Ingar bingar menjadi diam
Hiruk pikuk berakhir takluk
Hangat rumah menjelma kelam
Tiada seorang pun terbiasa

Lalu datanglah dari laci usang
Sebuah lilin yang tak terlihat indah
Tidak serta-merta kembali normal
Hanya cukup untuk mata saling menatap

Nasibnya malang
Hadirnya tak pernah diakui
Tak dipedulikan ketika senang
Namun, ketika lentera padam, semua sibuk membakar
Menyalakan dan mengharap sinarnya

Ia dermawan
Tak apa raga kukorbankan
Hangusku menyelamatkan
Tapi tolong jangan dilupakan
Hadirku pernah menghangatkan