TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hamil 2 Bulan Keluar Darah Seperti Haid, Haruskah Khawatir?

Tarik napas, jangan keburu panik

ilustrasi hamil muda (freepik.com/kroshka nastya)

Bagi yang menanti, mendapatkan pengumuman kehamilan tentu sangat menyenangkan. Namun, perlu diketahui bahwa pada bulan awal mengandung tubuh bisa mengalami beberapa hal, seperti mual, muntah, maupun gejala morning sickness lainnya.

Gak hanya itu, usia awal kehamilan pun rawan mengalami pendarahan. Beberapa perempuan ada yang mengalami spotting, bahkan intensitasnya cukup berat. Ada kasus hamil 2 bulan keluar darah seperti haid. Nah, yang begitu, tentu bikin panik. 

Apakah hal tersebut merupakan kondisi kehamilannya sehat? Berikut kemungkinan alasan penyebab pendarahan terjadi dan kapan perlu khawatir. 

Baca Juga: Cara Membedakan Darah Haid dan Darah Kista, Amati Gejalanya 

Pendarahan saat hamil

Mount Sinai menyebutkan, 1 dari 4 perempuan mengalami pendarahan vagina selama kehamilan. Pendarahan lebih sering terjadi pada 3 bulan awal atau trimester pertama. Potensi pendarahan pun lebih besar terjadi pada kehamilan kembar.

Pada awal mendapatkan kehamilan, spotting atau bercak darah mungkin terjadi akibat implantasi. Fase ini terjadi ketika sel telur yang berhasil dibuahi mulai menempel pada rahim. Atau, sekitar usia kehamilan 4-5 minggu. 

Pendarahan akibat implantasi umumnya tidak bertahan lama, berkisar antara 24-48 jam saja. Selain itu, volume darah yang keluar pun tidak berat.

Penyebab hamil 2 bulan keluar darah seperti haid

ilustrasi pendarahan dan menstruasi (pexels.com/cottonbro)

Ada beberapa penyebab perempuan mengalami pendarahan setelah dinyatakan hamil. Terlebih, pada usia trimester pertama kehamilan yang memang berisiko tinggi. 

Kemungkinan pertama, hamil 2 bulan keluar darah seperti haid adalah keguguran. Kondisi ini sering terjadi selama 12 minggu pertama. Pendarahan akibat keguguran dapat diikuti dengan kram di area perut bagian bawah dan jaringan yang melewati vagina. 

Namun, lebih dari 90 persen perempuan yang mengalami pendarahan pervaginam trimester pertama tidak berarti keguguran. Namun, dokter perlu memastikan adanya detak jantung selama USG. Untuk itu, penting melakukan konsultasi setelah mengalami pendarahan.

Potensi penyebab lainnya yakni terjadinya kehamilan ektopik. Dikatakan demikian apabila sel telur yang dibuahi berkembang di luar rahim. Kondisi tersebut dapat menyebabkan  tuba falopi pecah. 

Meski berbahaya, kehamilan ektopik hanya terjadi pada sekitar 2 persen kehamilan, melansir WebMD. Gejala ektopik meliputi kram nyeri di perut bagian bawah dan pusing.

Kemungkinan lainnya yakni adanya hamil anggur atau jaringan abnormal tumbuh di dalam rahim, tetapi bukan bayi. Infeksi kesehatan pada serviks dan vagina seperti infeksi menular seksual dapat menyebabkan pendarahan. 

Di luar itu, adanya perubahan serviks selama kehamilan juga dapat memicu pendarahan di trimester awal. Kondisi ini ditandai dengan adanya darah mengalir ke leher rahim. Hubungan seksual dan pap smear juga memicu pendarahan, tetapi tidak perlu dikhawatirkan. 

Baca Juga: Darah Haid Sedikit dan Hanya 2 Hari? Ini 7 Penyebabnya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya