TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tips Olahraga Aman Selama Puasa dari Instruktur Gym, Jadi Lebih Bugar

#RamadanMasaKini Gak ada alasan mager selama puasa

IDN Times/David Andrew

Salah satu output puasa adalah tubuh yang lebih bugar, bahkan lebih langsing. Nah, kalau kamu malah mengalami kebalikannya di tahun-tahun sebelumnya, berarti perlu dipertanyakan apakah pola puasamu sudah benar?

Bukan cuma asupan makanan, kunci penting lainnya untuk merasakan manfaat puasa yakni dengan aktif bergerak dan olahraga. Saat berpuasa, tubuh kita mengalami perubahan atau penyesuaian. Hal ini disebabkan karena hilangnya kalori, tapi bukan berarti jadi alasan untuk mager alias malas gerak. 

Biar semakin yakin untuk tetap olahraga saat puasa, pastikan kamu paham apa saja manfaat dan bagaimana cara melakukannya dengan aman. Nah, kali ini Instruktur Yoga di Atlas Sport Club Surabaya, Rory Saroso, berbagi tips seputar olahraga yang aman dilakukan saat puasa, supaya badan jadi lebih bugar. Simak ulasannya berikut ini ya!

1. Keuntungan olahraga saat puasa

IDN Times/David Andrew

Banyak orang menjadikan puasa sebagai alasan mengurangi porsi aktivitasnya, terutama olahraga. Sebab, mereka menganggap olahraga akan membuat tubuh capek dan dehidrasi akut, sehingga bisa membatalkan puasanya. Padahal belum tentu demikian. 

Rory menjelaskan puasa justru menjadi waktu yang paling tepat untuk pembakaran kalori.  Alasan utamanya, karena calorie intake alias asupan kalori benar-benar turun, maka lemak-lemak di dalam tubuh akan menjadi bahan bakarnya.

Kalau biasanya makan dulu sebelum olahraga, kata dia, yang dibakar adalah kalori dari yang kita makan itu. "Nah, kalau kita puasa, cadangan lemak kita di organ yang bakal dijalanin dulu," kata Rory kepada IDN Times, Sabtu pekan lalu (4/5). 

Selain itu, perut kosong dapat memicu perubahan sejumlah hormon dalam tubuh yang membuat kerjanya lebih maksimal. Alhasil, pembakaran lemak serta terbentuknya otot akan terjadi lebih cepat dan optimal.

2. Jenis olahraga apa yang cocok?

IDN Times/David Andrew

Empat hingga lima hari pertama puasa, tubuh masih dalam tahap penyesuaian. Gak heran kalau kita sering merasa lemas dan malas gerak.

Hal ini wajar, karena ada perubahan siklus makan dan tidur yang memengaruhi metabolisme tubuh. Nah, yang harus kita lakukan adalah menyesuaikan pola olahraganya, bukan justru gak gerak sama sekali. 

"Tergantung kemampuan, kalau dia kuat (nge-gym) satu jam ya gak apa-apa," kata Rory. 

Lebih jauh dia menceritakan, pernah ada member (bukan di kelasnya) yang pingsan karena mengikuti kelas kardio saat puasa. "Kardio itu butuh energi dari gula. Karena gula darahnya lagi rendah, otomatis cepat kliyengan dan bisa pingsan. Saran saya ya ikut kelas sesuai kebutuhannya saja," ujar trainer yang sudah mempelajari yoga selama delapan tahun ini.

Kata Rory, yoga menjadi salah satu olahraga yang aman dilakukan saat berpuasa, karena gerakannya cenderung stretching. Jenisnya pun banyak, kamu bisa menyesuaikan dengan kondisi tubuh. Misalnya saat agak lelah, bisa memilih gentle yoga. Ketika ingin meningkatkan intensitas, bisa memilih hatha, vinyasa, atau power yoga.

"Kalau baru nge-gym setelah absen lama, ya saran saya ikut kelas yang gentle dan hatha yoga," kata instruktur yang juga mengajar TRX dan RPM itu. "Bedanya kelas yoga sama yang lain, basicly gak nge-push gerakan tubuh, karena limitasi orang berbeda-beda." 

3. Lebih baik olahraga sebelum atau sesudah berbuka?

IDN Times/David Andrew

Tidak ada acuan khusus kapan waktu terbaik berolahraga, baik sebelum maupun sesudah berbuka, sama baiknya. Selama kondisi tubuhmu normal dan tidak memiliki penyakit tertentu, aman saja olahraga di sore hari sekitar 30-60 menit sebelum waktu berbuka.

Apalagi kalau kamu melakukan yoga. Selain membakar kalori, gerakan yoga juga bermanfaat melancarkan peredaran darah dan metabolisme. 

"Ketika lagi puasa, metabolisme agak lambat. Nah, di yoga, ada gerakan yang posisi jantung di atas, kepala di bawah (down dog) yang fungsinya melancarkan peredaran darah dan energize," ujar Rory.

4. Kondisi khusus dan pengecualian yang perlu diperhatikan saat olahraga

IDN Times/David Andrew

Seperti yang dibahas sebelumnya, ada beberapa pengecualian kondisi seseorang disarankan berolahraga setelah berbuka. Beberapa di antaranya adalah penderita darah rendah, darah tinggi, dan penyakit jantung.

Sebaiknya berbuka puasa dulu seperlunya supaya mendapat asupan energi, baru kemudian berolahraga. Minimal minum air mineral yang cukup dan tiga buah kurma. 

Bagaimana dengan penderita mag dan asam lambung? Menurut Rory, melakukan gentle yoga sebelum berbuka justru baik untuk mereka yang memiliki masalah lambung. Pasalnya, ada gerakan twist di area perut dan membantu mengeluarkan gas berlebih.

"Aku punya mag, tapi aku masih bisa melakukan gerakan yoga tanpa merasa begah dan sebagainya, malah lebih enak dan merilekskan organ dalam. Jadi kalau sakitnya gak parah-parah banget, ya gak apa-apa," kata pria kelahiran Surabaya, 11 Januari 1987 itu.

5. Asupan makanan jangan sampai ngawur biar olahraga gak sia-sia!

IDN Times/David Andrew

Tahan untuk "balas dendam" saat berbuka kalau kamu berniat olahraga setelahnya. Takjil buka puasa terbaik adalah air putih dan kurma untuk menetralisir asam lambung dan mengembalikan energi dengan cepat.

Tak disarankan langsung makan berat saat berbuka, karena lambung akan kaget. Akibatnya, kita bisa merasa begah, mual, hingga muntah. "Jadi challenge-nya bukan pada saat puasanya, tapi saat buka," ujar Rory.

Setelah buka puasa secukupnya, beri jeda setengah jam hingga satu jam untuk memulai olahraga. Tujuannya supaya perut tetap merasa nyaman dan tidak sakit.

Selesai berolahraga, jeda kembali sekitar satu jam untuk makan makanan agak berat. Perhatikan juga waktu makanmu, jangan terlalu mepet dengan waktu tidur. Kamu bisa makan minimal dua jam sebelum tidur, agar tak memicu asam lambung naik.

Nah, yang gak kalah penting adalah asupan nutrisi yang harus dipenuhi. Sebab, badan kita butuh banyak gizi, apalagi orang yang aktif olahraga. Kuncinya adalah makan seimbang, bukan makan kenyang. Kita perlu karbohidrat untuk energi, protein perlu untuk pembentukan otot, serat baik untuk lambung dan pencernaan. 

Di samping itu, Rory menegaskan jangan sampai kita kekurangan nutrisi, karena tubuh akan memanfaatkan energi dari area yang harusnya tidak boleh diambil. Misalnya mengambil massa otot atau mengambil nutrisi tulang hingga menyebabkan osteoporosis.

"Kalau kekurangan kalori juga gak baik. Otak akan menstimulus butuh asupan kalori yang lebih besar lagi," tutur alumni Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya itu. "Gak heran kalau kadang kita pengin makan makanan dengan kalori-kalori tinggi, simply karena tubuh kita kekurangan kalori."

Baca Juga: [LINIMASA] Fakta dan Data Arus Mudik Lebaran 2019

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya