TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Efek Samping Puasa Intermiten, Ketahui Dulu sebelum Mencobanya

Berpotensi mengalami malnutrisi, lo

ilustrasi puasa intermiten (rvnahealth.org)

Puasa intermiten atau intermittent fasting adalah sejenis diet dengan siklus puasa, meliputi periode puasa dan makan. Biasanya para pegiat diet ini mengonsumsi sedikit atau tanpa kalori. Para ahli telah menghubungkan puasa intermiten dengan sejumlah manfaat kesehatan. 

Namun, perlu diketahui bahwa jenis diet ini memiliki efek samping. Ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi kamu yang ingin mencobanya. Penasaran akan efek samping puasa intermiten? Simak ulasan berikut.

1. Masalah pencernaan

ilustrasi sistem pencernaan (pixabay.com/Elionas2)

Berdasarkan sebuah penelitian berjudul "Safety, health improvement and well-being during a 4 to 21-day fasting period in an observational study including 1422 subjects" yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One tahun 2019, masalah pencernaan yang bisa ditimbulkan dari puasa intermiten antara lain sembelit, diare, mual, dan kembung.

Selain itu, studi berjudul "Time-restricted feeding plus resistance training in active females: a randomized trial" dalam The American Journal of Clinical Nutrition tahun 2019 menyebutkan bahwa pengurangan asupan makanan disertai beberapa program puasa dapat berdampak negatif pada pencernaan, seperti sembelit dan efek samping lainnya. Ditambah lagi, perubahan pola makan yang terkait dengan program puasa intermiten dapat menyebabkan kembung dan diare.

Baca Juga: 6 Cara Populer untuk Puasa Intermiten, Dijamin Berhasil

2. Bau mulut

ilustrasi bau mulut (medicinenet.com)

Tahukah kamu, bahwa potensi efek kurang menyenangkan yang ditimbulkan dari puasa intermiten adalah bau mulut? Ya, menurut penelitian dalam Journal of Applied Oral Science tahun 2019, bau mulut adalah efek samping yang dapat terjadi pada beberapa orang selama puasa intermiten. Ini disebabkan oleh kurangnya aliran saliva atau air liur dan peningkatan konsentrasi zat aseton dalam napas.

Berdasarkan penelitian dalam jurnal Obesity tahun 2015, puasa menyebabkan tubuh menggunakan lemak sebagai bahan bakar. Aseton adalah produk sampingan dari metabolisme lemak, sehingga konsentrasi zat inilah yang meningkat pada darah dan napas selama puasa.

3. Gangguan tidur

ilustrasi sulit tidur (freepik.com/jcomp)

Merujuk pada penelitian dalam jurnal Nutrients tahun 2019, efek samping lainnya yang umum terjadi yakni berupa gangguan tidur, seperti tidak bisa tidur atau tidur tidak nyenyak.

Sebuah penelitian dalam jurnal PLOS One tahun 2019 pada 1.422 orang yang berpartisipasi dalam program puasa intermiten yang berlangsung selama 4-21 hari, ditemukan 15 persen peserta melaporkan gangguan tidur terkait puasa. Mereka melaporkan ini lebih sering daripada efek samping lainnya.

4. Sakit kepala

Sakit kepala, salah satu efek samping simvastatin yang bisa terjadi. (unsplash.com/usmanyousaf)

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Nutrition tahun 2020 menyatakan bahwa sakit kepala adalah efek samping yang umum dari puasa intermiten. Gejala ini biasanya terjadi selama beberapa hari pertama puasa intermiten.

Selain itu, metaanalisis dalam jurnal Cochrane Database of Systematic Reviews tahun 2020 meneliti 18 studi tentang orang yang menjalani program puasa intermiten. Dalam empat penelitian yang melaporkan efek samping, beberapa peserta menyebut bahwa mereka mengalami sakit kepala ringan.

Baca Juga: Manfaat Puasa untuk Kesehatan Jantung, Sayang untuk Dilewatkan!

Verified Writer

bocah bandung99

I will write an amazing researched article

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya