Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cara Makan Kue Bulan ala Orang China, Sarat Filosofi!

kue bulan (vecteezy.com/JOYI CHANG)
kue bulan (vecteezy.com/JOYI CHANG)

Kue bulan sudah lama menjadi simbol kebersamaan dalam budaya Tionghoa, khususnya saat Festival Pertengahan Musim Gugur. Perayaan ini jatuh pada tanggal 15 bulan 8 penanggalan lunar, ketika bulan berada pada fase purnama yang diyakini membawa keberuntungan dan kesatuan keluarga. Tradisi ini tidak hanya berlangsung di daratan Tiongkok, melainkan juga di negara-negara dengan komunitas Tionghoa yang besar, termasuk Indonesia. Dalam suasana perayaan, cara makan kue bulan ala orang China memiliki aturan tak tertulis yang memadukan etiket, rasa, dan makna simbolis.

Bentuk kue bulan yang bulat merepresentasikan kesempurnaan dan keharmonisan, sementara rasa manisnya menggambarkan doa agar hubungan tetap hangat. Meski terlihat sederhana, penyajian dan cara menikmatinya memiliki detail yang perlu diperhatikan. Tradisi ini bukan sekadar makan kudapan, tetapi juga bagian dari ritual menghormati leluhur dan merayakan kebersamaan. Mari menyimak tiga aspek penting yang memperkaya pengalaman menyantap kue bulan seperti masyarakat Tionghoa.

1. Masyarakat Tionghoa memotong kue bulan sesuai dengan makna kebersamaan

kue bulan (vecteezy.com/Natthapon Ngamnithiporn)
kue bulan (vecteezy.com/Natthapon Ngamnithiporn)

Kue bulan umumnya berdiameter 4–10 sentimeter sehingga terlihat pas untuk digenggam. Namun, orang Tionghoa jarang memakannya langsung dengan menggigit utuh. Potongan menjadi bagian kecil dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada orang di sekitar. Biasanya, kue bulan dipotong menjadi empat atau delapan bagian, tergantung jumlah orang yang akan menikmatinya. Angka delapan sering banyak dipilih karena dipercaya membawa keberuntungan dalam budaya Tionghoa.

Chef Goh Chin Yan, seorang Executive Chinese Chef menyebutkan bahwa sebagian orang bahkan memotongnya menjadi 16 bagian kecil agar semua orang mendapat porsi yang sama. Proses memotong ini dilakukan hati-hati agar kulit tipis kue bulan tidak sobek dan isian tetap utuh. Pemotongan tidak hanya memudahkan saat makan, tetapi juga menjadi simbol bahwa kebahagiaan akan terasa lebih berarti jika dibagikan. Kebiasaan ini memperlihatkan bagaimana makanan dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai kebersamaan tanpa perlu kata-kata.

2. Penyajian kue bulan dilakukan bersama minuman pendamping yang tepat

ilustrasi teh oolong (vecteezy.com/Saddha Visual)
ilustrasi teh oolong (vecteezy.com/Saddha Visual)

Masyarakat Tionghoa sering menghidangkan kue bulan bersama teh hangat. Minuman ini dipilih bukan hanya untuk menetralkan rasa manis isian kue bulan, tetapi juga untuk menciptakan keseimbangan rasa di mulut. Teh oolong, jasmine, atau pu-erh kerap menjadi pilihan populer karena aroma dan rasanya yang lembut berpadu sempurna dengan kue bulan. Minum teh saat menikmati kue bulan juga membantu menciptakan momen santai dan penuh percakapan.

Di beberapa negara seperti Hong Kong, Malaysia, dan Singapura, tradisi ini dilakukan di teras rumah atau ruang tamu saat sore menjelang malam. Meski teh menjadi pasangan klasik sebagai teman makan kue bulan, sebagian orang kini mulai memadukannya dengan kopi untuk mendapatkan cita rasa yang lebih tegas. Pemilihan minuman pendamping biasanya disesuaikan dengan preferensi keluarga. Tradisi ini bukan sekadar soal rasa, melainkan juga kesempatan untuk menciptakan suasana akrab, di mana setiap tegukan minuman memperkuat momen kebersamaan.

3. Waktu dan suasana makan kue bulan menjadi bagian dari ritual budaya

kue bulan (vecteezy.com/Natthapon Ngamnithiporn)
kue bulan (vecteezy.com/Natthapon Ngamnithiporn)

Festival Pertengahan Musim Gugur biasanya dirayakan saat malam hari ketika bulan purnama terlihat jelas. Keluarga akan berkumpul di halaman rumah atau tempat terbuka untuk menikmati kue bulan sambil memandang bulan di angkasa. Aktivitas ini diyakini dapat mempererat hubungan dan mengingatkan pada nilai kebersamaan lintas generasi. Makan kue bulan pada waktu yang tepat dianggap dapat membawa keberuntungan dan keberkahan bagi keluarga.

Banyak keluarga juga menyalakan lampion, baik untuk anak-anak bermain maupun sebagai dekorasi yang memperindah suasana. Cahaya lampion yang hangat, dipadukan dengan bulan purnama, menciptakan momen visual yang indah. Suasana seperti ini membuat setiap potongan kue bulan terasa lebih istimewa, karena disajikan dalam bingkai kebersamaan dan tradisi. Selain itu, momen ini juga sering dimanfaatkan untuk menceritakan kisah-kisah legenda Tionghoa kepada anak-anak, menjaga agar nilai-nilai budaya tetap hidup di tengah perkembangan zaman.

Tradisi cara makan kue bulan ala orang China bukan sekadar aktivitas kuliner, tetapi juga cermin dari nilai kebersamaan, penghormatan, dan filosofi hidup yang telah diwariskan turun-temurun. Memahami tradisi ini membuat kamu tidak hanya menikmati cita rasa kue bulan, tetapi juga terhubung dengan makna budaya yang mendalam. Dengan demikian, setiap gigitan menjadi pengingat akan indahnya kebersamaan dalam lingkaran keluarga dan sahabat.

Referensi:

"What Are Mooncakes And When Do You Eat Them". Tasting Table. Diakses pada Agustus 2025.

"Mid-Autumn Festival - How to Eat Mooncakes". China Highlights. Diakses pada Agustus 2025.

"JW Marriott Jakarta Unveils Exquisite Mid-Autumn Treasures". Exquisite Taste Magazine. Diakses pada Agustus 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us