Perbedaan Kimchi dan Pao Cai, Makanan Fermentasi Sayuran dari Asia Timur

Menilik beberapa tahun lalu, dunia maya sempat dihebohkan dengan perang dingin antara netizen Korea Selatan dan China. Pemicunya karena makanan. Masyarakat China menyebut jika kimchi berasal dari negara mereka. Sebab kembali ke masa lalu, imigran China pernah melakukan perjalanan untuk berdagang di Korea Selatan pada masa invasi Jepang di Negeri Ginseng tersebut. Selama di Korea, mereka mengenalkan pao cai yang menjelma menjadi kimchi dengan bahasa setempat.
Hal ini dijadikan alasan oleh netizen China mengeklaim jika kimchi berasal dari negara mereka. Keduanya sama-sama makanan dari fermentasi sayuran. Lantas, apa saja perbedaan dari kimchi dan pao cai?
1. Asal dan sejarah

Berdasarkan sejarah, kimchi diperkirakan sudah ada sejak abad ke-4 hingga ke-7 Masehi, lho. Tepatnya, kimchi sudah jadi makanan persediaan musim dingin dari periode Tiga Kerajaan Korea.
Sedangkan pao cai, sudah ada jauh sebelum kimchi. Konon, makanan fermentasi sayuran kebanggaan masyarakat China ini eksis sejak Dinasti Zhou atau sekitar 1046–256 SM. Melalui riwayat sejarah yang panjang, pao cai lebih dikenal sebagai budaya kuliner dari wilayah Sichuan, China.
2. Bahan utama dan variasinya

Kimchi khas Korea bisa dibuat dari berbagai sayuran seperti mentimun, daun bawang, kangkung, hingga lobak, lho. Namun lebih lumrah atau paling terkenal yaitu kimchi dari sawi putih (baechu).
Kimchi dibuat dari sayuran yang difermentasikan dengan gochujang, gochugaru., kecap ikan, dan masih banyak bumbu lainnya. Sebab itu, tampilan kimchi pun identik sekali berwarna merah.
Berbanding terbalik dengan pao cai yang tampilannya lebih terang atau pucat. Pao cai juga dapat dibuat dari berbagai jenis sayuran seperti sawi putih, lobak, kacang panjang, mentimun, cabai, dan wortel.
Bumbu fermentasinya hanya menggunakan air garam, gula, serta rempah-rempah seperti jahe, adas bintang, dan merica Szechuan, lho.
3. Metode fermentasi

Metode fermentasi kimchi dilakukan dalam wadah tertutup rapat seperti gentong tanah liat (onggi), yang diletakkan pada tempat sejuk. Proses fermentasi kimchi sendiri melibatkan bakteri asam laktat yang memberikan rasa asam yang khas.
Begitu juga dengan pao cai yang difermentasi dalam wadah tertutup, tetapi seringkali menggunakan toples khusus pao cai yang memiliki segel air di sekitar tutupnya untuk menjaga lingkungan anaerobik. Hal menariknya, cairan fermentasi (larutan brine) dapat digunakan kembali untuk membuat pao cai berikutnya, lho.
4. Cita rasa dan bumbu

Kimchi cocok sekali bagi lidah orang penyuka makanan pedas. Sebab, kimchi memiliki rasa yang cukup kompleks mulai dari asam, gurih, pedas, dan manis. Tingkat kepedasan dan keasaman bervariasi tergantung jenis kimchi, serta lama masa fermentasinya.
Karena tampilannya terang, sudah bisa menebak jika pao cai tidak mengandung unsur rasa pedas sama sekali. Pao cai cenderung memiliki rasa lebih asam dan asin dibandingkan kimchi, dengan profil rasa yang lebih segar dan kurang pedas. Bumbu yang digunakan cenderung memberikan aroma rempah yang lebih menonjol, seperti jahe serta adas bintang.
5. Penggunaan dalam masakan

Sebagai makanan nasional, kimchi adalah lauk wajib di hampir setiap hidangan Korea. Selain dimakan langsung, kimchi juga menjadi bahan dasar berbagai hidangan Korea, seperti kimchi jjigae, kimchi bokkeumbap, dan kimchi pancake.
Sedangkan pao cai juga bisa dimakan sebagai lauk pendamping atau hidangan pembuka di China, lho. Selain itu, pao cai lebih sering digunakan sebagai bumbu atau penambah rasa dalam hidangan tumisan, sup, dan hidangan mi.
Meskipun kimchi dan pao cai sama-sama mewakili seni fermentasi sayuran, tetap terdapat perbedaan dalam sejarah terciptanya, bahan, metode,hingga cita rasa yang membuktikan keragaman kuliner yang kaya di Asia Timur. Apakah kamu sudah pernah menjumpai atau bahkan menikmati kedua makanan fermentasi tersebut?