Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Maaf dan Terimakasih Untukmu yang Terindah

http://www.bintang.com/relationship/read/2543348/hidup-sendiri-memang-nggak-mudah-tapi-sungguh-aku-sangat-bahagia

Aku pernah mencintaimu. Bahkan mungkin sangat menyayangimu. Entah apa yang membuatku menyukaimu. Sampai sekarang aku masih belum bisa mengetahui alasan itu. Kita hanya menunjukkan gambar diri tanpa bertatap muka. Ucapan “Hai” hanya sekedar “Hai” dalam sebuah chat di sosial media, tak bisa mendengar suara masing-masing.

Kata demi kata terangkai indah, membuat hati merasa nyaman. Berpikir “Mungkin kamu yang bisa menjadi kekasihku, menjagaku dan menyayangiku.” Bersamamu seakan aku terbang menembus awan. “Apakah ini cinta?” Itulah pertanyaanku kala itu. Apakah aku mencintaimu? Ataukah aku hanya terbuai oleh rasa keindahan yang tak terlihat? Entahlah, aku hanya ingin menuruti apa inginku.

Kubiarkan rasa itu mengalir tanpa sedikitpun memberi perlawanan. Kamu membawaku ke dunia yang tak pernah ku kenal sebelumnya. Berusaha beradaptasi dengan duniamu. Kulakukan apa yang aku bisa meski kadang tak sejalan dengan hatiku, semua demi mendapatkan senyummu. Senyum yang selalu ingin aku lihat. Setiap hari aku berharap kamu bisa bahagia bersamaku. Namun, sepertinya itu hanya anganku.

Aku tak yakin kamu bahagia bersamaku, ketika aku tahu dia bisa membuatmu lebih bahagia. Denganku mengkin terlalu membosankan, hanya ada rangkaian kata setiap hari. Aku yang telah terbiasa sendiri tak bisa memahamimu yang terbiasa berkumpul bersama banyak orang. Seiring berjalannya waktu hatiku mulai berkata “Kamu tak membutuhkan kata-kata dariku, kamu memerlukan aku di sampingmu.” Satu hal sederhana yang bahkan sampai saat ini tak bisa aku lakukan.

Aku burung dalam sangkar. Hanya bisa mencinta tanpa bisa mendekap cinta itu. Perasaan cemas selalu menyelimutimu, hingga saat itu tiba. Bagaikan ombak hancurkan karang yang telah rapuh. Kata-kata itu keluar tanpa aku sadari, aku terlalu egois, tak mampu mendengar penjelasan darimu.

Maafkan aku. Aku terlalu serakah dalam hal mencinta. Harusnya aku tak pernah lakukan itu padamu. Kamu, seseorang yang pernah mengisi hatiku. Menghiasi hariku dengan canda tawamu. Terima kasih telah menulis kisah bersamaku. Kamu orang yang memberi tahu aku seperti apa rasa sakit karena cinta, apa itu pengorbanan cinta, dan kebahagiaan yang diberikan oleh cinta itu sendiri. Kini kita berjalan di arah yang berlawanan, mencari cinta sejati masing-masing. Meski demikian, biar semua kenangan itu menjadi penghubung satu kata “Persahabatan”.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Ernia Karina
EditorErnia Karina
Follow Us