Studi: Olahraga Outdoor Cegah Depresi saat Pandemik COVID-19

Tetap jaga prokes saat olahraga, ya!

Imbas pandemik COVID-19, kita terpaksa melakukan segala aktivitas dari rumah, mulai dari kerja hingga sekolah. Tak fit dan tak ada kepentingan? Lebih baik di rumah saja. Tentu saja, hal ini berdampak pada psikis karena berkurangnya hubungan sosial tatap muka seperti sebelum pandemik.

Akan tetapi, beberapa dari kita mungkin mencoba berolahraga di luar rumah, seperti joging keliling area perumahan atau bersepeda. Apakah salah? Sebenarnya, tidak. Justru, menurut penelitian terbaru, olahraga di luar rumah atau outdoor di masa pandemik bisa mencegah gangguan psikis akibat keharusan untuk diam di rumah. Mari simak faktanya!

1. Studi libatkan 20.012 orang dewasa

Studi: Olahraga Outdoor Cegah Depresi saat Pandemik COVID-19ilustrasi diam di rumah (unsplash.com/freestocks)

Dimuat dalam jurnal Preventive Medicine pada 11 November 2021, penelitian di Amerika Serikat (AS) yang dipimpin oleh Kaiser Permanente (KP) ini ingin melihat hubungan antara risiko depresi, faktor stay at home, dan kurangnya aktivitas fisik.

Berlangsung saat gelombang pertama COVID-19 pada April sampai Juli 2020, KP merekrut 20.012 partisipan dewasa dari delapan kawasan AS. Sebagian besar partisipan sudah dalam kelompok usia pensiun dan mematuhi perintah stay at home. Para peneliti kemudian meneliti gaya hidup, catatan kesehatan, dan biospesimen para partisipan.

2. Hasil: olahraga outdoor tingkatkan kesehatan mental di masa pandemik

Studi: Olahraga Outdoor Cegah Depresi saat Pandemik COVID-19ilustrasi joging (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Setelah meneliti data para partisipan, para peneliti KP menemukan bahwa partisipan yang berolahraga atau menghabiskan waktu di luar mencetak skor kecemasan (anxiety) dan depresi yang lebih rendah. Selain itu, para peneliti juga menemukan:

  • Para partisipan yang berolahraga atau menghabiskan waktu di luar melaporkan gejala anxiety dan depresi yang lebih sedikit
  • Perempuan dan partisipan yang lebih muda mencetak skor anxiety dan depresi yang lebih tinggi
  • Partisipan yang tidak melakukan aktivitas apa pun selama stay at home mencetak skor anxiety dan depresi tertinggi

Di sisi lain, para partisipan yang paling banyak menghabiskan waktu di luar rumah juga mencetak skor anxiety tinggi. Akan tetapi, para peneliti masih mencari tahu alasan di balik fenomena ini.

Baca Juga: Ahli: Kita Harus Siap Hidup Berdampingan dengan COVID-19

3. Penjelasan mengenai fenomena aktivitas di luar rumah, kondisi mental, dan COVID-19

Studi: Olahraga Outdoor Cegah Depresi saat Pandemik COVID-19ilustrasi berolahraga di alam luar (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kepala penelitian dan direktur Division of Behavioral Research for the Kaiser Permanente Southern California Department of Research & Evaluation, Deborah R. Young, PhD., mengatakan bahwa beraktivitas di luar rumah memang dapat menurunkan risiko depresi dan anxiety.

"Saya terkejut melihat bahwa skor depresi dan kecemasan membaik seiring waktu. Lalu, peningkatan dan penurunan durasi di luar ruangan berkaitan dengan skor depresi dan kecemasan yang lebih tinggi," ujar Deborah kepada Medical News Today.

Deborah juga mengatakan bahwa penelitian ini tidak mencatat durasi yang dihabiskan partisipan di luar rumah sebelum pandemi COVID-19. Kemungkinan besar, ini adalah faktor yang menjelaskan mengapa partisipan yang menghabiskan waktu lebih lama di luar juga mencetak skor anxiety yang lebih tinggi.

"Kemungkinan, mereka menghabiskan waktu lebih sedikit di luar karena mematuhi perintah tetap di rumah dan merasa anjuran tetap di rumah merampas hak mereka untuk pergi ke luar. Atau, mereka lebih sering di luar justru karena menderita kondisi mental yang buruk," papar Deborah.

4. Depresi yang lebih tinggi pada generasi muda, terutama kaum hawa

Studi: Olahraga Outdoor Cegah Depresi saat Pandemik COVID-19ilustrasi gangguan depresi (pexels.com/pixabay)

Selain penemuan tersebut, para peneliti KP mencatat bahwa angka anxiety dan depresi pada partisipan muda dan perempuan lebih tinggi. Deborah mengatakan bahwa hal ini berbanding lurus dengan penelitian lampau.

Sebuah penelitian di Iran pada 2011 bertajuk "Females Are More Anxious Than Males: a Metacognitive Perspective" ingin mengukur tingkat anxiety antara remaja perempuan dan laki-laki. Hasilnya, memang remaja perempuan mencetak anxiety yang lebih tinggi dibanding remaja laki-laki.

"Banyak penelitian terdahulu menemukan bahwa perempuan cenderung mencetak skor kecemasan dan depresi daripada laki-laki. Selain itu, banyak studi yang menemukan dewasa tua memiliki kondisi mental yang lebih baik daripada dewasa muda," ujar Deborah.

5. Catatan untuk pandemik selanjutnya

Studi: Olahraga Outdoor Cegah Depresi saat Pandemik COVID-19ilustrasi olahraga di luar ruangan (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Dengan temuan hubungan antara kegiatan outdoor, anjuran tetap di rumah, dan kondisi mental, studi ini menunjukkan bahwa untuk pandemik selanjutnya, dunia masih perlu perencanaan dan pertimbangan yang lebih matang terhadap kondisi mental.

Menurut Deborah, memerangi pandemik, terutama COVID-19 yang tergolong baru, bisa menjadi masalah tersendiri untuk dunia. Dengan keadaan yang tidak menentu, setiap temuan baru bisa mengubah rekomendasi dan pedoman untuk masyarakat. 

Akan tetapi, studi ini menekankan bahwa meskipun pandemi tengah berlangsung, aktivitas fisik dan menghabiskan waktu di luar bisa menolong orang-orang untuk mengendalikan kesehatan mental dan fisik mereka.

"Pemerintah harus mendorong aktivitas fisik dan menghabiskan waktu di luar saat pandemik. Anjuran masyarakat terus mendorong vaksin, pemakaian masker, cuci tangan, dan menjaga jarak. Alangkah lebih baik jika mereka menyisipkan pesan positif seperti jalan-jalan singkat di luar," tandas Deborah.

Baca Juga: 7 Aktivitas Positif Ini Bantu Cegah Depresi saat Pandemi COVID-19

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya