10 Fakta Unik Ketupat Jembut, Menu Nyentrik Khas Syawalan di Semarang

Umumnya, masyarakat Jawa menggelar tradisi syawalan setelah Lebaran. Selain menikmati ketupat dengan sayur berkuah dan lauk pauk, ada tradisi unik yang sudah dilakukan sejak dahulu.
Salah satunya membagikan ketupat jembut. Saat mendengar kata jembut, mungkin terkesan vulgar. Namun, ini adalah makanan khas Semarang untuk memeriahkan tradisi Syawalan (bulan setelah Ramadan).
Lalu, bagaimana sejarah dan tradisi menyajikan makanan nyentrik ini? Simak 10 fakta unik ketupat jembut yang nyentrik berikut ini!
1. Ketupat jembut adalah simbol kesederhanaan. Tradisi ini sudah ada sejak 1950-an, saat warga usai perang dan ingin merayakan syawalan
2. Disebut ketupat jembut, karena berisi taoge dan sambal kelapa. Bahan isian yang keluar itu mirip dengan rambut kemaluan
3. Meski namanya nyentrik, tetapi makanan ini memiliki makna mendalam, yakni perjuangan untuk saling memaafkan dan menjaga silaturahmi
4. Tradisi ini dilakukan orang dewasa untuk dibagikan kepada anak-anak. Hal ini menjadi simbol meneruskan tradisi ke generasi muda
5. Tradisi membagikan ketupat jembut diselenggarakan setiap satu tahun sekali, tepatnya hanya saat syawalan
Editor’s picks
6. Biasanya, dibagikan setelah salat Subuh untuk dimakan bersama pengurus dan jamaah masjid
Baca Juga: 10 Tips Membuat Ketupat yang Empuk dan Gurih untuk Lebaran Besok
7. Caranya dibuat seperti permainan. Ada orang yang membawa ketupat dan uang, maka akan ada yang memberi tanda dengan mengetuk tiang listrik, anak-anak pun berlarian keluar
8. Alhasil, anak-anak pun sangat menantikan ketupat jembut, karena ada uang tunai yang diselipkan di dalamnya
9. Ketupat jembut dianggap lebih enak dari ketupat biasa, meskipun tanpa dinikmati dengan opor atau makanan berkuah lainnya
10. Ada beberapa kampung di sisi timur Semarang yang kerap melakukan tradisi ini, seperti Jaten, Genuksari, dan kawasan Pedurungan Tengah
Itulah sejumlah fakta unik ketupat jembut khas Semarang. Ternyata di balik namanya yang nyentrik, makanan ini cukup bersejarah dan bermakna bagus, ya. Kamu sudah pernah mencicipinya, belum?
Baca Juga: Resep Ketupat Jembut Khas Semarang untuk Tradisi Syawalan
