ilustrasi kontrasepsi (unsplash.com/@rhsupplies)
Dilansir Queensland Health, setidaknya ada sembilan jenis alat kontrasepsi yang bisa digunakan sebagai pencegahan kehamilan. Kesembilan opsi tersebut memiliki pro dan kontra masing-masing.
Bukan hanya pencegah kehamilan, kondom juga melindungi seks penetrasi dari risiko penularan penyakit seksual. Nilai plus lainnya, alat ini tidak menyebabkan gangguan hormon, mudah dijumpai, dan bisa dilepas pasang. Meski demikian, kondom berisiko sobek dan memicu alergi pada beberapa individu.
Sesuai namanya, kontrasepsi ini berbentuk pil yang dikonsumsi secara oral. Pil dibedakan berdasar hormon yang ada di dalamnya, antara estrogen, progestin, atau campuran. Keuntungannya, kamu tidak perlu susah payah mencari pelindung lain jika digunakan dengan benar.
- Intrauterine Device (IUD)
Bentuknya mirip huruf T yang dimasukkan ke dalam vagina perempuan. IUD mengandung hormon progesteron atau copper yang seluruhnya bisa bertahan hingga 3-10 tahun. Alat ini 99,9 persen efektif mencegah kehamilan. Namun, individu yang menggunakannya mungkin mengalami flek selama 6 bulan awal dan perlu dipasang oleh medis.
Mirip dengan IUD, KB implan juga dipasang ke dalam tubuh. Alih-alih di vagina, alat ini diletakkan di lengan atas. Alat ini tidak mengganggu seks penetrasi, awet hingga 3 tahun, dan bisa diganti. Minusnya, kemungkinan luka terbuka selama pemasangan berlangsung.
Kontrasepsi jenis injeksi dilakukan dengan menyuntikkan hormon progesteron sintetis dalam tubuh. Selanjutnya, hormon tersebut bisa bertahan hingga 12 minggu. Kamu pun tidak terganggu saat seks. Namun, kamu perlu mencatat kapan terakhir dan waktunya disuntik kembali. Beberapa individu mengalami perubahan hormon dan gangguan siklus menstruasi.
Jenis kontrasepsi ini dilakukan dengan menghilangkan sepenuhnya kemampuan membuahi dan dibuahi. Tindakan sterilisasi dilakukan dengan bantuan anestesia dan bedah ringan. Sebelum mencapai langkah ini, kamu perlu memberitahukan pada dokter alasan dan penyebab mengapa harus sterilisasi.
Tiga jenis kontrasepsi lainnya yakni pil KB darurat, diafragma atau kondom perempuan, dan kontrasepsi cincin. Pil KB darurat tidak boleh digunakan secara rutin. Sementara diafragma cukup jarang dijumpai, dan kontrasepsi cincin belum digunakan di Indonesia.