ilustrasi PLTU (pixabay.com/bhumann34)
Seperti disebutkan sebelumnya, sejumlah senyawa terkandung dalam emisi PLTU. Adanya zat-zat tersebut dapat memengaruhi tubuh. Paparan dalam waktu lama dan jumlah yang banyak bahkan bisa menyebabkan gangguan kesehatan.
Zat PM2.5 contohnya. Oleh karena ukuran partikel sangat kecil, membuat zat ini dapat masuk ke dalam paru-paru hingga aliran darah. Dalam jangka panjang, PM2.5 dapat memicu asma, infeksi pernapasan akut, kanker paru-paru, dan mengurangi usia harapan hidup, melansir Greenpeace.
Adapun NOX atau juga dikenal sebagai nitrogen dioksida (NO2) yang terhirup tubuh dapat mengiritasi saluran udara pada sistem pernapasan. Pada waktu singkat, zat ini bisa memperparah penyakit pernapasan seperti asma, batuk, dan mengi. Paparan lebih tinggi berkontribusi pada infeksi pernapasan.
Bahaya emisi PLTU juga disebabkan oleh kandungan senyawa SO2 yang turut berpengaruh pada kesehatan pernapasan. SO2 dapat bereaksi dengan senyawa lain di atmosfer sehingga membentuk partikel kecil. Akibatnya, zat ini bisa masuk ke paru-paru dan memicu masalah kesehatan lainnya.
Bahaya emisi PLTU tidak bisa dianggap sepele. Mengurangi interaksi dan paparan udara kotor tentu membantu mencegah timbulnya masalah kesehatan pernapasan pada kemudian hari.