Di ruang hening, waktu terantuk pada detik yang rawan,
jarum jam kaku, tak lagi mengeja perjalanan.
Ada doa yang terkatung, menggantung di udara,
seperti burung kehilangan arah pulang ke sarang.
Wajah malam menunduk pada cahaya lilin yang goyah,
suara lirih menembus sela ruang, mencari jawab.
Namun, langit diam, hanya memantulkan rindu,
meninggalkan jiwa pada perbatasan antara sabar dan pasrah.
Saat jarum berhenti, bukan akhir yang sejati,
melainkan ruang untuk hati menelusuri sunyi.
Doa pun menjelma jembatan tak terlihat,
mengikat jiwa dengan cahaya yang tak pernah padam.
Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
[PUISI] Jam yang Berhenti di Tengah Doa

ilustrasi jam di meja kerja (pexels.com/JESHOOTS.com)
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Editorial Team
EditorYudha
Follow Us