[PUISI] Menyalakan Asa, Mencetak Bangsa

Pagi berseru tanpa dasi terikat,
walau kopi belum sempat diracik hangat.
Slide masih loncat-loncat,
tapi tekad tetap mantap dan kuat.
Laptop berdengung, suara nyaring,
menandingi tekad yang terus berdering.
"Siapa absen di layar maya?"
Hening menjawab, semua berpura-pura kerja.
Tugas datang tiada henti,
judul berubah tiap hari.
Namun dosen tak lari dari medan,
justru senyum jadi andalan.
Tanpa pulpen jadi tak lengkap,
di antara kantuk yang diam-diam merayap.
Mata sembap, namun semangat lengkap,
ilmu ditanam sampai tuntas.
Kadang jadi peta tanpa kompas,
dicari saat mahasiswa lepas.
Skripsi, cinta, curhat keluarga,
semua disatukan dalam satu tanya.
Beginilah jalan pengabdi ilmu,
melangkah lurus walau sering buntu.
Menyalakan asa dalam diam yang nyata,
mencetak bangsa, meski sering lupa sarapan juga.