TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Olahraga yang Ringan sekalipun Mampu Turunkan Risiko Demensia

Olahraga ringan tetap bisa menghambat perkembangan demensia

ilustrasi seorang laki-laki lansia yang sedang berolahraga (pexels.com/Kampus Production)

Demensia adalah gangguan fungsi kognitif yang umum menyerang kelompok lansia. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), saat ini, ada 55 juta penduduk dunia yang terserang demensia dan penambahan 10 juta kasus tiap tahunnya. Jenis demensia yang paling umum adalah penyakit Alzheimer.

Umum ditandai dengan kepikunan, tak ada obat untuk demensia. Namun, demensia bukan berarti bagian dari penuaan. Pola hidup aktif dan sehat bisa mengurangi risiko perkembangan demensia di usia senja. Salah satunya dengan olahraga. Meski ringan sekalipun, olahraga ternyata bisa menghambat perkembangan demensia.

1. Penelitian melibatkan lebih dari 60.000 partisipan lansia

ilustrasi lansia (pexels.com/Tristan Le)

Sebuah studi bertajuk "Association of Physical Activity Level With Risk of Dementia in a Nationwide Cohort in Korea" di Korea Selatan yang dimuat dalam jurnal JAMA Network Open mencari tahu apakah olahraga dengan intensitas ringan sekali pun bisa bermanfaat untuk demensia.

Mengumpulkan data dari Korean National Health Insurance Service pada Januari 2009–Desember 2012, studi ini mendapatkan 62.286 partisipan lansia berusia 65 tahun ke atas. Para peneliti memantau mereka selama setahun sampai Desember 2013, dan menyelesaikan analisis data dari Juli 2020–Januari 2021.

Partisipan mencatat tingkat aktivitas fisik di masa awal studi dengan kuesioner. Lalu, para peneliti memantau frekuensi, intensitas, dan durasi aktivitas fisik untuk menghitung total energi yang dihabiskan. Dihitung dengan metabolic equivalent–minutes per week (MET-min/wk), para peneliti membagi para partisipan ke dalam empat kelompok:

  • Pasif (0 MET-min/wk)
  • Sedikit aktif (1-499 MET-min/wk)
  • Aktif (500-999 MET-min/wk)
  • Sangat aktif (≥1000 MET-min/wk)

Baca Juga: Studi: Polusi Suara Tingkatkan Risiko Demensia di Usia Tua

2. Hasil: olahraga dengan intensitas ringan pun tetap bermanfaat

ilustrasi lansia dan olahraga (everydayhealth.com)

Dalam penelitian tersebut, para peneliti mencatat kalau aktivitas fisik dengan intensitas aktif amat disarankan. Akan tetapi, bagaimana dengan lansia yang beraktivitas fisik dengan intensitas sedikit aktif? Setelah masa pemantauan selama 42 bulan, para peneliti mencatat 6 persen dari 62.286 partisipan mengalami demensia.

Dibanding kelompok pasif, mereka yang sedikit aktif saja diuntungkan dengan pengurangan risiko demensia hingga 10 persen. Angka tersebut lebih tinggi pada partisipan di kelompok aktif dan sangat aktif dengan pengurangan risiko demensia masing-masing 20 dan 28 persen.

"Pada studi ini, kami ingin menekankan bahwa aktivitas fisik intensitas ringan pun bisa mengurangi risiko demensia dibanding gaya hidup sedenter," ujar Dr. Boyoung Joung dari Yonsei University College of Medicine dan salah satu peneliti di penelitian tersebut.

Oleh karena itu, jika lansia tidak bisa berolahraga dengan intensitas sedang ke berat karena komorbiditasnya, intensitas ringan pun tidak masalah. Boyoung menambahkan bahwa aktivitas fisik dapat meningkatkan kondisi metabolisme, vaskular, dan sel sehingga menurunkan risiko demensia.

3. Namun, belum bisa dikatakan sebagai bukti konkret

ilustrasi lansia dengan demensia (pexel.com/Kindel Media)

Sementara studi ini terlihat membuktikan manfaat olahraga intensitas ringan terhadap demensia, studi ini masih bersifat observasi. Dengan kata lain, hasil studi ini tidak bisa ditafsirkan sebagai bukti konkret bahwa aktivitas fisik ringan memang dapat mengurangi risiko demensia.

Pertanyaannya, bagaimana olahraga intensitas ringan bisa menolong mengurangi risiko demensia? Di satu sisi, beberapa ahli menduga masalah lainnya adalah bahwa pasien demensia lebih sedikit berolahraga. Salah satu kemungkinannya adalah bahwa olahraga intensitas ringan dapat meningkatkan kesehatan vaskular dan fungsi imun.

Selain itu, kemungkinan besar, ada beberapa faktor yang terlewat dalam penelitian ini. Akan tetapi, penjelasan biologis akan manfaat olahraga pada risiko demensia terletak pada perlindungan neuron, peningkatan metabolisme untuk mengurangi penuaan sel, dan plastisitas otak.

4. Penyakit Alzheimer dan demensia vaskular?

ilustrasi otak manusia (freepik.com/kjpargeter

Penelitian di Korea Selatan ini juga membuktikan pentingnya pencegahan faktor risiko demensia karena pada dasarnya, sepertiga kasus demensia dapat dicegah dengan mengubah gaya hidup. Selain itu, penelitian ini menyatakan bahwa olahraga mencegah penyakit Alzheimer lebih baik daripada demensia vaskular.

"Faktor risiko lain, seperti hipertensi dan diabetes, bisa memainkan peran penting dalam pengembangan demensia vaskular. Demikian, efek aktivitas fisik lebih baik terhadap penyakit Alzheimer dibanding demensia vaskular," kata Boyoung kepada Medical News Today.

Dasar genetik untuk penyakit Alzheimer dan demensia vaskular amat berbeda. Oleh karena itu, pencegahan pada faktor risiko tertentu (tekanan darah atau indeks massa tubuh) bisa menciptakan hasil yang berbeda, baik untuk penyakit Alzheimer maupun demensia vaskular.

Baca Juga: Kegiatan Kognitif Tekan Risiko Alzheimer? Ini Penelitiannya!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya