Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Unik Soal Tuak di Toraja yang Perlu Kamu Tahu

ilustrasi tuak yang dikemas dalam botol plastik (dok. IDN Times/Imron)

Tuak merupakan salah satu minuman keras yang sering dijumpai di berbagai daerah di Indonesia termasuk Toraja. Minuman ini seringkali dikomsumsi dalam berbagai acara adat di Toraja untuk menguatkan stamina agar kuat dalam bekerja. 

Sebagaimana salah satu daerah tujuan wisata dengan budaya yang khas, tuak di Toraja juga memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan daerah lain. Yuk, simak informasi selengkapnya di bawah ini terkait lima fakta unik tuak di Toraja.

1. Hal yang lumrah sehingga mudah ditemui di mana saja

segelas tuak (budaya-indonesia.org)

Peredaran tuak di Toraja tergolong sangat bebas, kamu bisa menjumpai minuman beralkohol ini mulai dari ibukota, kabupaten, sampai pelosok desa. Hal ini dikarenakan masih banyaknya pohon nira yang merupakan sumber tuak serta memang dibutuhkan sebagai minuman penambah stamina dalam berbagai upacara adat.

Tuak bisa kamu jumpai dijual bebas di berbagai kedai di pinggir jalan yang memang khusus menjual minuman tersebut dengan harga yang cukup terjangkau. Kamu juga bisa meminta tuak warna putih, agak pink, pahit, kecut, sampai agak manis.

2. Jadi minuman 'wajib' ketika ada acara tertentu, terutama adat

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno berkunjung ke Toraja Utara, Sulawesi Selatan. (dok. Kemenparekraf)

Upacara adat di Toraja terutama rambu solo' sangat membutuhkan tenaga yang banyak di samping materi. Puluhan bahkan ratusan warga secara sukarela membantu pihak keluarga yang sedang memiliki hajatan agar prosesnya berjalan dengan lancar.

Tentunya selain makanan, air minum, teh, atau kopi, warga yang datang membantu juga akan diberi tuak agar stamina tetap terjaga. Tuak juga biasanya dikomsumsi oleh warga Toraja di berbagai kegiatan lainnya, seperti ketika ada pemuda ulang tahun, syukuran, acara menyambut tahun baru dan berbagai kegiatan gotong royong lainnya.

3. Hampir semua kalangan dari berbagai usia, gender, hingga status sosial mengomsumsinya

tuak yang dikemas dalam jerigen (dok. IDN Times/Imron)

Minuman beralkohol ini dikomsumsi oleh sebagian besar masyarakat Toraja tanpa batasan gender maupun usia. Baik yang sudah berusia lanjut, kaum Ibu maupun Bapak serta pemuda dan anak-anak di bawah umur pun seringkali ikut meminum tuak di berbagai kesempatan.

Tak ada batasan status sosial. Siapa pun boleh meminumnya dengan catatan harus tetap dalam batas wajar agar tidak mabuk, apalagi mengganggu orang lain.

4. Cara minumnya pakai bambu

Alih-alih menggunakan gelas atau cangkir, biasanya masyarakat Toraja meminum tuak dengan menggunakan batang bambu sebagai wadah. Bambu yang digunakan masih tergolong muda dan dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan.

Ada beberapa alasan mengapa menggunakan bambu. Antara lain lebih gampang ditemukan, ada rasa yang khas, cangkir atau gelas tidak cukup bagi banyak orang, hingga bekas tuak di cangkir atau gelas yang terbuat dari kaca akan membuatnya rawan pecah.

5. Biasa juga dikomsumsi bersama daging anjing

ilustrasi orang makan dan minum (pexels.com/Fauxels)

Kalau minum, tentu lebih baik jika ada makanan juga, dong. Masyarakat Toraja biasanya meminum tuak sembari mengomsumsi daging anjing.

Tuak umumnya ditenggak di malam hari atau cuaca dingin. Tujuannya adalah untuk menghangatkan badan dari hawa dingin. 

Nah, itu dia limafakta unik terkait komsumsi tuak di Toraja. Yuk, share ke media sosialmu agar semkain banyak orang yang tahu fakta unik ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kalyana Dhisty
EditorKalyana Dhisty
Follow Us