengelola uang. Untuk itu setidaknya kita dapat memahami laporan keuangan pribadi.

Laporan keuangan pribadi yang penting untuk dipahami di antaranya yaitu cash flow dan neraca. Cash flow merupakan laporan arus kas yang menunjukkan pemasukan dan pengeluaran. Sedangkan neraca menunjukkan posisi aset dan liabilitas dan bagaimana cara mengoptimalkannya. Untuk itu baiknya seseorang dapat memahami pencatatan kedua laporan keuangan tersebut. 

2. Pentingnya memahami perbedaan aset dan liabilitas

Ilustrasi Memahami Asset vs Liability (pexels.com/Kindel Media)
Ilustrasi Memahami Asset vs Liability (pexels.com/Kindel Media)

Lewat bukunya, Robert menjelaskan perbedaan mendasar si kaya dan si miskin adalah dengan perbedaan pemahaman konsep antara aset dan liabilitas. Orang kaya cenderung lebih memilih membeli aset seperti properti yang dapat disewakan dan menghasilkan pendapatan. Berbeda dengan orang kaya, orang miskin umumnya justru mengoleksi mobil mewah yang sebenarnya adalah liabilitas.

Masih banyak yang menyalahpahami bahwa sebuah mobil adalah aset. Namun dalam bukunya, Robert menjelaskan bahwa yang dikategorikan dalam aset adalah sebuah hal yang dapat menghasilkan bukan malah menguras. Dalam kasus ini seseorang yang mengoleksi mobil mewah termasuk dalam menambah liabilitas sebab dengan bertambahnya jumlah koleksi maka pengeluaran untuk pajak dan biaya perawatan lainnya akan meningkat. Oleh karena itu hendaknya kita dapat membedakan apakah barang yang kita beli itu termasuk kedalam aset atau liabilitas.

3. Jangan bekerja untuk uang, buat uang bekerja untuk kita

Ilustrasi Keberhasilan Investasi |(pexels.com/AlphaTradeZone)
Ilustrasi Keberhasilan Investasi |(pexels.com/AlphaTradeZone)

Alih-alih hanya mengandalkan gaji bulanan, Robert menekankan pentingnya memiliki sumber pendapatan lain. Ia menyarankan untuk membangun passive income melalui berbagai cara seperti bisnis sampingan. Selain itu, royalti dari sebuah karya atau hak cipta juga bisa menjadi pilihan untuk menghasilkan uang dalam jangka panjang. Dengan demikian, seseorang dapat mengurangi ketergantungan pada pendapatan aktif dan dapat merencanakan kehidupan finansial yang lebih stabil. 

Robert juga merekomendasikan investasi yang dapat menghasilkan deviden seperti saham. Menurutnya aset tersebut dapat memberikan keuntungan tanpa mengharuskan kita bekerja secara aktif. Kombinasi antara bisnis sampingan, royalti dan investasi akan menghasilkan aliran penghasilan yang beragam. Sehingga pada akhirnya strategi ini dapat membuat seseorang mencapai kebebasan finansial. 

4. Kuasai skill, bukan sekadar ilmu

Ilustrasi Negosiasi (pexels.com/fauxels)
Ilustrasi Negosiasi (pexels.com/fauxels)

Menurut buku Rich Dad Poor Dad, kesuksesan finansial tidak hanya ditentukan oleh nilai akademis seperti IPK, melainkan dengan keterampilan praktis yang langsung dapat dipraktikkan di dunia nyata. Robert menekankan bahwa kemampuan komunikasi yang baik sangat penting untuk membangun networking. Selain itu, skill negosiasi yang kuat juga dibutuhkan untuk mendapatkan kesepakatan yang menguntungkan seperti berbisnis. Dengan menguasai keterampilan ini seseorang dapat menciptakan peluang bisnis tanpa harus mengandalkan prestasi akademik.

Lebih lanjut, Robert juga menjelaskan bahwa pemasaran adalah skill kunci yang harus dimiliki oleh setiap calon pengusaha. Dibandingkan hanya fokus pada nilai sempurna di bangku perkuliahan, Ia menyarankan untuk memperbanyak mempelajari softskill seperti strategi pemasaran dan problem solving. Oleh karena itu pengembangan keterampilan praktis jauh lebih bernilai dalam mencapai kebebasan finansial.

5. Pengalaman adalah guru terbaik.

Ilustrasi Pengalaman Berinvestasi (pexels.com/Anna Tarazevich)
Ilustrasi Pengalaman Berinvestasi (pexels.com/Anna Tarazevich)

"In school we learn that mistakes are bad, and we are punished for making them. But if you look at the way humans are designed to learn, we learn by making mistakes" dari kalimat tersebut, Robert mengkritik pendidikan tradisional yang mengajarkan bahwa kesalahan adalah suatu hal yang buruk dan patut dihukum. Padahal secara alami manusia justru belajar dari kesalahan melalui trial and error. Dalam konteks bisnis, ketakutan akan kegagalan seringkali menjadi penghalang besar bagi banyak orang untuk memulai. Padahal, orang-orang sukses justru memandang kesalahan merupakan sebuah proses pembelajaran.

Inti pelajaran dari konsep ini adalah kita tidak boleh takut dalam mengambil sebuah risiko khususnya dalam berbisnis. Robert menegaskan bahwa perbedaan mendasar antara orang kaya dan orang miskin adalah cara mereka memandang kegagalan. Orang kaya melihat kegagalan sebagai feedback dan bukanlah akhir dari segalanya. Dengan sudut pandang seperti ini seseorang akan terus berani mencoba dan belajar dari kesalahan untuk beradaptasi mencapai tujuannya. Pada akhirnya keberanian dalam menghadapi kegagalan dan kemampuan bangkit kembali adalah kunci utama meraih kebebasan finansial jangka panjang.

Intisari pelajaran dari buku Rich Dad Poor Dad, dimana gaji besar bukanlah jaminan kekayaan, melainkan pola pikir, keterampilan finansial dan keberanian mengambil risiko, Jadi, ayo, mulai rencanakan langkah mencapai kebebasan finansial mulai dari sekarang!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us