Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Diet Terbaru Keto 2.0, Apakah Lebih Baik dari yang Sebelumnya?

hearstapps.com

Diet keto yang fokus pada konsumsi lebih banyak lemak dan rendah karbohidrat sempat menjadi tren tak hanya di Indonesia, namun juga di luar negeri. Sayangnya diet tersebut diketahui memiliki banyak kekurangan dan efek samping. Saat ini muncul lagi diet keto 2.0 yang disebut lebih baik dari yang dulu. Benarkah, diet yang baru ini benar-benar sehat?

1. Lebih banyak karbohidrat dari keto biasa

bulletproof.com

Sebelumnya diet keto menyarankan konsumsi kalori yang berasal dari lemak dengan jumlah yang dominan yaitu 75%. Hal tersebut yang kemudian disebut menimbulkan masalah. Pada pola diet keto 2.0, konsumsi makanan dibagi menjadi 50% lemak, 20% karbohidrat, dan 30% protein.

2. Sumber lemak dari tanaman

heartfoundation.org.au
heartfoundation.org.au

Pada diet keto 2.0, lemak yang dikonsumsi bisa berasal dari sumber lemak tak jenuh. Lemak jenis ini bisa ditemukan di makanan berbasis tanaman, seperti avokad, minyak zaitun, kacang, dan biji-bijian. Daging hewan berkaki empat juga dapat digantikan dengan ikan seperti salmon yang kaya asam lemak omega 3.

3. Lebih sehat dari keto biasa

health.com
health.com

Dibandingkan dari diet keto yang sebelumnya, maka keto 2.0 cenderung lebih baik bagi kesehatan tubuh. Pada diet yang satu ini juga disarankan untuk makan lebih banyak serat seperti jamur, flaxseed, kembang kol, biji chia, dan lain-lain.

4. Keto 2.0 untuk penurunan berat badan

cleaneatingmag.com
cleaneatingmag.com

Sebelumnya diet keto disebutkan bisa menurunkan berat badan, begitu juga dengan keto 2.0. Pada pola diet keto 2.0 lebih banyak porsi untuk makanan berbasis tanaman agar mendapatkan lemak sehat dan serat. Ini lebih ideal untuk menurunkan berat badan daripada mengonsumsi terlalu banyak lemak dari daging merah.

Melakukan diet sebaiknya ditujukan tak hanya untuk menurunkan berat badan namun untuk kesehatan tubuh. Bagi yang ingin mencoba diet keto 2.0 maka boleh-boleh saja, disesuaikan dengan kondisi tubuh. Pola diet yang terlalu ekstrem nantinya bisa berakibat kurang baik, jadi disarankan untuk fleksibel.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Senja Nilasari
EditorSenja Nilasari
Follow Us