5 Trik Anchoring Bias yang Bisa Bikin Kamu Boros

- Anchor bias memengaruhi keputusan pembelian dengan harga asli yang tinggi, kemudian dicoret dan menampilkan harga diskon yang lebih murah.
- Bundling produk membuat pembeli merasa lebih hemat meskipun sebenarnya tidak butuh semua item dalam paket.
- Volume pricing atau harga per volume membuat pembeli tergoda untuk membeli lebih banyak barang daripada yang sebenarnya dibutuhkan.
Berapa pengeluaran kamu di bulan ini? Pernah gak sih kamu ngerasa pengeluaran kamu membengkak karena kamu banyak menerima tawaran-tawaran yang sebenarnya gak terlalu penting. Kamu bersedia mengambil tawaran itu karena terlihat atau terdengar menggiurkan.
Kenapa hal itu bisa terjadi? Ada yang namanya anchoring bias. Istilah ini adalah suatu fenomena kognitif ketika keputusanmu itu sangat dipengaruhi oleh informasi pertama yang kamu dapatkan. Di dunia pemasaran, anchoring bias ini terbilang ampuh buat menarik pembeli dengan membuat mereka merasa diuntungkan. Jadi, jangan kaget kalo tiba-tiba isi dompet kamu menipis. Nah, biar kamu bisa mengelola pengeluaranmu, kamu perlu paham tentang lima trik anchoring bias yang biasanya penjual pakai untuk strategi pemasarannya!
1.Harga asli yang dicoret dan harga diskon yang ditampilkan

Ini tuh banyak kita temui di supermarket karena trik ini emang terbilang klasik. Meski begitu, banyak orang yang tergiur dengan tawaran ini. Dengan trik ini, penjual menampilkan harga asli yang tinggi, kemudian mencoretnya dan menampilkan harga diskonnya yang bisa jauh lebih murah. Kalau kayak gini, gimana gak tergiur, coba?
Harga asli yang dicoret bertujuan untuk memancing pembeli. Dengan begitu, harga diskonnya jadi kelihatan lebih menarik. Sebagai pembeli, mengetahui hal itu membuat kamu merasa diuntungkan. Jadi, walaupun kamu sebenarnya gak butuh-butuh amat barang itu, melihat perbedaan harga yang signifikan antara harga asli dengan harga diskon buat kamu ingin membelinya deh.
2.Penawaran paket bundling

Ini juga sering kita temui. Banyak yang tergiur dengan bundling karena dianggap harganya yang lebih mudah dibanding beli secara terpisah. Bundling sendiri adalah bagian dari strategi pemasaran ketika sejumlah produk digabungkan dan dijual sebagai satu unit dalam satu harga. Biar makin meyakinkan, bundling biasanya dikemas semenarik mungkin.
Jenis promosi ini dikenal dengan istilah package deals atau paket hemat. Padahal, mungkin kamu cuma butuh satu atau dua item di paket itu, tapi karena harga paket yang ditawarkan terasa lebih hemat, kamu jadi membeli satu paket atau bundle. Akhirnya, kamu bersedia ngeluarin uang lebih banyak buat barang yang gak butuh-butuh amat.
3.Penawaran uji coba gratis sebelum langganan berbayar

Gak sedikit orang yang tergiur dengan uji coba gratis yang ditawarkan suatu perusahaan. Strategi ini banyak digunakan di layanan streaming, aplikasi, ataupun situs. Durasi uji coba gratis ini biasanya 30 hari atau satu bulan.
Ketika kamu mengunduh platform layanan streaming film, kamu melihat ada uji coba gratis selama 30 hari sebelum berlangganan. Melihat adanya uji coba gratis itu, kamu pun mencobanya karena dirasa menguntungkanmu. Setelah uji coba gratis usai, ada potensi kamu memutuskan untuk berlangganan. Saat kamu melakukan pembayaran lanjutan dan melakukannya secara berulang, kamu akan merasa biaya yang kamu keluarkan terbilang wajar dan normal.
4.BOGO alias buy one get one

Waktu kamu lagi jalan-jalan di mall, kamu tiba-tiba melihat ada produk minuman yang kelihatannya nyegerin. Terlebih di depan produk ada tulisan buy one get one. Saat melihat promo itu, otak kamu cenderung fokus sama harga awal per unit dan menjadikannya sebagai referensi utama. Kamu merasa kalau kamu beli produknya, ini berarti kamu menghemat karena mendapatkan satu produk secara cuma-cuma.
Alhasil, kamu pun berjalan ke stand produk minuman tersebut dan memutuskan untuk membelinya. Konsumen atau pembeli emang tertarik dengan bonus dan gratisan. So, strategi BOGO ini jadi salah satu strategi pemasaran yang efektif dan banyak digunakan oleh pemasar.
5.Volume pricing

Lanjut skenario sebelumnya, setelah kamu memutuskan buat beli produk minuman yang menggunakan strategi BOGO, kamu pun melanjutkan berjalan. Langkah kamu kembali terhenti ketika kamu melihat ada produk pakaian sehari-hari. Di depan produk itu, tertulis harga normal per unit dan harga diskon untuk tiga unit. Kamu pun tertarik dengan tulisan itu karena menganggap kamu akan hemat jika langsung membelinya tiga.
Dan, ya, kamu menghampiri stand produk itu dan memutuskan untuk membelinya. Kapan lagi dapat tiga unit cuma Rp50 ribu? Padahal, kamu mungkin hanya memerlukan satu, tapi karena ada volume pricing, kamu jadi gak ragu buat beli tiga sekaligus.
Gimana nih, kamu sering gak tergiur sama strategi pemasaran tersebut? Anchoring bias emang seefektif itu dalam dunia pemasaran untuk menarik hati pembeli. Kalau tahu gini, kamu bisa mempertimbangkan sejenak kebutuhan kamu sebelum membeli suatu produk, ya. Apakah produk yang ingin kamu beli benar-benar punya nilai manfaat untukmu atau kamu membelinya cuma karena bias reaksi aja?