Studi: Berbincang Sebentar dengan Sahabat Bikin Mental Sehat

Jangan hanya berbicara dengan teman saat masa sulit ya

Sahabat adalah salah satu pribadi terbaik di dunia yang tahu seluruh kisah hidupmu. Bagaimana tidak, setiap sedih, setiap senang, pasti kamu cari bestie untuk berbagi. Sudahkah kamu menjadi bestie untuk sahabatmu?

Eh, apa maksudnya? Maksudnya, apakah kamu mencari sahabat hanya pada saat sulit? Jangan sampai, ya. Menurut studi, berbincang dengan sahabat meski sebentar saja bisa bikin mental makin sehat!

Libatkan hampir ribuan orang saat pandemi COVID-19

Studi: Berbincang Sebentar dengan Sahabat Bikin Mental Sehatilustrasi video call (pexels.com/artem podrez)

Apakah frekuensi dan kualitas interaksi sosial berpengaruh terhadap kesejahteraan diri? Dimuat dalam jurnal Communication Research pada 27 Januari 2023, para peneliti Amerika Serikat (AS) menguji hal tersebut.

Penelitian ini mengambil tiga studi berjumlah total 907 partisipan dari lima universitas. Para partisipan diteliti pada masa sebelum, selama, dan sesudah lockdown akibat COVID-19. Bukan rahasia kalau selama COVID-19, lockdown menyebabkan komunikasi harus berlangsung virtual, hal yang dikeluhkan banyak orang.

Tujuh perilaku sosial yang bisa diterapkan

Para partisipan diminta untuk melakukan tujuh jenis perilaku komunikasi selama satu hari. Setelahnya, para partisipan diminta untuk melaporkan perasaan stres, kesepian, kesejahteraan diri, dan apa yang mereka rasakan tentang hari tersebut. Ketujuh perilaku tersebut mencakup:

  • Curhat.
  • Membicarakan topik mendalam.
  • Bercanda bersama.
  • Menunjukkan perhatian.
  • Mendengarkan curhat.
  • Menghargai sahabat dan pendapat mereka.
  • Menawarkan pujian yang tulus.

Dibanding partisipan yang ada dalam kelompok kontrol atau tidak berinteraksi, mereka yang melakukan interaksi tersebut merasakan peningkatan dalam hal kesejahteraan diri. Dari ketujuh tindakan tersebut, curhat memiliki dampak paling besar karena berbincang saja memiliki efek positif untuk mood dan perilaku secara keseluruhan.

Baca Juga: Studi: Hubungan Sosial Bantu Pemulihan Pasien Gagal Jantung

COVID-19 menyadarkan kebutuhan psikis manusia

Sebagai makhluk sosial, asisten profesor psikiatri NYU Langone Health, Thea Gallagher, PsyD., mengatakan bahwa koneksi meski minim amat penting untuk manusia. Hal ini terbukti nyata setelah COVID-19 yang mana segala hal dilakukan di rumah.

"Masyarakat telah berubah, hidup juga berubah. Menemukan koneksi amat penting untuk kesehatan mental. Koneksi dan komunitas sosial memiliki dampak besar menangani depresi dan kecemasan," tutur Gallagher, yang tidak terlibat dalam studi tersebut.

Gallagher kemudian mengutip data Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahwa saat pandemi COVID-19, angka penderita depresi naik 25 persen. Ini karena tak ada koneksi sosial yang tersambung hanya lewat dunia maya. Oleh sebab itu, koneksi sosial yang sebentar dan minim sekali pun amat berdampak.

Meski begitu, pandemi COVID-19 juga menyebabkan kewaspadaan terhadap kesehatan mental sehingga kesejahteraan dini jadi prioritas. Dengan studi bertajuk "Quality Conversation Can Increase Daily Well-Being" ini, makin banyak bukti bahwa hubungan antarmanusia bisa menjadi cara termudah bagi yang ingin menjaga kesehatan mental.

Bagaimana dengan introvert?

Studi: Berbincang Sebentar dengan Sahabat Bikin Mental Sehatilustrasi introvert (unsplash.com/Alexandru Zdrobău)

Tak perlu berdurasi lama, para peneliti mengatakan bahwa lebih baik mencari waktu untuk bisa bertemu kawan meski tak lama. Dengan kata lain, Gallagher mengatakan bahwa tidak apa-apa untuk "sengaja bertemu teman". Toh, koneksi adalah keperluan dasar manusia.

Jadi, apa arti studi ini untuk para introvert? Studi ini menyebut koneksi yang kecil nan bermakna. Ini bukan berarti para introvert harus rela public speaking di kerumunan orang, dan kualitas lebih penting dibanding kuantitas. Meski begitu, ini bisa menantang bagi banyak orang.

"Jika kamu menganggap tidak perlu koneksi tiap hari, pastikan kalau kamu memang merasa begitu, bukan terpaksa begitu," tutur Gallagher.

Baca Juga: Studi: Orang yang Percaya Horoskop Kurang Cerdas dan Narsis!

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya