TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Travel Anxiety: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Penanganan

Ketika aktivitas bepergian memicu kecemasan

ilustrasi travel anxiety (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kecemasan merupakan perasaan takut yang berkembang ketika tubuh dihadapkan oleh stresor. Keadaan ini ditandai dengan rasa khawatir, tegang, serta peningkatan tekanan darah.

Sementara kecemasan merupakan hal normal yang bisa dialami siapa saja, ada jenis kecemasan yang spesifik. Dalam artikel ini, kita akan membahas kecemasan terkait perjalanan atau travel anxiety.

Bagi yang mengalaminya, travel anxiety menjadi ancaman nyata saat mengunjungi tempat baru yang belum pernah didatangi sebelumnya. Kondisi ini juga melibatkan stres ketika merencanakan perjalanan.

Meskipun travel anxiety bukan diagnosis resmi masalah kesehatan mental, tetapi kondisi ini bisa mendatangkan konsekuensi negatif dalam kehidupan. Dengan demikian, perlu perawatan yang tepat dalam mengelola gejalanya. 

1. Gejala

ilustrasi travel anxiety (pexels.com/Fabrizio Verrecchia)

Gejala kecemasan bisa berbeda pada masing-masing orang. Sementara itu, gejala kecemasan yang terkait travel anxiety mungkin melibatkan:

  • Mual.
  • Diare.
  • Insomnia.
  • Kegelisahan dan agitasi.
  • Kesulitan fokus.
  • Penurunan konsentrasi. 
  • Perubahan detak jantung menjadi lebih cepat.
  • Mengalami nyeri dada sampai sulit bernapas.

Penting untuk dipahami jika travel anxiety bisa memicu serangan panik. Selama serangan panik berlangsung, individu yang bersangkutan mungkin mengalami pusing, lemah, bingung, gemetar, dan keringat berlebihan. 

Baca Juga: Separation Anxiety Disorder, Kecemasan Akibat Perpisahan

2. Penyebab

ilustrasi menikmati keindahan alam (pexels.com/Riccardo)

Beberapa orang dengan travel anxiety mungkin pernah mengalami trauma perjalanan. Selain itu, kondisi ini juga dapat dikaitkan dengan gangguan kecemasan.

Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian dalam Journal of Anxiety Disorders tahun 2017, yang menyebut bahwa orang dengan gangguan kecemasan mengalami kesulitan berkonsentrasi saat mengemudi atau membuat keputusan lain selama perjalanan. Dampaknya adalah dapat menurunkan tingkat kepercayaan diri.

Keadaan lain yang dapat memicu travel anxiety, mencakup:

  • Mengendarai kendaraan saat kondisi badai, salju ekstrem, atau cuaca buruk lainnya.
  • Mengalami serangan panik.
  • Tersesat saat di perjalanan.
  • Mengalami gejolak emosi (misalnya kemarahan) di jalan.

3. Diagnosis

ilustrasi perempuan menggendong tas (pexels.com/Julia Avamotive)

Kecemasan menjadi masalah serius ketika dampaknya mengganggu kehidupan sehari-hari. Namun, diagnosis perlu melibatkan dokter. 

Merujuk pada panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), dipaparkan beberapa kriteria kecemasan, yakni:

  • Mengalami kecemasan berlebihan hampir setiap hari (selama lebih dari 6 bulan).
  • Mengalami setidaknya tiga atau lebih gejala kecemasan umum.
  • Kesulitan mengendalikan kecemasan dapat menyebabkan stres yang signifikan.
  • Tidak memiliki masalah kesehatan mental lain yang menyebabkan gejala kecemasan.

4. Penanganan

ilustrasi pria bertopi (pexels.com/Gantas Vaičiulėnas)

Kecemasan jenis ini bisa lebih parah dan melemahkan. Pengidap travel anxiety menjadi kesulitan untuk meninggalkan rumah.

Ada berbagai teknik guna membantu mengelola berbagai tingkat kecemasan perjalanan. Teknik-teknik tersebut melibatkan:

  • Psikoterapi: Beberapa jenis psikoterapi dapat membantu mengidentifikasi dan mengubah emosi, pikiran, serta perilaku seputar travel anxiety.
  • Konsumsi obat-obatan: Dokter mungkin menyarankan jenis antidepresan jenis selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs). Menurut studi dalam Dialogues in Clinical Neuroscience tahun 2017, obat-obatan antidepresan dikatakan cukup efektif untuk pengobatan kecemasan jangka panjang.
  • Perubahan gaya hidup: Strategi untuk membantu mengatasi perasaan cemas adalah dengan menjadi lebih aktif, makan makanan sehat seimbang, mengurangi konsumsi kafein, membuat jurnal pribadi tentang kecemasan, dan berbagi cerita dengan orang lain yang dapat dipercaya.

Baca Juga: Cyberchondria, Cemas akibat Cari Info Penyakit via Internet

Verified Writer

Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya