Kanker Paru-Paru, Penyebab Utama Kematian akibat Kanker di Indonesia

Merokok adalah faktor risiko utama kanker paru-paru

Kanker paru-paru adalah penyebab utama kematian akibat kanker di seluruh dunia, demikian pula di Indonesia. Berdasarkan data Globocan tahun 2020, Indonesia menempati urutan pertama di Asia Tenggara serta nomor dua di seluruh dunia untuk kematian akibat kanker ini. Diperkirakan sekitar empat orang Indonesia meninggal dunia setiap jamnya akibat kanker paru dan sekitar 95 kasus baru kanker paru ditemukan setiap harinya.

Indonesia juga mengalami peningkatan angka kematian karena kanker paru-paru hingga 30.843 kasus dengan pertambahan temuan kasus baru yang mencapai 34.783 kasus. Melihat data tersebut, Koordinator Cancer Information and Support Center (CISC), Megawati Tanto, mengatakan bahwa angka ini berpotensi meningkat setiap harinya, terutama bila kanker paru tidak menjadi salah satu prioritas nasional.

1. Merokok adalah faktor risiko utama kanker paru-paru

Kanker Paru-Paru, Penyebab Utama Kematian akibat Kanker di Indonesiailustrasi bahaya merokok (freepik.com/freepik)

Paru-paru merupakan sepasang organ di dada yang berfungsi penting dalam pernapasan guna mengambil oksigen saat menarik napas serta melepaskan karbon dioksida saat mengembuskan napas. Karenanya, adanya masalah atau penyakit pada organ ini akan berdampak buruk dan mengganggu fungsi hidup manusia, termasuk kanker paru.

Prevalensi kanker paru di Indonesia terus meningkat seiring prevalensi perokok yang juga meningkat. Sebab, faktor risiko utama dari berkembangnya kanker ini adalah paparan asap rokok, baik pada perokok aktif maupun pasif. 

Risiko kanker paru-paru meningkat seiring dengan lamanya waktu dan jumlah rokok yang diisap. Berhenti merokok akan sangat membantu secara signifikan dalam mengurangi risiko terkena penyakit ini.

Lebih lengkapnya, berbagai faktor risiko kanker paru-paru seperti dilansir MedlinePlus dapat termasuk:

  • Merokok, ini merupakan faktor risiko utama untuk kanker paru-paru. Merokok diperkirakan menyebabkan sekitar 9 dari 10 kasus kanker paru-paru pada laki-laki dan sekitar 8 dari 10 kasus kanker paru-paru pada perempuan.
  • Paparan asap rokok, orang yang tidak merokok (perokok pasif) juga memiliki peningkatan risiko apabila mereka sering terpapar kombinasi asap yang berasal dari rokok dan asap yang diembuskan oleh perokok. Ketika perokok pasif menghirup asap rokok, mereka akan terkena agen penyebab kanker yang sama dengan perokok, meskipun dalam jumlah yang lebih kecil.
  • Riwayat keluarga dengan kanker paru-paru.
  • Terpapar asbes, arsenik, kromium, berilium, nikel, jelaga, atau tar (biasanya berhubungan dengan pekerjaan).
  • Terapi radiasi ke payudara atau dada.
  • Paparan radon di rumah atau tempat kerja.
  • Tes pencitraan tertentu seperti CT scan.
  • Infeksi HIV.
  • Polusi udara.

“Menurunkan prevalensi rokok akan menurunkan prevalensi kanker paru. Walaupun ada beberapa faktor risiko lain seperti polusi udara, gas radon, dan sebagainya, tetapi faktor risiko utama tetap konsumsi rokok yang tinggi,” jelas Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr. Erlang Samoedro, SpP(K), FISR lewat diskusi publik via Zoom bertema “Urgensi Pasien Kanker Paru Terhadap Akses Pengobatan Inovatif” yang diselenggarakan oleh Indonesia Peduli Kanker Paru (IPKP) pada hari Selasa (23/11/2021).

2. Jenis kanker paru-paru

Kanker Paru-Paru, Penyebab Utama Kematian akibat Kanker di Indonesiailustrasi jenis kanker paru (gethealthystayhealthy.com)

Kanker yang dimulai di paru-paru disebut dengan kanker paru primer, sementara kanker yang menyebar ke paru-paru dari kanker di bagian tubuh lain disebut sebagai kanker paru-paru sekunder. 

DilansirNational Health Service (NHS), kanker paru-paru primer diklasifikasikan menjadi dua bentuk utama berdasarkan jenis sel di mana kanker mulai tumbuh, yakni:

  • Kanker paru-paru bukan sel kecil: merupakan bentuk paling umum yang terjadi pada lebih dari 87 persen kasus kanker paru. Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil ini terbagi menjadi tiga jenis lain, termasuk karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma, dan karsinoma sel besar.
  • Kanker paru-paru sel kecil: meski lebih tidak umum, bentuk ini biasanya menyebar lebih cepat dibanding kanker paru-paru bukan sel kecil.

Mengetahui jenis kanker paru yang dialami sangat penting guna menentukan perawatan yang tepat.

Baca Juga: Myelofibrosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan, Komplikasi

3. Pentingnya screening dan deteksi dini kanker paru-paru

Kanker Paru-Paru, Penyebab Utama Kematian akibat Kanker di IndonesiaSeluruh Narasumber acara “Urgensi Pasien Kanker Paru Terhadap Akses Pengobatan Inovatif” (IDN TImes/Enrico Gary Himawan)

Kasus kanker paru semakin meningkat seiring dengan jumlah perokok yang makin banyak. Oleh karena itu, screening serta deteksi dini kanker paru-paru makin penting untuk dilakukan.

“Kalau ada gejala maka deteksi dini, segera temukan. Kalau belum ada gejala maka screening atau periksakan diri. Screening perlu dilakukan terutama oleh orang yang berisiko tinggi, yaitu terutama laki-laki di atas 45 tahun, perokok, perokok yang sudah berhenti kurang dari 10 tahun, perokok pasif, ada riwayat pekerjaan yang meningkatkan risiko kanker paru-paru, riwayat genetik, riwayat fibrosis paru, dianjurkan melakukan screening kanker paru dengan cara CT scan tanpa kontras,” saran dr. Sita Laksmi Andarini, PhD, SpP(K), dokter spesialis paru konsultan onkologi dan Anggota Pokja Onkologi Toraks PDPI.

Penting untuk diketahui bahwa kebanyakan kasus kanker paru-paru umumnya tidak menimbulkan tanda dan gejala pada tahap awal. Tanda dan gejala baru akan muncul ketika kanker sudah menyebar dan masuk ke tingkat lanjut.

Dilansir Mayo Clinic, gejala kanker paru bisa mencakup:

  • Batuk yang tidak kunjung hilang
  • Batuk darah, termasuk batuk darah dalam jumlah kecil
  • Sesak napas
  • Sakit dada
  • Suara serak
  • Sakit tulang
  • Sakit kepala
  • Turunnya berat badan

Seandainya sudah ada gejala, dr. Sita menganjurkan untuk segera ke dokter dan memeriksakan gejala tersebut. Jika dalam dua minggu tidak ada perbaikan gejala, segera rujuk untuk CT scan thorax untuk deteksi dini kanker paru. Makin cepat didiagnosis, kanker paru akan lebih mudah ditangani.

4. Pengobatan kanker paru

Kanker Paru-Paru, Penyebab Utama Kematian akibat Kanker di Indonesiailustrasi kemoterapi (cancercenter.com)

Pilihan pengobatan akan bersifat personalized, sehingga pada tiap pasien bisa berbeda-beda. Perawatan untuk pasien kanker paru akan bergantung pada jenis dan stadium kankernya. 

Mengutip Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), orang dengan kanker paru-paru bukan sel kecil bisa dirawat dengan operasi, kemoterapi, terapi radiasi, terapi target, atau kombinasi dari perawatan ini. Sementara itu, pasien dengan kanker paru-paru sel kecil biasanya diobati dengan terapi radiasi dan kemoterapi.

  • Operasi: tujuannya adalah memotong atau mengangkat jaringan kanker di paru-paru.
  • Kemoterapi: melibatkan obat-obatan khusus guna mengurangi atau membunuh sel kanker. Obat yang diberikan bisa berupa pil oral yang harus dikonsumsi, obat yang diberikan dalam pembuluh darah, atau bisa pula kombinasi dari dua obat tersebut.
  • Terapi radiasi: menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker.
  • Terapi target: menggunakan obat untuk menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker. Sebelum melakukan terapi target, pasien akan diperiksa dan dites untuk melihat apakah metode perawatan ini cocok dan tepat untuk jenis kanker pasien.

“Berdasarkan staging ya (perawatan) kanker paru, staging satu, dua, tiga, empat. Satu dua bisa operasi. Stadium tiga bisa operasi, tetapi bila ada perlekatan tidak mungkin dioperasi, melainkan kemoterapi, radioterapi, kemudian dilanjutkan dengan imunoterapi. Untuk stage tiga B dan empat, tata laksananya bisa kemoterapi, terapi target, atau imunoterapi,” dr. Sita memaparkan.

5. Kaitan antara kanker paru-paru dan COVID-19

Kanker Paru-Paru, Penyebab Utama Kematian akibat Kanker di Indonesiailustrasi kaitan antara COVID-19 dan kanker paru-paru (freepik.com/stockking)

Antara COVID-19 dan kanker paru tentu memiliki kaitan, sebab keduanya memang menyerang organ yang sama, yakni paru-paru. Sebagai penyakit yang tergolong baru, pengetahuan tentang COVID-19 dan kaitannya dengan kanker belum bisa diketahui secara pasti. Namun, dr. Sita menganjurkan bahwa penyintas COVID-19 atau orang yang mengalami long COVID sebaiknya melakukan pemeriksaan faal (fungsi) paru, spirometri secara berkala, dan CT scan untuk melihat bagaimana gambaran lengkap paru-paru mereka.

“Apakah COVID-19 berbahaya pada pasien kanker paru, jawabannya iya, pasti. Yang pertama COVID-19 sendiri menyerang paru, pasien kanker paru sendiri faal parunya pasti berkurang karena ada kanker, kemudian kombinasi antara penyakit itu pastinya cukup berat.

"Pasien kanker paru juga sering keluar masuk rumah sakit, sehingga risiko dalam perjalanan, risiko bertemu orang sakit, dan berbagai risiko COVID-19 lainnya akan lebih tinggi dibanding orang yang berdiam di rumah,” tegas dr. Sita.

Dilansir NHS, sekitar 1 dari 3 orang dengan kanker paru-paru hanya mampu bertahan selama 1 tahun setelah diagnosis, sementara sekitar 1 dari 20 penyintas kanker mampu hidup setidaknya 10 tahun setelah diagnosis.

Meski begitu, tingkat kelangsungan hidup dapat sangat bervariasi, ini juga tergantung pada seberapa jauh kanker telah menyebar saat didiagnosis. Maka dari itu, screening adalah tindakan deteksi dini kanker paru dapat secara signifikan memengaruhi peluang keberhasilan pengobatan yang diberikan.

Baca Juga: 9 Gejala Awal Kanker Paru-Paru, Jangan Luput dari Perhatian!

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya