Kenapa Chestnut Identik dengan Musim Gugur di Jepang?

- Chestnut jadi simbol datangnya musim gugur di Jepang, menandai perubahan musim dan keindahan alam.
- Bahan utama hidangan musiman seperti kurigohan, memberikan cita rasa manis yang hangat dan ringan.
- Chestnut juga memiliki peran penting sebagai bahan persembahan dalam festival musim gugur Jepang, mencerminkan rasa syukur atas hasil bumi dan keindahan alam.
Musim gugur di Jepang selalu identik dengan daun yang berubah warna menjadi merah atau oranye. Menariknya, bukan hanya perubahan warna daun saja yang menjadi simbol datangnya musim ini. Ada satu buah yang juga menjadi tanda musim gugur telah tiba, yaitu chesnut.
Warna cokelat kemerahan pasa chesnut juga sangat cocok dengan nuansa musim gugur. Namun, pernahkah kamu bertanya-tanya, kenapa chestnut identik dengan musim gugur di Jepang? Buat kamu yang penaran tentang alasan yang ada di baliknya, kamu bisa menyimak penjelasan lengkapnya dalam artikel ini, ya!
1. Chestnut jadi simbol datangnya musim gugur

Di Jepang, chestnut, atau yang sering disebut masyarakat lokal dengan nama kuri, memang sudah sejak lama dijadikan sebagai simbol yang menandai datangnya musim gugur. Saat daun pohon maple dan ginkgo mulai berubah warna menjadi merah dan oranye, chestnut pun akan mulai matang dan sudah bisa dipanen.
Kehadiran buah ini di pasar juga menandai adanya perubahan musim dan memberikan tanda bahwa musim panas telah berlalu. Dengan begitu, chestnut menjadi lebih dari sekadar bahan makanan. Kacang ini menjadi simbol visual dan kuliner dari keindahan serta kelimpahan bahan alam saat musim gugur tiba di Jepang.
2. Bahan utama sebagai hidangan musiman

Ketika udara mulai sejuk, banyak petani mulai memanen chestnut dan menjualnya di pasar atau supermarket di daerahnya masing-masing. Kacang jenis ini menjadi salah satu bahan pokok yang sering digunakan dalam hidangan khas musim gugur.
Salah satunya seperti kurigohan, yaitu nasi yang dimasak bersama chestnut, sehingga menghasilkan cita rasa manis yang hangat dan ringan. Hidangan ini sangat sempurna dinikmati saat suhu mulai berubah menjadi dingin.
Selain itu, warna cokelat keemasan dan aromanya yang menggugah juga bisa menambah nuansa khas musim gugur dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Dengan begitu, chestnut menjadi tanda musim gugur telah tiba.
3. Bahan persembahan pada festival musim gugur

Selain dinikmati sebagai campuran dalam hidangan, chestnut atau kuri juga memiliki peran penting sebagai bahan persembahan dalam festival musim gugur Jepang. Salah satu contohnya adalah tsukimi, festival bulan purnama yang selalu dirayakan untuk menghormati hasil panen dan keindahan bulan.
Pada festival ini, chestnut disajikan bersama dango dan rumput susuki sebagai simbol kelimpahan dan rasa syukur. Kehadiran chestnut dalam persembahan juga mencerminkan rasa syukur atas hasil bumi dan keindahan alam musim gugur.
4. Keterkaitan dengan alam dan kehidupan pedesaan

Di wilayah pedesaan Jepang, mengumpulkan chestnut liar selama musim gugur menjadi salah satu aktivitas musiman yang paling dinantikan. Kegiatan ini bukan hanya sekadar memetik sebanyak mungkin chestnut, tetapi juga sebagai salah satu cara masyarakat berinteraksi langsung dengan alam dan menghormati hasil alam.
Chestnut yang dipanen biasanya akan digunakan dalam hidangan sehari-hari maupun sebagai bagian dari tradisi kuliner lokal di daerah tersebut. Aktivitas tersebut juga bisa menumbuhkan rasa kebersamaan antarwarga dan keterikatan dengan lingkungan sekitar.
Dengan beberapa penjelasan di atas, bisa dikatakan kemunculan chestnut sebagai simbol datangnya musim gugur. Kehadirannya mengingatkan semua orang akan keberkahan yang diberikan alam dan sudah semestinya dijaga.