Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sama-Sama Nasi, Apa Perbedaan Gohan dan Meshi?

ilustrasi gohan (unsplash.com/Markus Winkler)
ilustrasi gohan (unsplash.com/Markus Winkler)

Buat kamu yang suka kuliner Jepang atau sedang mendalami budaya makan mereka, mungkin pernah bingung dengan istilah gohan dan meshi. Keduanya sering terdengar saat menonton anime, membaca resep, atau menyantap hidangan khas Jepang, dan keduanya memang sama-sama merujuk pada nasi.

Kalau dilihat sekilas, perbedaan gohan dan meshi mungkin tampak sepele. Tapi dalam dunia kuliner Jepang, istilah ini punya perbedaan konteks yang cukup penting. Yuk, simak apa bedanya gohan dan meshi berikut ini!

1. Orang Jepang menyebut nasi dengan konteks sosial yang berbeda

ilustrasi meshi (unsplash.com/Pille R. Priske)
ilustrasi meshi (unsplash.com/Pille R. Priske)

Dalam budaya Jepang, kata yang digunakan untuk menyebut nasi tidak hanya sekadar soal makanan, tapi juga berkaitan dengan tata krama dan konteks sosial. Gohan sering kali digunakan dalam situasi yang lebih sopan dan netral, seperti saat berbicara dengan orang yang lebih tua, orang asing, atau dalam suasana formal. Sebaliknya, meshi cenderung dipakai dalam obrolan santai, bahkan bisa terdengar kasar jika digunakan di situasi yang tidak tepat.

Kalau kamu nonton anime atau drama Jepang, kamu akan sering mendengar karakter laki-laki muda menggunakan kata meshi saat berbicara dengan teman sebaya. Tapi begitu mereka bicara dengan orang tua atau senior, kata gohan yang muncul. Pemilihan kata ini mencerminkan sopan santun dalam berbahasa yang sudah sangat mengakar di kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang.

2. Bahasa Jepang mengaitkan gohan dengan kesan lebih halus

ilustrasi gohan (pexels.com/Jubair Bin Iqbal)

Secara harfiah, gohan berarti nasi atau makanan utama, tapi penggunaannya jauh lebih luas dan berkesan lebih halus. Kata ini berasal dari kanji “御飯” yang mengandung awalan kehormatan “go”, membuatnya terkesan lebih sopan dan formal. Jadi ketika kamu mendengar orang berkata “asagohan” atau “bangohan”, itu merujuk pada makan pagi dan makan malam yang menggunakan bentuk bahasa yang lebih sopan.

Dalam dunia kuliner, penyebutan ini penting karena restoran dan media kuliner Jepang cenderung memakai gohan agar terdengar ramah dan profesional. Bahkan menu di restoran Jepang yang kamu lihat di luar negeri pun sering memakai istilah ini karena dianggap lebih cocok untuk semua kalangan. Jadi, bukan cuma soal arti, tapi juga soal rasa hormat yang ditunjukkan lewat bahasa.

3. Laki-laki Jepang menggunakan meshi secara kasual

ilustrasi meshi (vecteezy.com/Natthapon Ngamnithiporn)
ilustrasi meshi (vecteezy.com/Natthapon Ngamnithiporn)

Sementara gohan punya nuansa sopan, meshi justru kebalikannya. Kata ini punya kesan lebih maskulin dan digunakan dalam pergaulan kasual, terutama oleh laki-laki Jepang. Misalnya, kamu bisa dengar kalimat seperti “meshi kuou ze!” yang berarti “ayo makan!”, tapi dengan nada lebih santai dan mungkin terdengar sedikit kasar.

Meskipun begitu, meshi tidak selalu bermakna negatif. Dalam konteks yang tepat, seperti antar teman dekat atau dalam kelompok kerja yang sudah akrab, kata ini dianggap wajar dan bahkan bisa mempererat hubungan. Namun kalau dipakai di acara formal atau dengan orang yang lebih tua, penggunaan kata meshi bisa dianggap tidak sopan.

4. Gohan untuk menu yang lebih umum

ilustrasi gohan (vecteezy.com/Natthapon Ngamnithiporn)
ilustrasi gohan (vecteezy.com/Natthapon Ngamnithiporn)

Kalau kamu perhatikan dalam buku resep atau program masak Jepang, gohan hampir selalu digunakan. Misalnya penggunaan kata gohan seperti dalam tamago gohan (nasi dengan telur mentah) atau kare gohan (nasi kari). Istilah ini dianggap lebih netral dan cocok untuk semua kalangan, baik anak-anak, orang tua, atau bahkan turis asing yang belum paham nuansa bahasa Jepang secara mendalam.

Selain itu, dalam dunia periklanan atau branding makanan, gohan lebih dipilih karena terkesan lebih positif dan bersih. Kata ini membawa citra makanan rumahan yang nyaman dan penuh kasih sayang, cocok untuk menggambarkan kehangatan keluarga saat makan bersama. Makanya, kalau kamu sedang merancang menu Jepang atau bisnis kuliner Jepang, gohan adalah pilihan aman untuk menyebut nasi.

5. Budaya makan Jepang menempatkan gohan sebagai simbol kehidupan

ilustrasi gohan (vecteezy.com/Natthapon Ngamnithiporn)
ilustrasi gohan (vecteezy.com/Natthapon Ngamnithiporn)

Lebih dari sekadar nasi, gohan dalam budaya Jepang juga bermakna simbolis. Makanan ini dianggap sebagai sumber kehidupan dan diberi penghormatan tinggi dalam banyak tradisi. Bahkan dalam ritual atau persembahan kepada leluhur, nasi yang disajikan disebut gohan karena dianggap suci dan bernilai spiritual.

Sebaliknya, meshi jarang digunakan dalam konteks sakral seperti ini. Istilah tersebut lebih membumi dan biasa ditemukan dalam percakapan sehari-hari yang tidak membutuhkan nuansa hormat. Jadi, melalui pilihan kata yang tepat, orang Jepang secara tidak langsung menempatkan nilai dan rasa hormat terhadap makanan mereka. Hal ini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara bahasa, makanan, dan budaya di Jepang.

Jadi, meskipun gohan dan meshi sama-sama berarti nasi, keduanya punya perbedaan makna yang cukup penting dalam konteks penggunaannya di budaya Jepang, terutama dalam dunia kuliner. Memahami perbedaan ini bukan cuma bikin kamu makin paham soal bahasa, tapi juga bisa bikin pengalaman menikmati makanan Jepang jadi lebih autentik dan berkesan. Mulai sekarang, saat menyantap nasi ala Jepang, kamu bisa lebih percaya diri memilih istilah yang tepat sesuai suasananya.

Referensi:

Six Japanese Words That Describe Rice". Surapera Blog. Diakses pada April 2025

"What's the difference between gohan and meshi". Japanese Stack Exchange. Diakses pada April 2025

"Breakfast, Lunch, and Dinner in Japanese". JapanBite Blog. Diakses pada April 2025

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Annisa Nur Fitriani
EditorAnnisa Nur Fitriani
Follow Us