3 Perbedaan Burnout dan Depresi, Kenali Lebih Dalam

Jangan asal-asalan melakukan diagnosis sendiri

Stres merupakan respons atau reaksi tubuh yang terjadi akibat berbagai tekanan, keadaan, kondisi, dan pengaruh yang ada di luar diri. Nah, kondisi ini sebetulnya merupakan hal wajar yang bisa terjadi pada masing-masing individu. Bahkan, manusia sudah dibekali dengan berbagai indra yang mampu menyerap rangsangan (tekanan) dari luar dirinya sejak ia dilahirkan.

Salah satu tipe stres atau kondisi lelah mental yang cukup umum adalah burnout. Kondisi ini sering dialami oleh mereka yang sangat sibuk di sekolah, kampus, kantor, hingga tekanan dalam keluarga. Meski sama-sama menyerang mental, burnout rupanya sangat berbeda dengan depresi, lho. Sayangnya, banyak orang awam yang menyamakan keduanya, nih.

So, kali ini kita akan mengenali perbedaan burnout dan depresi. Simak ulasannya berikut ini, ya.

1. Keduanya merupakan istilah yang berbeda

3 Perbedaan Burnout dan Depresi, Kenali Lebih Dalamilustrasi menyendiri akibat depresi (unsplash.com/Gadiel Lazcano)

Laman HelpGuide menyatakan bahwa burnout merupakan kondisi saat seseorang mengalami kelelahan emosional, mental, dan fisik akibat rutinitas yang intens dan banyak menuntut. Burnout juga dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan energi yang tentu berdampak negatif bagi studi maupun pekerjaan.

Di sisi lain, depresi memiliki arti yang lebih luas dan dalam. Secara umum, depresi diartikan sebagai kejatuhan mental dan perasaan yang sangat dalam hingga menyebabkan seseorang merasakan rasa sakit dalam jiwanya. Jika tak diatasi dengan benar, depresi dapat menarik seseorang ke dalam keputusasaan hingga menyebabkan bunuh diri.

Trauma dan kejadian menyedihkan pada masa lalu dapat memicu seseorang mengalami depresi terpendam sepanjang hidupnya. Nah, sementara itu, burnout lebih tepat jika dikorelasikan dengan kondisi atau rutinitas yang sedang dialami, bukan disebabkan oleh kejadian sedih pada masa lalu.

Baca Juga: 7 Penyebab Depresi Kambuh yang Perlu Diperhatikan

2. Burnout bisa menyebabkan depresi, tapi tidak sebaliknya

3 Perbedaan Burnout dan Depresi, Kenali Lebih DalamStres berkepanjangan dapat menyebabkan dampak buruk bagi mental. (unsplash.com/Joice Kelly)

Dilansir PsychCentral, kondisi burnout atau kelelahan mental bisa saja berujung pada depresi. Namun, hal tersebut tidak berlaku sebaliknya. Hal ini membuktikan bahwa kondisi burnout (pada tahap awal) masih bisa diatasi dengan cara-cara yang lebih sederhana. Bahkan, burnout biasanya juga akan hilang jika seseorang tidak lagi berada dalam tekanan atau rutinitas yang sama seperti dulu.

Ini sangat berbeda dengan depresi yang sulit dihilangkan meskipun seseorang tidak berada dalam tekanan tertentu. Depresi bersifat menetap dan intens sehingga membuatnya membutuhkan pertolongan segera dari pihak profesional, seperti psikolog, dokter, atau psikiater. Masalahnya, ada banyak pengidap depresi yang enggan dan malu untuk berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental.

3. Menampakkan gejala berbeda

3 Perbedaan Burnout dan Depresi, Kenali Lebih Dalamilustrasi kelelahan di tempat kerja (unsplash.com/Nubelson Fernandes)

Burnout dan depresi menampakkan gejala yang berbeda satu sama lain. Seperti dipaparkan dalam laporan studi Psychiatry Research 2021, gejala ketika seseorang mengalami burnout:

  • kelelahan dan malas melakukan aktivitas harian, entah itu di sekolah atau di kantor;
  • sulit mengambil keputusan penting;
  • turunnya prestasi kerja atau studi;
  • menarik diri dari lingkungan;
  • turunnya kadar empati dalam diri sendiri;
  • perasaan gelisah, khawatir, dan berpikir berlebihan;
  • sulit tidur malam;
  • kecemasan di luar batas normal.

Di lain sisi, depresi memiliki gejala:

  • merasa hilang harapan sama sekali;
  • pikiran dan perasaan yang gelap, sedih, dan hampa dalam kurun waktu lama;
  • mampu tersenyum dan berpura-pura bahagia kepada orang lain, tapi hanya penderitaan yang dirasakan di dalam diri;
  • putus asa dan merasa tidak ada yang peduli;
  • rasa kesepian yang mendalam;
  • kerap menangis tanpa alasan yang jelas;
  • munculnya perasaan negatif, seperti rasa bersalah, tidak layak, dan penghakiman diri sendiri;
  • pada tahap akhir, muncul kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.

Dengan adanya perbedaan seperti ini, penanganan keduanya pun dapat berbeda. Depresi jelas membutuhkan penanganan medis yang lebih kompleks dan teratur. Meski begitu, burnout juga tidak boleh disepelekan. Beberapa cara mengurangi burnout adalah olahraga ringan, ambil cuti beberapa hari, bercerita, lakukan hobi kala libur, makan makanan bergizi, dan tidak berpikiran negatif (overthinking) mengenai pekerjaan atau studi.

Well, jika kamu mengalami beberapa gejala di atas, terutama depresi, gak ada salahnya memberanikan diri untuk berkonsultasi pada ahlinya. Jangan biarkan mentalmu terus-menerus tertekan dan terganggu karena hal itu hanya akan menurunkan kualitas hidupmu. Yuk, izinkan dirimu memiliki tubuh dan mental yang sehat!

Baca Juga: Kenapa Beberapa Orang Mengalami Depresi setelah Operasi?

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya