[PUISI] Aku dan Halte Bus Terakhir

Semenjak hari itu langit tak lagi cerah
Pelangi tak lagi indah dan sunyi tak lagi sepi
Sepatah kata tercekat di tenggorokanku
Berusaha mengucap rindu yang diantarkan hangat
Aku menanti di halte bus
Menunggu kehendakmu di rahim waktu
Sementara daun-daun berguguran
Terbawa angin di janji pelikmu
Aku menanti di halte bus
Menyembunyikan sepotong kue
Berpikir kau datang membawa senyuman
Tetapi hanya aroma kue itu yang tersisa di sore itu
Aku menanti di halte bus
Membawa raga dan jiwa yang pupus
Mengharap untaian jari-jemarimu
Yang sejak hari itu mencium bunga yang baru
Semenjak itu
Aku tak lagi menanti di halte bus
Aku menaikki bus yang kini menjadi perjalananku
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.


















