Mengenal Dysthymia, Depresi Ringan yang Menetap Bertahun-tahun

Meski ringan, jangan pernah menyepelekannya!

Sudah bukan rahasia lagi jika kesehatan mental memiliki peranan yang sama pentingnya dengan kesehatan fisik dalam kehidupan. Seiring perkembangan peradaban manusia, bertambah pula berbagai jenis gangguan mental. Salah satunya adalah Dysthymia yang merupakan jenis depresi ringan.

Meski dianggap depresi ringan, hal ini tidak boleh dianggap sepele karena bersifat kronis atau menahun. Pada prosesnya, Dysthymia lebih berbahaya dari jenis depresi lainnya dan akan sangat mengganggu kualitas kehidupan kita.

Untuk mengenal lebih jauh tentang hal ini, berikut fakta-fakta menariknya.

1. Gejala Dysthymia

Mengenal Dysthymia, Depresi Ringan yang Menetap Bertahun-tahunshapescale.com

Penyebab Dysthymia pada umumnya memiliki kesamaan dengan depresi lainnya seperti faktor lingkungan, biokimia dan genetis. Tetapi Dhystima memiliki gejala yang menetap setidaknya selama dua tahun (satu tahun untuk anak-anak dan remaja) dan mencakup setidaknya dua dari hal di bawah ini:

  • Energi rendah atau kelelahan
  • Gangguan tidur
  • Nafsu makan meningkat atau menurun
  • Mudah marah atau marah (untuk anak-anak dan remaja)
  • Tingkat percaya diri yang rendah
  • Kesulitan berkonsentrasi atau membuat keputusan
  • Merasa putus asa atau pesimis

Gejala-gejalanya biasanya menciptakan tekanan atau gangguan yang signifikan dalam kehidupan sosial, pekerjaan, pendidikan atau bidang penting lainnya. Meski depresi ringan ini terkadang tampak membaik, jika tidak diobati, gejala-gejala di atas akan kembali datang dan bisa saja menimbulkan rasa depresi yang lebih besar.

2. Penyebab Dysthymia

Mengenal Dysthymia, Depresi Ringan yang Menetap Bertahun-tahunUnsplash/Kat J

Dysthymia atau gangguan depresi persisten memengaruhi sekitar 5,4 persen populasi Amerika Serikat yang berusia 18 tahun ke atas. Jumlahnya mungkin jauh lebih tinggi, karena sering tidak terdiagnosis dan tidak diobati.

Lebih dari setengah pasien dysthymia memiliki penyakit kronis atau diagnosis psikologis lainnya, seperti kecemasan atau kecanduan narkoba atau alkohol. Dysthymia lebih sering terjadi pada wanita (seperti halnya depresi berat) dan setelah perceraian. Mungkin tidak ada pemicu yang dapat diidentifikasi; Namun, dalam kasus-kasus awal di masa kanak-kanak atau remaja, penelitian menunjukkan bahwa ada komponen genetik.

Meskipun stres dapat menjadi faktor dalam depresi, namun ada juga beberapa orang yang mengalami depresi dikarenakan masalah internal seperti kekerasan di masa kecil. Sehingga, pada akhirnya hal tersebut semakin memperburuk keadaan mereka saat sedang stres oleh berbagai permasalahan hidup sehari-hari.

Baca Juga: 7 Jenis Depresi yang Wajib Kamu Kenali Agar Hidup Lebih Berkualitas

3. Banyak orang masih menyepelekan masalah depresi

Mengenal Dysthymia, Depresi Ringan yang Menetap Bertahun-tahunUnsplash/Sydney Sims

Masalah depresi masih menjadi sebuah hal tabu bagi banyak orang. Alih-alih meminta bantuan kepada orang terdekat atau dokter, mereka justru memilih bungkam. Hal inilah yang justru semakin memperburuk keadaan dan mental mereka. 

Menurut Dr. David Mischoulon, psikiater di Massachusetts General Hospital. Dalam Harvard Health Publishing ia menyatakan, “Kesalahan mereka adalah mereka percaya bahwa perasaan buruk yang terjadi hanyalah situasional dan akan hilang sendiri. Mereka tidak nyaman membicarakan perasaannya dan takut dipandang lemah oleh orang lain.”

Pandangan buruk terhadap pengidap depresi juga masih menjadi momok di masyarakat. Hal ini dikarenakan masih kurangnya pengetahuan tentang penyakit mental. Sehingga banyak orang masih sulit untuk memahami bagaimana perasaan mereka yang sedang depresi. 

Di sisi lain, empati dan perhatian dari orang terdekat merupakan salah satu hal yang paling dibutuhkan mereka parang pengidap depresi.

4. Cara mengatasi Dysthymia

Mengenal Dysthymia, Depresi Ringan yang Menetap Bertahun-tahunchehimilaw.com

Untuk mengatasi Dysthymia terdapat dua jenis pengobatan, yaitu dengan mengonsumsi obat dan psikoterapi. Psikoterapi adalah pengobatan pilihan. Namun akan lebih efektif jika dikombinasikan dengan obat antidepresan.

Terapi kognitif telah terbukti efektif menghilangkan pemikiran negatif untuk mencegah terulangnya gejala depresi. Tak hanya itu, pengobatan ini juga bisa menyembuhkan trauma dan Post-traumatic stress disorder (PTSD) dari kekerasan yang pernah terjadi.

Itulah fakta-fakta tentang Dysthymia yang wajib kamu ketahui. Tidak hanya agar kamu bisa terhindar darinya, tetapi juga agar mampu membantu dan memahami mereka yang sedang mengalaminya.

Baca Juga: 7 Idola KPop yang Mengaku Pernah Mengalami Depresi, Bikin Terenyuh

Ganjar Firmansyah Photo Verified Writer Ganjar Firmansyah

A Reader who love hiking hitchiking camping and other-Ings

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya